Anak-anak di daycare adalah investasi akhirat |
Daycare
kini banyak bermunculan dimana-mana, seolah memang menjadi kebutuhan orang tua
untuk menjaga anak-anaknya selagi mereka bekerja. Matahari masih malu-malu
menampakkan sinarnya, anak sudah diajak berangkat menuju daycare. Pulang sampai
rumah maghrib/malam sudah biasa bagi anak-anak yang dititip di daycare.
Sungguh,
rugi berbisnis daycare. Jika niatnya untuk meraup untung saja. Awal saya
mendirikan Rumah Pelangi Daycare ada bimbang dalam hati saya. Seolah
bertentangan dengan prinsip saya, bahwa ibu, khususnya, selayaknya di rumah
saja mendidik dan membesarkan buah hatinya. Tapi, saya pendam dan kubur
kebimbangan saya. Toh, faktanya tidak semua ibu bekerja tidak peduli dengan
pengasuhan dan pendidikan anaknya. Buktinya, ada orang tua yang menitipkan
anaknya di daycare sangat perhatian dengan makan, progress tumbuh kembang, dan
kemampuan lain anaknya. Meski, jujur ada juga orang tua yang tak terlalu peduli
soal itu. Bahkan diberi rapor perkembangan anaknya pun biasa saja. Tak bertanya
apa pun. Yang menyedihkan lagi adalah karena alasan pekerjaan dan tidak mau
dimarahi atasannya, orang tua malah tega dan ngeyel menitipkan anaknya di
daycare ketika sakit. Padahal sudah jelas itu saya larang karena memang
demikian aturannya. Kenyataan seperti inilah yang membuat saya maju mendirikan
daycare. Membantu orang tua soal anaknya dan mengajak orang tua bisa senantiasa
belajar dan berlatih menjadi orang tua yang baik.
Sungguh,
rugi berbisnis daycare. Jika malah menjadikan anak jauh dari orang tuanya.
Anak-anak di Rumah Pelangi Daycare sangat dekat dengan para pengasuhnya. Mereka
biasa mendongeng, bermain, belajar sholat, berdoa, dan makan bersama. Namun,
pengasuh berusaha saya ajari agar menceritakan kebaikan orang tua anak-anak
kepada mereka. Bahwa orang tua mereka bekerja untuk kebaikan mereka, ibunya lah
yang melahirkan mereka, yang mengajarkan banyak nama benda, tempat bersandar
ketika sakit, mengajak bermain ketika libur, menemani ketika tidur malam, dsb.
Bagaimanapun, meski durasi anak-anak lama di daycare, namun kebersamaan mereka
bersama orang tuanya tentu ada yang berkesan. Dan ini yang selalu dihadirkan
pengasuh kepada mereka agar tetap dekat dengan orang tuanya. Jangan sampai seperti kacang lupa akan kulitnya.
Sungguh,
rugi berbisnis daycare. Jika terus mengungkit betapa lelahnya mengurus anak
orang. Karenanyalah, suntikan motivasi kepada pengasuh tentang pahala melimpah
berbisnis ini senantiasa saya berikan. Lelah? Memang iya. Apalagi beragam
sekali tingkah polah anak. Ada yang suka menggigit, ada yang suka mojok di
kamar saja, ada yang suka nangis seharian, ada yang tidak bisa makan nasi, dsb.
Wajar lelah, lumrah mengeluh ini itu. Namun, bukankah ini ladang amal yang
sangat besar?
Daycare
bukan soal lagi tentang “Ini lho saya punya daycare”. Bukan, bukan itu! Daycare
adalah inspirasi amal. Daycare adalah sumur kebaikan.
Saya salut dg daycare-nya mak, mungkin inilah harapan orang tua yang menitipkan buah hatinya di daycare...sayang tidak semua daycare sungguh2 dan profesional kerjanya, ada yang hanya meraup untung saja, namun kembali pada orang tua, bahwa sebenarnya yang diinginkan buah hati adalah kehangatan dan kasih sayang tulus dr orang tuanya bukan dr pengasuhan orang lain
BalasHapusbetul mbak, makanya daycare saya tak mau menerima anak dijemput lewat jam 7 malam. kasihan anak-anak. dah nggak tenang, kangen ma orang tuanya
HapusHebat Mak, amanah. Kebanyakan daycare nerima klien tanpa kasih sayang. Padahal ngasuh anak lahir batin ya Mak...
BalasHapusiya, syarat utama memang pengasuh harus sayang anak dulu kalau mau kerja di daycare saya
Hapusduh, jadi mellow baca ini. inget anakku di daycare. *emaknya malah blogwalking di kantor* T_____T
BalasHapushe he..ayo jangan lupa anaknya ya mbak
HapusSemoga tetap menjadi ladang amal yang berkah mbak..
BalasHapusamin..doakan ya mbak..
Hapus