“Ayo sini timbang badan
terus rebahan. Duh, sayang posisi kamu sudah bagus banget nih, Ngejan sebentar
brojol. Bantu bunda kontraksi ya. Yuk kita pijat sebentar biar tenang,” seorang
bidan cantik, ramah mengajak ngobrol janin saya. Saya yang mendengarnya saja
terharu. Bahkan sampai menitikkan air mata. Apalagi ketika pijat endorphin, kata-kata positif dari Bu
bidan malah menderaskan air mata. Tak cukup sekali, bulan depannya, ketika usia
kehamilan sudah hampir 38 minggu saya pun periksa ke bu bidan tersebut. Meski
ada kabar buruk tentang kehamilanku, tapi apa yang dilakukan bu bidan bisa
menenangkanku kembali. Resep-resep yang dituturkannya tanpa menunggu lama saya
lakukan.
Bu bidan ini juga
sangat menjaga komunikasi dengan pasien yang datang ke rumahnya. “Ini mbak saya
kasih kartu nama saya. Jika ada apa-apa, mau tanya apa saja boleh SMS saya.”
Ternyata, menjelang detik-detik HPL (Hari Prediksi Lahir), Bu Bidan dengan
senang hati melayani SMS saya, bahkan mencarikan referensi dokter yang enak
untuk dimintai pendapat dan tempat melahirkan yang nyaman. Bayangkan saja,
meski saya tidak ada rencana melahirkan di bu bidan tersebut, namun perempuan
mulia itu tak sakit hati. Bahkan kerjasama yang baik ditunjukkan ketika saya
mengalami kegelisahan dikarenakan hasil USG di dua tempat berbeda. Menghibur
dan menenangkan hati saya. Lewat SMS. Pernah juga saya konsultasi ke rumah
beliau dan saya tidak dipungut biaya sama sekali.
Sungguh, Bu Bidan yang
luar biasa. Ramah hingga ibu hamil betah, sebagai refleksi memperingati Hari
Bidan Indonesia, 24 Juni.
(aslinya begini, yang di koran sudah diedit sama pihak Jawa Posnya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar