Faktor bilangan 8 dan faktor bilangan 9 |
“Ayah,
apa yang menyebabkan orang bisa buta?” Malik tiba-tiba datang terengah-engah
mengganggu ayahnya yang sedang membaca koran di teras. Sedang Malik sendiri
baru saja pulang dari bermain bersama temannya.
“Kenapa
tiba-tiba tanya hal itu?’
“Tadi
waktu bermain bersama Fadhil, Fadhil cerita tentang orang buta yang baik yang
dijumpainya saat pergi ke supermarket minggu kemarin.”
“Memang
baiknya orang buta itu apa kok Fadhil sampai bilang begitu?”
“Orang
buta itu kan lagi berjalan, ditabrak pengendara sepeda motor. Nggak sampai luka
parah sih, eh, tapi pengendara motornya malah marah-marah karena orang buta
tersebut nggak lihat-lihat. Kan wajar ayah, orang buta nggak lihat. Tapi, orang
buta itu malah berbalik minta maaf dengan bertutur kata yang sopan. Nah, Fadhil
iba dengan orang buta tadi. Katanya pingin menyembuhkan mata orang buta tadi
andai dia bisa.”
“O
begitu ceritanya, subhanallah ya orang buta tadi?”
“Iya,
tapi apa jawabannya ayah, tentang apa penyebab buta?”
“Ya
macam-macam. Bisa sudah takdir Allah semenjak dia lahir. Ada yang karena
kecelakaan hingga syaraf matanya rusak dan menyebabkan kebutaan. Itu sih yang
ayah tahu.”
“Segala
sesuatu terjadi pasti ada penyebabnya ya ayah?”
“Begitulah!
Nah, sekarang ayah tanya biar kamu lebih mendapatkan gambarannya yang lebih
gamblang.”
“Apa
ayah? Nggak sulit, kan?”
“Berapakah
faktor dari 8?”
“1,
2, 4, dan 8. Kok jadi pelajaran matematika Ayah?”
“Sabar,
ntar kamu akan mengerti sendiri apa kaitannya. Terus, mengapa bilangan-bilangan
itu disebut faktor dari 8?”
“Ya
karena ketika bilangan itu dikalikan akan menghasilkan bilangan 8. Misalkan 1 x
8, 2 x 4, 4 x 2, dan 8 x 1.”
“Kalau
faktor dari 10?”
“Ah
Ayah, mau menguji kemampuan Malik ya? Faktor 10 itu 1, 2, 5, dan 10. Betul,
bukan?”
“Sipplah!
Nah, kira-kira apa yang menyebabkan orang bisa masuk surga, Nak? Maksudnya
kalau mau dicari faktornya, apa coba?”
“Banyak,
bisa karena amal kebaikan yang dia lakukan, bisa karena rahmat Allah.”
“Lalu,
orang yang buta tadi bisa masuk surga tidak karena sifat pemaafnya terhadap
orang yang menabraknya?”
“Ya
bisalah. Kan pemaaf adalah amal baik.”
“Terus,
dengan menjadi orang buta, ada tidak peluang orang tersebut untuk lebih
menjadikannya penghuni surga?”
Malik
tampak berpikir keras. Dia nampak memutar otaknya untuk mencari jawaban dari
pertanyaan ayahnya. Ayahnya pun menunggu dengan sabar dan tenang sambil
meneruskan membaca koran. Sesekali dilirik anaknya, jari-jari tangannya masih
memukul-mukul ringan meja di samping ayahnya. Tampak kosong, belum ada
tanda-tanda dia berhasil mendapatkan jawaban.
Sang
ayah segara meletakkan kembali korannya. Malik cengar-cengir berkata bahwa dia
menyerah. Lalu ayahnya bercerita tentang seorang anak yang diajak ayahnya
jalan-jalan, dan selama dalam perjalanan mereka melihat seorang perempuan
bertangan satu. Tangan sebelahnya lagi sudah tidak ada alias buntung. Sang ayah
bertanya tentang siapakah yang lebih beruntung antara perempuan tersebut dengan
diri anaknya. Sang anak menjawab bahwa dia sendiri yang lebih beruntung karena
dengan punya tangan lengkap dia bisa melakukan banyak hal dengan sempurna dan
lebih cepat. Sedangkan perempuan yang dilihatnya tidak demikian. Sang ayah
mengiyakan, lalu beliau bertanya tentang peluang perempuan tersebut untuk
berbuat maksiat dengan tangannya. Sang anak menjawab bahwa perempuan tersebut
akan merasa senang karena minimal satu tangannya tidak akan pernah berbuat
maksiat. Otomatis satu tangannya yang tidak ada tidak ada dimintai
pertanggungjawaban. Sang ayah menegaskan tentang siapa yang sebenarnya lebih
beruntung.
“Oh,
aku tahu ayah. Berarti orang yang buta tadi bisa menjadi penghuni surga lagi
karena matanya diselamatkan dari melihat yang tidak diperbolehkan ayah. Betul,
bukan?”
“Luar
biasa anak ayah,”sanjung ayah Malik sambil mengelus rambut anaknya yang mulai
kemerah-merahan.
Wahai
para orang tua, apa yang didiskusikan Malik dan ayahnya sungguh suatu hal yang
membawa kebaikan. Mengapa? Secara tak langsung, meski ayah Malik menanyakan
tentang faktor sebuah bilangan, namun beliau cerdas sekali mengajak anaknya
mengambil hikmah dari makna faktor tersebut. Bahwa segala sesuatu terjadi
karena ada faktor penyebabnya. Dan semuanya kembali kepada kehendak Allah.
Anak
jadi memahami ada peran Allah dibalik semua peristiwa. Dan setiap kejadian yang
menimpa manusia tidak akan melebihi kemampuan manusia itu sendiri, bahwa ada
pelajaran berharga yang bisa dipetik jika manusia mampu memaknai. Pun, dari
dialog di atas, dari bab faktor sebuah bilangan, anak akan mengerti bahwa
sesuatu bisa menyebabkan sesuatu. Ada hukum sebab akibat disana. Lebih jauh,
ayah Malik begitu pintar mengajak anaknya berpikir tentang demikianlah sifat
Allah. Allah Maha Memberi Pembalasan. Setiap amal kebaikan diganjar dengan
kebaikan, demikian pula sebaliknya. Anak tak hanya pintar menjawab bahwa 1 x 8
akan menyebabkan hasil 8, namun anak punya pikiran yang mendalam bahwa amal
baik bisa membawa manusia ke dalam surga. Sehingga manusia tidak dinilai dari
bentuk fisiknya, namun lebih kepada amal yang dilakukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar