Minggu, 21 September 2014

Menangis dari Hati yang Hidup Akan Lebih Menghidupkan Hati


                Terhenyak ketika tiba-tiba memandang sebuah majalah yang menanyakan kapan terakhir kita menitikkan air mata. Kaget dan rasanya dadaku langsung bergemuruh. Aku tak ingat kapan terakhir aku bisa menitikkan air mata.

                Air mata yang benar-benar beda. Seperti yang dimiliki Umar bin Khatab hingga pipinya terdapat bekas hitam saking seringnya sahabat Nabi yang perkasa ini menangis. Atau seperti Sufyan Ats Tsauri yang ketika mengingat dosanya, tapi masih saja merasa takut Allah tak menerima taubatnya.

                Entah kenapa, beberapa hari yang lalu aku ditawari tiket untuk mengikuti sebuah seminar parenting. Sebenarnya aku sudah mengenal siapa pembicaranya. Wong kami sering ketemu, kok! Tapi, tak ada rasa berat hati aku membeli tiket itu dan kemarin aku mengikuti seminarnya. Dan benar, menit pertama aku sudah menitikkan air mata. Bahkan sampai akhir seminar, air mataku susah untuk dibendung. Aku merasa hatiku hidup saat itu.

                Mengenal Allah.  Ya, aku juga ingat ketika dulu ikut pelatihan ESQ Bang Ari Ginanjar, hatiku juga takjub dan hidup karenanya. Tiga hari wajah tak bisa gembira sedikitpun. Benar, bahwa mengingat Allah, hati menjadi tenang. Hidup dan ingin terus mendekat kepada-Nya.

                Mengenal Rasulullah. Ya, aku juga terpana dan menitikkan air mata ketika sebuah video kisah meninggalnya manusia mulia ini tak sengaja aku putar ketika mendarat di grup whatsapp. Bahkan selama dua bulan lebih aku masih terngiang-ngiang isi video itu. Tamparan yang luar biasa.

                Tapi, aku tak ingat kapan terakhir bisa menitikkan air mata karena murni hatiku hidup. Bukan karena pelatihan, seminar, atau video. Bagaimana aku bisa seperti sahabat Rasulullah? Apa rahasia mereka bisa hidup hatinya, lalu mudah menangis, dan dengan meneteskan air mata, hati mereka tambah hidup?
1.       Puasa
Bahkan dalam keadaan berperang pun berpuasa. Perang yang meletihkan, menggemparkan, membutuhkan daya juang yang sangat tinggi. Namun, para sahabat Rasulullah tetap melakukannya. Justru itulah senjata utamanya. Puasa karena mereka begitu mengenal Allah.

2.       Sholat malam
Sholat terbaik setelah sholat wajib adalah sholat malam. Muhammad Al Fatih, meski bukan sahabat Rasulullah, namun beliaulah yang selalu hadir dalam mimpi Rasulullah. Dia berhasil membawa pasukan muslim menaklukkan Konstantinopel. Pemimpin pasukan luar biasa karena terbiasa menunaikan sholat malam sejak dia baligh sampai usianya ketika itu. Tak pernah ditinggalkannya meski hanya semalam.

3.       Dekat Al Quran
Al Quran adalah ruh yang menggerakkan jiwa, pikiran, dan badan para sahabat untuk senantiasa menabur kebaikan dibalut dengan iman. Abdullah bin Amr Al Ash mampu mengkhatamkan Al Quran dalam sehari meski akhirnya dilarang sama Rasulullah. Abdullah bin Mas’ud rela dan berani membaca Al Quran di ka’bah meski tahu akan dilempari batu oleh kaum kafir Quraiys. Ibnu Abbas, saking dekatnya beliau dengan Al Quran menjadi tempat rujukan kala itu.

4.       Semangat Berukhuwah
Bagaimana Abu Dzar Al Ghifari merelakan perempuan Anshar yang ingin dipinangnya untuk menikah dengan sahabat yang menyampaikan pinangannya. Karena ternyata perempuan Anshar lebih memilih sahabat Rasul yang menemaninya itu. Atau dua orang sahabat Rasulullah yang sama-sama memiliki hutang dan ternyata keduanya saling membayarkan lunas hutangnya tanpa sepengetahuan keduanya. Sahabat A menyahurkan hutang sahabat B tanpa sepengetahuan sahabat B. Demikian juga sebaliknya.


                Hati para sahabat Rasulullah dan generasi sesudahnya hidup karena terus bersama cahaya Allah. Karena mengenal Allah dengan kadar yang sangat tinggi. Sedang aku? Tertatih-tatih menuju cahaya itu. Bisa menangis karenanya adalah sebuah anugrah yang tiada kira, meski kapan terakhir aku menitikkan air mata, aku pun sudah lupa. Bukan karena seringnya menangis, tapi saking jarangnya menangis. Menangis karena hati yang hidup itu.

2 komentar:

  1. Mbak Hen selalu berusaha menuju kepada-Nya, berarti ada tanda kalau hati Mbak Hen tersentuh. Tapi memang air mata kadang2 kita butuhkan, sebagai tanda bahwa kita memang butuh menghamba pada-NYA.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Mugniar..menangis karena Allah adalah sesuatu yang selalu aku rindukan..butuh banget..

      Hapus