SMA Negeri 1 Kediri tampak dari depan |
Guru seperti
ini yang senantiasa dinanti oleh siswa-siswanya. Faktanya, setiap hari raya
Idul Fitri banyak sekali alumni SMA Negeri 1 Kediri tempatku belajar dulu senantiasa
berkunjung ke rumah beliau. Guru yang hebat. Guru yang menggunakan hati dalam
setiap aktivitasnya. Tidak hanya mengajar, namun memang seperti orang tua
kedua. Ingat bangetlah ketika itu pelajaran Kimia, aku tak berkonsentrasi
menyimak pelajarannya. Beliau rupanya memperhatikanku sejak mula pelajaran
dimulai. Lantas, beliau mendekati. Dengan terpaksa aku pun mengaku bahwa
perutku sakit sekali. Wajahku tampak pucat menahan sakit. Diajaknya aku ke
kantin sekolah, tempat yang paling jarang aku datangi karena aku tak pernah
bawa uang saku. Siswa yang lain sudah diberi tugas. Dibelikannya segelas teh
pahit hangat dan memintaku untuk meminumnya.
“Minum, Nak! Biar legaan
perutnya.”
Setelah itu kami kembali ke
kelas. Aku berkeringat, namun letak meja kursiku dekat pintu kelas dan jendela
membuat keringat menguap. Sedikit lega. Perutku tak sakit lagi. Sungguh, sampai
sekarang aku juga tak mengerti apa khasiat segelas teh hangat dengan sakit
perutku saat itu. Tapi kenangan ini begitu membekas di hatiku. Bu Endang mau
membantuku menghilangkan sakitku.
Selain beliau masih ada 2 guru
terbaik di SMA Negeri 1 Kediri. Bu Titik, guru fisika, orang yang sangat humoris.
Fisika jadi tidak sulit. Beliau tak pernah mengadakan ulangan, namun di setiap
akhir pembelajarannya, beliau selalu memberikan 3-5 soal tentang materi itu.
Setiap soal dikerjakan cepat-cepatan untuk diperiksa oleh beliau. Yang berhasil
pertama kali dan benar akan mendapatkan tanda tangannya. Selama sepekan yang
berhasil mendapatkan tanda tangan terbanyak akan mendapatkan hadiah. Apa?
“Wuih, jempol kamu. Luar biasa!”
Hanya itu. Tapi sungguh lebih
terasa semangatnya di hati, meski aku hanya merasakan sekali. Maklum, ada yang
lebih jago di kelas kalau soal Fisika.
Satu lagi, beliau seorang guru
agama. Laki-laki yang lucu karena mulut beliau itu fasih kalau ngomong. Karenanya
pula masjid sekolah juga ramai dikunjungi siswa. Banyak cerita kehidupan yang
beliau ketengahkan manakala mengajar. Tak perlu bawa buku atau ngobrolin dalil.
Keren deh pokoknya!
Guru memang faktor utama
keberhasilan pendidikan di sekolah. 60% kesuksesan sekolah berada pada pundak
guru. Bukan melulu soal pandai mengajar, namun juga bisa membangun kedekatan
dengan siswanya. Guru yang kreatif dan peduli pendidikan juga akan menanamkan
karakter kerja keras dan pantang menyerah pada siswanya. Peristiwa banjir itu
tak mudah kulupakan. Biasa, kalau hujan turun lebat dan terus-terusan, SMA Negeri 1
Kediri selalu banjir. Lapangan belakang yang biasa dipakai olahraga dan upacara
dulunya adalah rawa. Masih banyak lahannya yang belum terjamah dan
diapa-apakan. Kalau banjir airnya meluap sampai ke kelas-kelas dan sekolah
bagian depan. Namun, sekolah tak meliburkan lho! Guru-gurunya bersama perangkat
yang lain memasang papan kayu panjang dari pintu gerbang menuju kelas-kelas. Karena
kelas kotor, bahkan ada ikan yang nyasar, guru dan siswa sama-sama
membersihkan. Pelajaran tidak disampaikan secara formal seperti biasanya. Dari
peristiwa kebanjiran, paling tidak aku dan teman lainnya paham, yang kotor
harus dibersihkan, bersama-sama lebih enak daripada sendirian, untuk
mendapatkan sesuatu harus segera dimulai. Tidak boleh ditunda. Tak mungkin
bukan aku dan teman-teman menunggu kelas bersih sendiri untuk bisa belajar
nyaman? Pelajaran yang sangat berharga. Aku tak salah pilih ketika dulu masuk
ke SMA ini selain karena ada beasiswa unggulan saat itu.
Aku cukup lama tak pernah dengar
kabar SMA Negeri 1 Kediri seperti apa. Terakhir bulan Juni 2014 kemarin dengar
seseorang berkata seperti ini.
“SMA 1 sekarang bagus lho! Paling
bagus malahan!”
SMA Negeri 1 Kediri sekarang sudah free wi-fi |
Wow! Kira-kira bagusnya karena
apa ya? Aku sendiri juga tidak melanjutkan obrolan itu lebih dalam. Namun,
sebagai orang yang pernah bersekolah dan nanti juga akan menyekolahkan anak,
aku punyalah sekolah impian yang kuidam-idamkan. Kayak gini nih..
Memang sih, garda utama tetap
pada guru. Bahkan sampai tutur kata guru juga harus diperhatikan. Bukankah dari
ucapan akan turun ke pikiran? Ucapan juga menentukan masa depan. Bahaya banget
kalau guru suka ceplas-ceplos ngomong yang tak karuan. Kualitas mengajar dengan
memperhatikan gaya belajar anak serta kompetensi keilmuwannya juga tak lagi
diragukan.
Sekolah impian versi aku juga
sebaiknya ada perpustakaan yang lengkap. Koleksi bukunya memungkinkan guru, siswa,
dan elemen sekolah lainnya selalu bisa dengan cepat membaca dan membuat
ringkasannya. Sekolah memang mengadakan program guru dan siswa wajib baca buku. Kebayang kan apa
jadinya jika semua elemen sekolah gila buku? Akan ada peradaban besar terjadi!
Tak ketinggalan, aku tuh ingin
banget ada sekolah yang ketika mendirikannya juga melalui proses amdal. Tak
harus yang muluk-muluk, minimal tentang pengelolaan sampah di sekolah bisa
tertangani dengan baik juga. Atau tetap menyediakan saluran air yang lancar
sehingga tak ada bau menyengat dari kamar mandi atau tempat lainnya. Kebersihan
tak boleh disepelekan mau sekolah yang bentuknya ruang kelas, saung di
pelataran, atau berbasis alam sekalipun.
Terakhir, apa ya? Oh ya, meski
butuh proses yang sangat panjang, karakter positif siswa harus bisa terbentuk
juga di sekolah. Kerjasama yang baik dengan orang tua akan memudahkan proses
ini. Zaman semakin menggila sekarang, butuh perisai yang kuat untuk bisa
menghadapinya. Guru tak cukup mengajar dalam taraf kognitif saja, namun
memasukkan nilai moral dalam setiap ucapan dan tindakannya. Terintegralisasi. Nilai
suatu bangsa ada pada nilai moral dan akhlak warganya. Sekolah turut andil
dalam membangun nilai bangsa.
Dimana bisa mengetahui semua kriteria
itu? Sekolah yang bagus mestinya punya Quality Assurance (QA). Terpajang di
setiap pojok sekolah sebagai landasang berpijak semua elemen sekolah. Lihat QA semangat muncul untuk mencapai apa yang
tertera di dalamnya. Sekolah bagus harus mampu memberi jaminan kepada orang
tua. Kalau milih sekolah, aku pasti lihat yang ini dulu.
Segelas
teh, tanda tangan, mulut fasih, dan kebanjiran telah mengajariku. Apa arti
sekolah, apa makna kehidupan.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Give Away Sekolah Impian
Tulisan ini diikutsertakan dalam Give Away Sekolah Impian
Tempat yang paling favorit di sekolah menurutku adalah perpustakaan... Di perpustakaan kita akan temukan begitu banyak buku dengan ragam tema yang berbeda... Kebetulan aku sangat suka membaca... Jam istirahat lebih sering kuhabiskan di perpustakaan sekolah... Aku sangat berterima kasih pada sekolahku itu krn menyediakan perpustakaan dengan fasilitas lengkap... Beruntunglanh aku bisa sekolah di sana.. Karena sebagian ilmuku yg kudapatkan sumbernya dari perpustakaan sekolah...Sekolahnya Mbak Henny saat SMA juga punya perpustakaan yang bagus ya,,?
BalasHapusKata-kata dan tingkah laku dari guru memang seringkali akan diingat oleh muridnya sampai kapan pun...
BalasHapusSukses ya Mbak untuk GA-nya :)
saya setuju, guru memang faktor utama keberhasilan pendidikan di sekolah
BalasHapus