Selasa, 23 September 2014

Segelas Teh, Tanda Tangan, Mulut Fasih, dan Kebanjiran

                
SMA Negeri 1 Kediri tampak dari depan
        Guru seperti ini yang senantiasa dinanti oleh siswa-siswanya. Faktanya, setiap hari raya Idul Fitri banyak sekali alumni SMA Negeri 1 Kediri tempatku belajar dulu senantiasa berkunjung ke rumah beliau. Guru yang hebat. Guru yang menggunakan hati dalam setiap aktivitasnya. Tidak hanya mengajar, namun memang seperti orang tua kedua. Ingat bangetlah ketika itu pelajaran Kimia, aku tak berkonsentrasi menyimak pelajarannya. Beliau rupanya memperhatikanku sejak mula pelajaran dimulai. Lantas, beliau mendekati. Dengan terpaksa aku pun mengaku bahwa perutku sakit sekali. Wajahku tampak pucat menahan sakit. Diajaknya aku ke kantin sekolah, tempat yang paling jarang aku datangi karena aku tak pernah bawa uang saku. Siswa yang lain sudah diberi tugas. Dibelikannya segelas teh pahit hangat dan memintaku untuk meminumnya.

“Minum, Nak! Biar legaan perutnya.”

Setelah itu kami kembali ke kelas. Aku berkeringat, namun letak meja kursiku dekat pintu kelas dan jendela membuat keringat menguap. Sedikit lega. Perutku tak sakit lagi. Sungguh, sampai sekarang aku juga tak mengerti apa khasiat segelas teh hangat dengan sakit perutku saat itu. Tapi kenangan ini begitu membekas di hatiku. Bu Endang mau membantuku menghilangkan sakitku.

Selain beliau masih ada 2 guru terbaik di SMA Negeri 1 Kediri. Bu Titik, guru fisika, orang yang sangat humoris. Fisika jadi tidak sulit. Beliau tak pernah mengadakan ulangan, namun di setiap akhir pembelajarannya, beliau selalu memberikan 3-5 soal tentang materi itu. Setiap soal dikerjakan cepat-cepatan untuk diperiksa oleh beliau. Yang berhasil pertama kali dan benar akan mendapatkan tanda tangannya. Selama sepekan yang berhasil mendapatkan tanda tangan terbanyak akan mendapatkan hadiah. Apa?

“Wuih, jempol kamu. Luar biasa!”

Hanya itu. Tapi sungguh lebih terasa semangatnya di hati, meski aku hanya merasakan sekali. Maklum, ada yang lebih jago di kelas kalau soal Fisika.

Satu lagi, beliau seorang guru agama. Laki-laki yang lucu karena mulut beliau itu fasih kalau ngomong. Karenanya pula masjid sekolah juga ramai dikunjungi siswa. Banyak cerita kehidupan yang beliau ketengahkan manakala mengajar. Tak perlu bawa buku atau ngobrolin dalil. Keren deh pokoknya!

Guru memang faktor utama keberhasilan pendidikan di sekolah. 60% kesuksesan sekolah berada pada pundak guru. Bukan melulu soal pandai mengajar, namun juga bisa membangun kedekatan dengan siswanya. Guru yang kreatif dan peduli pendidikan juga akan menanamkan karakter kerja keras dan pantang menyerah pada siswanya. Peristiwa banjir itu tak mudah kulupakan. Biasa, kalau hujan turun lebat dan terus-terusan, SMA Negeri 1 Kediri selalu banjir. Lapangan belakang yang biasa dipakai olahraga dan upacara dulunya adalah rawa. Masih banyak lahannya yang belum terjamah dan diapa-apakan. Kalau banjir airnya meluap sampai ke kelas-kelas dan sekolah bagian depan. Namun, sekolah tak meliburkan lho! Guru-gurunya bersama perangkat yang lain memasang papan kayu panjang dari pintu gerbang menuju kelas-kelas. Karena kelas kotor, bahkan ada ikan yang nyasar, guru dan siswa sama-sama membersihkan. Pelajaran tidak disampaikan secara formal seperti biasanya. Dari peristiwa kebanjiran, paling tidak aku dan teman lainnya paham, yang kotor harus dibersihkan, bersama-sama lebih enak daripada sendirian, untuk mendapatkan sesuatu harus segera dimulai. Tidak boleh ditunda. Tak mungkin bukan aku dan teman-teman menunggu kelas bersih sendiri untuk bisa belajar nyaman? Pelajaran yang sangat berharga. Aku tak salah pilih ketika dulu masuk ke SMA ini selain karena ada beasiswa unggulan saat itu.

Aku cukup lama tak pernah dengar kabar SMA Negeri 1 Kediri seperti apa. Terakhir bulan Juni 2014 kemarin dengar seseorang berkata seperti ini.

“SMA 1 sekarang bagus lho! Paling bagus malahan!”

SMA Negeri 1 Kediri sekarang sudah free wi-fi

Wow! Kira-kira bagusnya karena apa ya? Aku sendiri juga tidak melanjutkan obrolan itu lebih dalam. Namun, sebagai orang yang pernah bersekolah dan nanti juga akan menyekolahkan anak, aku punyalah sekolah impian yang kuidam-idamkan. Kayak gini nih..

Memang sih, garda utama tetap pada guru. Bahkan sampai tutur kata guru juga harus diperhatikan. Bukankah dari ucapan akan turun ke pikiran? Ucapan juga menentukan masa depan. Bahaya banget kalau guru suka ceplas-ceplos ngomong yang tak karuan. Kualitas mengajar dengan memperhatikan gaya belajar anak serta kompetensi keilmuwannya juga tak lagi diragukan.

Sekolah impian versi aku juga sebaiknya ada perpustakaan yang lengkap. Koleksi bukunya memungkinkan guru, siswa, dan elemen sekolah lainnya selalu bisa dengan cepat membaca dan membuat ringkasannya. Sekolah memang mengadakan program guru  dan siswa wajib baca buku. Kebayang kan apa jadinya jika semua elemen sekolah gila buku? Akan ada peradaban besar terjadi!

Tak ketinggalan, aku tuh ingin banget ada sekolah yang ketika mendirikannya juga melalui proses amdal. Tak harus yang muluk-muluk, minimal tentang pengelolaan sampah di sekolah bisa tertangani dengan baik juga. Atau tetap menyediakan saluran air yang lancar sehingga tak ada bau menyengat dari kamar mandi atau tempat lainnya. Kebersihan tak boleh disepelekan mau sekolah yang bentuknya ruang kelas, saung di pelataran, atau berbasis alam sekalipun.

Terakhir, apa ya? Oh ya, meski butuh proses yang sangat panjang, karakter positif siswa harus bisa terbentuk juga di sekolah. Kerjasama yang baik dengan orang tua akan memudahkan proses ini. Zaman semakin menggila sekarang, butuh perisai yang kuat untuk bisa menghadapinya. Guru tak cukup mengajar dalam taraf kognitif saja, namun memasukkan nilai moral dalam setiap ucapan dan tindakannya. Terintegralisasi. Nilai suatu bangsa ada pada nilai moral dan akhlak warganya. Sekolah turut andil dalam membangun nilai bangsa.

Dimana bisa mengetahui semua kriteria itu? Sekolah yang bagus mestinya punya Quality Assurance (QA). Terpajang di setiap pojok sekolah sebagai landasang berpijak semua elemen sekolah. Lihat  QA semangat muncul untuk mencapai apa yang tertera di dalamnya. Sekolah bagus harus mampu memberi jaminan kepada orang tua. Kalau milih sekolah, aku pasti lihat yang ini dulu.


                Segelas teh, tanda tangan, mulut fasih, dan kebanjiran telah mengajariku. Apa arti sekolah, apa makna kehidupan.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Give Away Sekolah Impian





3 komentar:

  1. Tempat yang paling favorit di sekolah menurutku adalah perpustakaan... Di perpustakaan kita akan temukan begitu banyak buku dengan ragam tema yang berbeda... Kebetulan aku sangat suka membaca... Jam istirahat lebih sering kuhabiskan di perpustakaan sekolah... Aku sangat berterima kasih pada sekolahku itu krn menyediakan perpustakaan dengan fasilitas lengkap... Beruntunglanh aku bisa sekolah di sana.. Karena sebagian ilmuku yg kudapatkan sumbernya dari perpustakaan sekolah...Sekolahnya Mbak Henny saat SMA juga punya perpustakaan yang bagus ya,,?

    BalasHapus
  2. Kata-kata dan tingkah laku dari guru memang seringkali akan diingat oleh muridnya sampai kapan pun...
    Sukses ya Mbak untuk GA-nya :)

    BalasHapus
  3. saya setuju, guru memang faktor utama keberhasilan pendidikan di sekolah

    BalasHapus