Banyaknya
hari dalam setahun hampir dipastikan banyak orang yang tahu. Jika bukan tahun
kabisat maka banyak hari dalam setahun 365 hari menurut kalender Masehi. Tapi,
bagaimana konsep banyak hari bisa menjadikan anak lebih baik dalam memahami
Allah dan dirinya sehingga tumbuh karakter positif dalam kehidupannya? Simak
dialog berikut:
“Bunda, tadi Fitri baca
buku jika usia rata-rata kelinci hidup itu hanya 5 tahun. Ehm, sebentar sekali
Bunda!” tutur Fitri, anak kelas 3 SD ketika belajar malam hari untuk persiapan
besoknya.
“Fitri
baca dibaca?”Bunda Nida yang berada di sampingnya bertanya.
“Di
perpustakaan sekolah.”
“Memang
jika hanya 5 tahun apa yang terjadi? Kok sepertinya Fitri kasihan sama si
kelinci?”
“Ya,
jadinya si kelinci hanya sebentar sama anaknya. Nggak bisa memberikan kasih
sayang yang lama. Anak kelinci perlu kasih sayang juga kan Bunda?”
“Nah
anakku, berarti enak hidup lama atau sebentar?”
“Ya
enak hidup lama dong. Kan sama kayak lagu “Selamat Ulang Tahun”! Semoga panjang
umur.”
“Panjangnya
seberapa Fitri? Bisa tidak mengalahkan Allah?”
“Ya
nggak tahu. Allah bukannya kekal Bunda?”
“Iya,
maka gimana?“
“Fitri akan mati juga kayak kelinci. Tapi
nggak tahu matinya kapan?”
“Nah,
sekarang, Fitri sudah pernah belum mengalami hidup di dunia selama 3.200
hari?”
“Aduh,
ngitung dulu Bunda! Usia Fitri kan sekarang 9 tahun. Satu tahun ada 365 hari.
Berarti 9 tahun sama dengan 9 x 365, sama dengan, tunggu Bunda!” Fitri
mengambil pensil dan kertas untuk menghitung.
“Berapa
coba?”
“Ah
gampang Bunda, 3.285 hari. Jadi, Fitri sudah hidup selama itu ya?”
“Itu
lama atau sebentar?”
“Lama
juga Bunda! 3.200 hari kan banyak. Wong sehari saja sering terasa lama!”
“Nah,
sekarang jika adik Fitri yang usianya 5 tahun berarti telah hidup berapa hari
sampai sekarang?”
“Ya
5 x 365 = 1.825 hari.”
“Itu
lama atau sebentar?”
“Sebentar.”
“Kok
tahu?”
“Ya
kan lebih sedikit dari 3.200 hari!”
“Oh
begitu! Sekarang Bunda punya sebuah cerita. Mau menyimaknya?”
Fitri
secara spontan menganggukkan kepala. Kalau mendengarkan cerita itu memang sudah
menjadi kegiatan favoritnya. Kali ini Bundanya bercerita tentang seorang kakek
berusia 10 tahun. Tentu, mendengar usia kakek yang hanya 10 tahun, Fitri
terperangah. Sama seperti kisah seorang pemuda yang suatu hari mendapati kakek
ini sedang belajar bersama anak-anak di bawah pohon rindang dengan seorang
guru. Si pemuda penasaran dan menyangka bahwa si kakek adalah guru juga. Si
kakek berkata bahwa sangkaan si pemuda tadi salah. Dia menjelaskan bahwa dia
adalah murid yang sedang belajar, sama seperti anak-anak yang duduk di samping
kanan kirinya. Si pemuda tambah penasaran karena tidak mungkin kakek belajar
tentang pelajaran anak-anak. Dia pun bertanya tentang usia kakek. Si kakek
menjawab bahwa usianya tepat 70 tahun namun si kakek merasa bahwa usianya
benar-benar bermanfaat hanya 10 tahun. Yang 60 tahun tidak dihitung. Mengapa?
Si kakek menjelaskan kembali bahwa sejak lahir sampai usia 20 tahun dia hanya
gunakan untuk bermain dan bersantai ria. 20 tahun berikutnya yang semestinya
digunakan untuk berjuang dan meniti karir malah dia gunakan untuk berfoya-foya
menghabiskan harta orang tua. Sedangkan 20 tahun ketiga, tak pernah digunakan
si kakek untuk mengumpulkan tabungan pensiun. Yang dilakukan si kakek malah
bertamasya menghabiskan uang dengan tujuan yang tak jelas. Dan baru 10 tahun
inilah si kakek memulai hidupnya dengan belajar sungguh-sungguh.
“Gimana,
Nak? Usia kakek lama atau sebentar?”
“He
he he, jadinya tergantung dong Bunda?”
“Maksudnya
tergantung?”
“Si
kakek sebenarnya sudah lama hidup, tapi merasa masih sebentar hidup.”
“Kenapa?”
“Karena
usianya hanya untuk senang-senang saja.”
Konsep usia apalagi terkait dengan manusia
memang selalu menyimpan misteri bagi si pemilik usia itu sendiri. Dirinya tak
pernah tahu bilangan usia berapa yang akan dinikmatinya di dunia ini. Tentu,
dinikmati dengan cara yang positif.
Allah
Maha Kekal. Manusia akan fana. Semua orang tahu akan hal ini. Bahkan anak kelas
3 SD pun mengetahuinya karena di sekolah pun diajarkan. Satu tahun sama dengan
365 hari, anak pun mengetahuinya. Di matematika SD kelas 3 pun anak dipahamkan
tentang konsep tersebut. Ketika diminta mengerjakan soal ulangan pun, anak
sanggup melewatinya dengan hasil yang memuaskan. Tapi, apa hubungan keduanya?
Inilah tugas orang tua untuk mendalamkan maknanya.
cerita yg penuh makna mak... :)
BalasHapusTulisannya bagus mbak...inspiratif
BalasHapus