Rabu, 14 Januari 2015

Pesawat Terbang dan Allah


Biar kurakit pesawatku 
rentangkan pelan dua sayapnya 
Nyalakan sumbunya sampai terpercik api menari 
Lepaskan pengaitnya relakan pergi ke arah bulan
Tak perlu kau rindu menyinggungnya 
Perlahan lupakan kepergiannya 
Tunggulah kerling lampunya disaat bulan purnama tiba 
Pertanda dia telah bertemu dengan peri kecilnya di bulan
Reff:
Pesawatku terbang ke bulan
Pesawatku terbang ke bulan

            Masih mengenal syair lagu ini, bukan? Lagu yang dibawakan oleh penyanyi kawakan “Memes” ini kali ini menginspirasi untuk dibedah maknanya terkait keseimbangan hidup, konsep simetris dalam matematika, dan bagaimana seharusnya manusia menyikapi kehidupan ini. Tak terkecuali anak-anak.
            “Irsyad, gimana kabarnya sayang hari ini?”tanya Bu Fatimah kepada anaknya yang sedang asyik bermain melipat-lipat kertas koran bekas di ruang keluarga.
            “Eh, bunda. Baik bunda. Nih sedang iseng membuat origami sambil dengerin musik !”
            “Emang mau bikin apa?”
            “Apa aja, tapi tertantang banget pingin buat pesawat terbang.”
            “Boleh tuh, tapi bisa dong sambil bunda ajak ngobrol? Tentang pesawat terbang juga.”
            “Wah, dengan senang hati!”jawab Irsyad mantap sambil menganggukkan kepala.
            “Apa yang Irsyad ketahui tentang pesawat terbang?”
          “Yah Bunda, begitu aja ditanyain, kayak nggak pernah naik aja! Yang jelas pesawat terbang itu besar, muat penumpang banyak, ada pilot yang mengendalikannya. ”
            “Cara membuatnya gimana?”
            “Ya ada ilmunya sendiri, Bunda. Itu yang aku belum tahu banyak.”
            “Bener nggak ada yang tahu sedikitpun?”
           “Apa ya? Ehm, ya dibuat gimana caranya pesawatnya bisa terbang dengan aman. Ada sayapnya, biar bisa terbang kayak burung gitu.”
            “Wah, pintar anak bunda. Terkait sayap pesawat, memang gimana ya bentuknya?”
            “Panjang, ada 2 di samping kanan dan samping kiri.”
            “Panjang sayapnya gimana antara yang di samping kanan dan samping kiri?”
            “Sama. Diapit badan pesawat.”
            “Kalau panjangnya nggak sama bagaimana?Atau mungkin sayapnya cuma satu, apa yang terjadi?”
            “Ya nggak bisa terbang. Bisa, tapi mungkin akan mudah jatuh kali.”
            “Mengapa?”
            “Karena nggak seimbang.”
            “Betul!”
            
            Filosofi pesawat terbang sangat tepat bisa mengundang anak berpikir bagaimana seharusnya dia menjaga dirinya. Bentuk simetris yang dimiliki pesawat terbang mampu membuat sebuah generalisasi bahwa meskipun seorang anak SD kelas 4 bisa  menangkap pesan “keseimbangan hidup”. Jika tak simetris akan berat sebelah layaknya ayunan yang porosnya tak tepat di tengah atau lengannya panjang sebelah.
            Simetris adalah keseimbangan.Simetris tak hanya teori dimana segala sesuatu yang simetris memiliki sumbu simetri, tak hanya bangun datar seperti halnya dipelajari anak-anak bersama gurunya.

            Simetri adalah tak pilih kasih. Begitulah Allah. Allah Yang Maha Adil. Dan betapa seharusnya anak bisa memaknainya. Dari sudut pandang lain, anak seharusnya juga mengerti bahwa ada dua sisi dengan porsi yang sama. Allah Maha Pengampun, Allah Maha Penyayang, Allah Maha Pengasih, Allah Maha Penerima Taubat, dan masih banyak lagi kemahaan Allah yang baik-baik. Namun, anak juga harus tetap dipahamkan bahwa Allah juga mempunyai kemahaan yang sebaliknya. Allah Maha Pedih Adzab-Nya, Allah Maha Merendahkan, dsb. Apa yang terjadi jika anak paham konsep ini? Tentu, anak akan lebih berhati-hati menjalani kehidupannya. Dia seimbangkan perasaan takut dan harap yang dia tambatkan kepada Allah semata. Tidak kurang tidak lebih. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar