sumber : foto pribadi |
sumber : foto pribadi |
Beberapa
kali mampir ke ATM di SPBU Jalan Kartini Depok selalu saja saya dapati
pemandangan kotor di dalam ruang kecil itu. Sampah berserakan dan tidak dibuang
pada tempatnya. Memang, di dalam ruang tempat ATM berada tidak ada tempat
sampah. Kecuali tempat kecil di mesin ATM sendiri yang memang berfungsi untuk
tempat sampah. Namun, masih di kitaran SPBU, disediakan tempat sampah. Apa
susahnya membawa selembar kertas kecil lalu membuangnya ke tempat sampah.
Terutama jika tempat kecil di mesin ATM tadi sudah penuh sampah.
ATM
bukan lagi Anjungan Tunai Mandiri. ATM berubah jadi tempat sampah. Selain
kertas bukti transaksi yang sudah dianggap tidak penting dibuang di sana, juga
ditemukan sampah lainnya. Bungkus permen dan makanan ringan juga turut
memperparah keadaan. Brosur-brosur kecil atau tisu yang sudah kotor. Susahkah
mengantongi sebentar dalam plastik dan menyimpannya dalam tas sampai bertemu
tempat sampah?
Sungguh
kasihan petugas kebersihan di SPBU itu. Tiap hari harus menyapu sampah yang ada
di ATM. Kesadaran pengguna ATM tentang sampah masih lemah. Padahal jika
diteliti, mereka orang-orang yang ke ATM bukanlah orang yang bodoh. Bukan orang
yang tak tahu apa-apa. Namun, fakta berkata sebaliknya. Bahkan, dimana harus
buang sampah pun tidak tahu.
Apa
yang salah? Siapa yang salah? Masalah sampah tidak hanya terjadi di ruang kecil
ATM. Kebiasaan membuang sampah pada tempatnya masih menjadi kebiasaan
segelintir orang. Budaya membaca juga jarang dijadikan sarana untuk berbuat
semestinya. Sudah jelas terpampang tulisan “Buanglah sampah pada tempatnya!”
namun masih saja melempar sampah di sembarang tempat.
Apakah
keteladanan harus tetap dituntut ada untuk hal seperti ini? Akankah sangsi
hukum juga harus ditegakkan lagi setegas-tegasnya bagi pembuang sampah
sembarangan? Atau kesadaran pribadi masing-masing individu yang harus
dilecutkan kembali? Membuang sampah sembarangan adalah masalah klasik yang
memang harus segera diatasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar