Asap mengepul ke mana-mana. Banyak laki-laki di sekitarku.
Yang perempuan juga banyak. Nada kecewa dan jengkel nampak di raut wajah dan
omongan mereka. Satu jam lewat belum ada tanda-tanda dimulainya acara yang baru
pertama kali ini aku mengikutinya.
“Ya Allah aku hanya ingin menjadi warga yang bertanggung
jawab saja. Tapi kok ya lama amat nih. Mana perut lagi buncit, anak yang sulung
dititipin ke tetangga lagi,” gerutuku ketika pusing kepala sudah mendera.
Andai! Andai Sabtu itu aku tak buru-buru. Ah, mengapa harus
begitu? Lampu motor tak nyala memang kelupaan kok tak dinyalakan. Pantas saja,
akhirnya Pak Polisi melambaikan tangannya memintaku minggir.
“Mbak,besok Jumat ditunggu kehadirannya ya jam 8 pagi.”
“Ehm, ngapain Pak?”
“Ambil SIM-nya!”
Aduh, diapakan ya kira-kira? Tak terbayang sama sekali. Kata
suami disuruh datang saja. Paling hanya begitu saja. Tak perlu dikhawatirkan.
“Aduh, lama ama sih! Nggak tahu apa ni telat berangkat
kerja!” orang di sebelahku berdiri mengomel-omel.
“Mbak, salahnya apa sampai ditilang?” tanya bapak di
belakangku kepada perempuan di sebelahnya.
“Alah, cuma lampu motor nggak dinyalain Pak. Saya bayar di
tempat nggak mau polisinya. Mintanya saya datang ke sini. Kena berapa ya Pak?”
tanya perempuan berambut panjang itu. Kebetulan kasusnya sama denganku.
Semua orang di ruang 3 segera berdiri. Bahkan desak-desakan
karena sempit. Jumlah pelanggar lalu lintas banyak. Asap rokok dan bau keringat
semakin menambah pusing kepalaku. Ingin rasanya aku jadi orang pertama yang
disidang agar aku cepat pulang. Pak Hakim dan krunya sudah siap ditempat dan
memulai persidangan.
“Henny Ika Puspitarini, Tosaren Kediri!” suara hakim lantang
terdengar.
“Ada Pak!” aku menjawab dan segera maju ke depan. Tanda
tangan, ambil SIM, dan mengeluarkan beberapa lembar uang. Lalu aku pulang.
“Kena berapa, Bunda?” tanya Mbak Nur yang ngemong anakku.
“Lebih murah kok daripada bayar di tempat ketika tilang.
Hanya 33 ribu,” jawabku sambil nyengir.
*293 kata
Wahhh sidang emang gak ribet andai saja yang merokok dan tempatnya enak . iyakan mak hehe
BalasHapuslain kali jangan urusan sama polisi lagi deh . Makasih sudah berpartisipasi ya Mak.
ya memang prosedurnya harus sidang, ya saya jalani saja itu. untung polisinya saat itu juga polisi yang baik, nggak mau dibayar di tempat. padahal jika bayar di tempat bisa kena 50 ribu ... tapi ya gitu, pelanggaran berlalu lintas di indonesia khususnya depok masih banyak ya, buktinya ruang sidang saat itu sampai 4 ruang nggak muat ...
HapusWah pernah disidang Pak Polisi ya? aku nembak di tempat Mba,
BalasHapusSalam
astin
ternyata disidang itu nggak menakutkan sama sekali mbak Astin
Hapuslebih murah ikut sidang ya drpd bayar di tempat
BalasHapusemang lebih murah disidang, tapi nunggunya sampai bisa disidang itu lho, lama banget
Hapus