“Uh,
sebel banget sama Salsa, awas besok aku pasti akan membalasnya,” gerutu Azka.
“Sepertinya anak ibu sedang jengkel ya? Mungkin bisa cerita ke ibu?” tanya
Bu Farida.
“Iya
Bu, aku lagi jengkel. Salsa mah hanya baik namanya doang, tapi kata-katanya itu lho terdengar
pedas di telinga!”
“Oh,
kamu marah dikatain Salsa? Emang parah ya?”
“Ya
iyalah, masak Azka dikatain ‘Kaki Koreng’ ma dia! Kan wajar jika aku marah
Ibu!”
“Kaki
koreng?”
“Iya,
kan kaki Azka sedang sakit Bu, dia tahu kalau kakiAzka yang dibalut perban ini
sedikit bernanah waktu diganti perbannya ma Bu guru. Eh, dia langsung nyebut
Kaki Koreng. Sebel deh!”
“Trus,
besok Azka mau berbuat apa sama dia?”
“Mau
aku katain juga Bu, dengan sebutan, sebutan, sebutan apa ya?”
“Sebutan
apa sayang?”
“Nggak
tahu. Nggak jadi aja deh. Kasihan!”
“Kenapa
nggak jadi?”
“Memang
Ibu setuju jika aku balas dendam ke Salsa?”
“Menurut
Azka gimana?”
“Sepertinya
nggak!”
Bu
Farida memeluk anaknya. Beliau bangga
mendengar keputusan anaknya untuk mengurungkan niat membalas dendam temannya.
“Oh
ya Azka, engkau sudah belajar tentang luas untuk pelajaran matematika?”
“Sudah
Bu, minggu kemarin.”
“Apa
makna luas Nak? Jika ada permukaan meja seperti ini bisa tidak Azka mengetahui
luasnya?”tanya Bu Farida sambil menunjuk meja belajar Azka di kamar.
Azka
mencari kertas HVS bekas di rak buku. Diambilnya beberapa buah lalu menatanya satu per satu hingga menutupi
permukaan meja yang ditunjuk ibunya.
“Permukaan
meja ini luasnya segini Bu,” jawab Azka sambil menghitung banyaknya kertas yang
menutupi permukaan meja.
“Yap
benar sekali.
Lalu, bagaimana jika kertasnya ibu ambil 1?”
“Ya
luasnya jadi berkurang, permukaan meja nggak jadi tertutupi semua.”
“Jika
ibu ambil lagi 1?”
“Ya
yang nggak ketutup jadi 2 Bu, jika ibu ambil lebih banyak lagi atau semuanya ya
permukaan meja jadi terlihat semua.”
“Nah,
sekarang andaikan permukaan meja tadi sudah usang bahkan banyak
coret-coretannya, kira-kira enak tidak dipandang atau digunakan?”
“Ya
nggak lah. Mata jadi perih malahan!”
“Mau
nggak menggunakannya?”
“Nggak
mau.”
“Kalau
itu hanya meja satu-satunya dan Azka sangat membutuhkannya untuk belajar
gimana?”
“Ya
dipakai ja, tapi sebisa mungkin dicat ulang lagi aja Bu, atau digambari dengan
lukisan yang lebih baik.”
“Seberapa
yang dicat atau digambari?”
“Semua
permukaan meja.”
“Kalau
hanya setengah saja gimana?”
“Ya
aneh, tetap nggak enak dilihat juga Bu!’
“Andaikan
permukaan meja tadi yang buruk rupa adalah kejelekan orang lain bagaimana?
Apakah Azka juga akan berusaha menutupinya hingga tak terlihat orang lain?”
“Semestinya
begitu. Sama kayak kertas yang menutupi tadi. Jika diambil ibu jadinya malah
nggak menutupi.”
“Jadi
Azka bisa dong menjadi seperti kertas-kertas tadi?”
“Jadi
kertas? Maksudnya menjadi penutup permukaan meja?’
“Iya,
yang akan menutup kejekan orang lain sebagaimana kertas menutupi meja.”
“InsyaAllah
Bu. Makasih dah ingetin Azka. Tadi Azka hanya jengkel ja ma Salsa.”
Suasana
di kamar itu benar-benar terharu. Bu Farida memeluk anaknya. Menjadi pemaaf adalah lebih baik dan Allah juga
Maha Pemaaf bagi hamba-Nya yang berbuat salah lagi memohon maaf. Lebih jauh
lagi, orang tua juga bisa menambahkan penjelasan bahwa ketika seseorang mau
menutup kejelekan atau aib saudaranya, maka Allah akan menutupi kejelekan atau
aibnya di akhirat kelak. Berbanding lurus. Dan fitrah manusia adalah ia tak
menginginkan kejelekannya diketahui orang lain.
Dialog
di atas juga bisa digunakan untuk menanamkan karakter kepada anak tentang
pentingnya berkata sopan. Ada lidah yang harus dijaga karena banyak sekali
penghuni neraka adalah orang-orang yang tidak menyelamatkan lidahnya. Kata-kata
kasar dan menyakitkan keluar tanpa ada penyaringnya. Di sini, self control anak akan terbangun dengan
sendirinya. Dia akan memikirkan setiap kata yang akan diucapkannya sebelum
berlanjut kepada tingkah laku nyata.
Matematika,
terutama tentang konsep luas tak sekedar
akhirnya anak bisa menghitung, tapi bagaimana ada makna yang dalam terkandung
di dalamnya jika orang tua mau menggali. Integralitas matematika dan dunia anak
akan nampak indah di sini.
cara yang sangat bijaksana......bener2....
BalasHapusBu Farida kreatif sekali.. mengajarkan kebaikan dengan perumpamaan yang bagus! Jadi mudah dimengerti oleh anak ya.. Mbak Henny. Kereen..!
BalasHapusSubhanallah.... sebuah analogi sederhana tp luar biasa ....slm knal mak :)
BalasHapusDari hal yang sederhana ternyata kita bisa memetik hal nilai yg luar biasa. Makasih mak sudah betbagi dan saling mengingatkan.
BalasHapusjadi lebih mudah menekankan pentingnya (pelajaran) matematika ke anak-anak ini bu... (y)
BalasHapusNice sharing mba Henny, aku suka sama ceritanya.
BalasHapus