Ini adalah tulisan saya yang dimuat di Majalah Al Falah Surabaya, Januari 2015
Belum ada foto bukti dimuatnya nih! Tapi tulisan aslinya seperti ini. Moga bermanfaat.
Dia
adalah seorang panglima muda Islam yang gagah berani, kuat, matang, dan
berkepribadian mulia. Rasulullah tak salah memilihnya untuk menjadi panglima
perang meski saat itu ada sahabat senior sekelas Abu Bakar dan Umar bin Khatab.
Putra Zaid bin Haritshah dan Ummu Aiman ini memikat hati Rasulullah untuk
memimpin pasukan perang. Padahal usianya ketika itu masihlah 16 tahun. Siapakah
dia? Ya, Usamah bin Zaid.
Usia
16 tahun merupakan usia remaja. Tepatnya remaja pertengahan. Begitu menurut
pandangan beberapa ahli di dunia ini. Pada usia ini, atau remaja pada umumnya
(13-21 tahun) identik dengan manusia yang penuh masalah. Kondisi emosi yang
labil karena peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa. Kadang sok berani,
namun dalam hati juga masih merasa takut. Kecenderungan untuk ikut-ikutan pun
tinggi, seolah remaja adalah pribadi yang plin plan, bodoh, dan tak punya
pendirian. Keguncangan sering terjadi dalam jiwa remaja. Pokoknya bermasalah!
Sering menimbulkan kegelisahan orang tua.
Bahkan ada yang terang-terangan menyatakan bahwa usia remaja memang usia
penuh masalah. Banyak perubahan terjadi dan butuh penyesuaian. Dan adakalanya,
remaja beradaptasi dengan cara yang ekstrim.
Banyak
definisi remaja (adolensence) yang
diungkap para ahli. Secara umum memang menyatakan masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Belum matang karena peralihan
dan masih dalam proses menuju kematangan dalam segala aspek. Dalam bahasa arab,
istilah remaja dikenal dengan sebutan Al Murohaqoh,
yang memiliki makna dungu,jahat, dzalim, dan senang melakukan kesalahan.
Intinya, remaja adalah pribadi yang bermasalah, senada dengan ciri yang sudah
tertulis sebelumnya.
Lantas,
apakah seperti ini generasi remaja Islam? Bagaimana dengan Usamah bin Zaid
tadi? Tampakkah kedunguan dan kejahatan, atau masalah lain yang tak beres dalam
dirinya? Tidak! Dan sejarah Islam sudah banyak menelurkan generasi yang matang
di usia remaja ini. Karena itulah, istilah remaja tidak layak ada dalam kamus
Islam. Rasulullah sendiri tak pernah menggunakan istilah ini. Yang ada adalah
“pemuda”. Pemuda (syabab) memiliki
arti yang beda. Kekuatan, baru, indah, tumbuh, awal segala sesuatu. Dari
definisi ini menunjukkan bahwa pemuda itu lambang optimisme, kemenangan,
positif. Bukan kebalikannya, sebuah penyakit dan masalah.
Allah
berfirman,”Dialah Allah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan
apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS
ar Ruum:54)
Dari
ayat di atas tampak ada fase lemah lalu kuat dan berakhir lemah kembali. Kata
“lemah” yang pertama memang menunjukkan masa anak-anak, sedangkan kata “lemah”
yang kedua menunjukkan masa tua. Hanya ada satu masa di antaranya, yaitu masa
kuat. Dan inilah masa muda, masa pemuda (syabab),
masa penuh kekuatan.
Apa
yang ada di pikiran, itulah yang akan jadi lisan yang terucap. Lisan inilah
yang akan membentuk kebiasaan hingga berujung kepada karakter yang terbentuk.
Apa yang terjadi jika dalam benak orang tua bahwa ketika anaknya berusia 13-21
tahun adalah remaja? Orang tua senantiasa berpikir penuh ketakutan karena
anaknya pasti bermasalah. Orang tua akan dibuat bingung meski bagaimana
memperlakukan anaknya dalam usia ini. Berbeda jika mindset awal bahwa anaknya usia tersebut adalah seorang pemuda
(syabab). Keyakinan orang tua bertambah karena generasi hebat dan tangguh
muncul di tengah-tengah kehidupan mereka.Apalagi jika sang anaknya sendiri
berpikiran bahwa dirinya adalah pemuda. Peradaban akan terjadi.
Mulai
sekarang, gunakan istilah “pemuda”! Islam jaya karena peran pemuda. Islam
tampak tinggi di dunia juga karena semangat dan kemauan keras pemuda. Mari kita
tilik beberapanya. Ada Zaid bin Tsabit sang pakar faraidh (ahli ilmu waris) yang ketika Nabi Muhammad wafat usianya
tidak lebih dari 23 tahun. Tercatat dalam sejarah pula bagaimana Rafi’bin
Khudaij, seorang ahli panah dan Samurah bin Jundub (ahli gulat) akhirnya pun
berhasil menaklukkan hati Rasulullah untuk bisa ikut perang Uhud padahal usia
keduanya belum mencapai 15 tahun. Atau Umair bin Abi Waqqas, saudara Sa’ad bin
Abi Waqqash yang secara sembunyi-sembunyi ikut perang Badar karena tak ingin
Rasulullah menolaknya hanya karena beliau menganggap dirinya masih kecil.
Cukup
satu kata “pemuda”. Bukan remaja.
Kloa remaja terkesan labil gitu ya maak
BalasHapusbegitulah,mbak..
HapusIslam dulunya jaya karena peran pemuda. dan akan kembali jaya karena perjuangan para pemuda Islam.. :)
BalasHapusinshaaAllah, semoga kita menjadi salah satu pemuda yang menjayakan kembali Islam
Hapus