Rabu, 27 Februari 2013

Tetap Makan Meski Enggan Makan


Sebenarnya anak saya, sebut namanya Qowiyy bukan termasuk anak yang susah makan. Bahkan tiap hari jadwal makannya selalu tepat dan dia senantiasa lahap menyantap menu yang saya sajikan. Namun, bukan berarti Qowiyy selalu gampang makan. Ada beberapa kejadian juga akhirnya menjadikannya susah makan. Kejadian itu misalnya sebagai berikut:
  • Ketika ada kue yang melimpah di rumah. Seperti misalnya ketika saya mendapatkan bingkisan kue karena selesai ceramah, atau karena Qowiyy mendapatkan kue dari acara ulang tahun temannya, bahkan ketika ayahnya sendiri pulang dinas luar kota membawa oleh-oleh kue. Mata Qowiyy selalu berbinar-binar jika sudah melihat kue. Karena sifat dasarnya memang doyan makan apa saja, maka kue pun dilahapnya.
  • Ketika perut sudah terasa penuh dan belum buang air besar selama 2 hari. Biasanya hal ini yang membuat Qowiyy enggan makan.
Lalu bagaimana? Tentu tidak dibiarkan begitu saja, bukan? Yang namanya orang tua, apalagi seorang ibu, pasti senang jika anaknya mau menyendok dan menghabiskan piring berisi nasi lengkap dengan sayur dan lauknya. Ya, minimal meski tak habis namun sebagian besar sudah dimakannya sesuai dengan porsi kebutuhan gizi yang semestinya bisa terpenuhi.
Ada beberapa solusi cerdas yang saya terapkan agar Qowiyy selalu mau makan terutama ketika menghadapi 2 kejadian di atas.

Selasa, 26 Februari 2013

Khasiat Meditasi untuk Kesehatan dan Kesuksesan

"Sakit kepala? Meditasi obatnya."
"Badan pegal-pegal? Obati segera dengan meditasi!"

Begitu kalimat iklan yang bisa dipromosikan kepada khalayak ramai tentang khasiat meditasi. Ramuan mujarab untuk mengobati penyakit fisik yang menyerang siapa saja. Ternyata, oh ternyata. Meditasi tak sekedar memulihkan pikiran yang sakit, namun sikap badan meditasi yang identik dengan duduk tenang bersila diiringi dengan pejaman mata serta latihan pernafasan yang teratur bisa menjadi pilihan untuk memulihkan penyakit fisik. Adjie Silarus pernah mengalaminya. Bagaimana sang meditator ini justru menyembuhkan penyakit yang dideritanya bukan dengan melarikannya pada obat-obatan, namun Adjie Silarus memilih meditasi sebagai solusi terbaiknya. Faktanya, Adjie Silarus sembuh, bahkan kesuksesan didulangnya kini.

Mengapa bisa demikian?

Sabtu, 23 Februari 2013

Tuhan Nomor Dua


Perjalanan kali ini menuju sebuah sekolah masuk hampir di pelosok. Melalui jalanan dengan tanah berkapur menyebabkan mata ini tak sedap memandang hamparan sawah di kanan kirinya. Berdebu dan beterbangan ketika satu kendaraan bermotor saja lewat. Jalanannya pun goyang-goyang hingga dudukku tak pernah nyaman. Tapi, itu pengalaman betapa hidup tak selalu datar.
Memasuki sekolah aku buru-buru masuk ke kelas tempat aku melakukan supervisi. Guru-guru yang lugu zaman dulu masih ada potretnya di sana. Anak-anaknya diam (ehm, emang diam manut atau diam takut belum bisa dideteksi), pembelajarannya full of teacher. Tapi, syukurlah masih ada seorang guru lagi yang sudah berani keluar dari zona nyamannya. Menyenangkan.
Tiga jam sudah berlalu hingga adzan dhuhur memanggil. Aku bersegera membasuh anggota tubuhku, menenteng mukena lengkap dengan sajadahnya.
”Shalatnya di mana Pak?” tanya temanku.
”Di mushala, tunggu sebentar Bu, masih dipakai anak-anak,” Kepala Sekolah berujar.
Memang, saat aku wudhu, nampak bahwa mushala dipadati anak-anak laki-laki. Shalat berjamaah dengan salah satu gurunya. Maka aku dan temanku pun menunggu di sepenggal waktu. Hingga tiba saatnya....
”Astagfirullahal adzim!” sahutku.
Temanku hanya geleng-geleng kepala. Mushala tak layak sama sekali disebut rumah Tuhan (Allah). Banyak putung rokok di dalamnya, berserakan. Tak hanya di pojok, bahkan di tempat imam memimpin shalat pun ada batang-batang bekas hisapannya. Berdebu, hitam jika disentuh jari saja. Duh! Bagaimana mau khusyuk shalat kalau begini jadinya? Bagaimana bisa suci dan bersih menghadap Tuhan (Allah) jika sekitarnya saja tidak bersih? Tuhan (Allah) seolah-olah nomor dua di sana. Bagaimana tidak? Guru-gurunya saja tampil necis. Rapi, menampilkan sosok anggun dan gantengnya di depan siswa-siswanya. Pun, kelasnya ditata rapi, dipajangi tulisan-tulisan menarik di antara tembok-temboknya. Bahkan ada satu tulisan di sana ”Kebersihan sebagian dari iman”. Besar! Tapi, mengapa mushala seperti itu? Sungguh, aku melihat Tuhan (Allah) dinomorduakan di sana. Miris. Mengurut dada. Tak semestinya ada di sebuah sekolah yang membanggakan kualitas agamanya.
Sungguh, PR yang masih ada ini adalah tanggung jawab umat semuanya. (Surabaya, 26 Juli 2008, catatan usang yang tak terlupakan)

Bersama Kita Tertawa


”Ketika dilahirkan engkau menangis dan orang di sekitarmu tertawa. Berbuatlah sesuatu dalam hidup supaya jika saatnya engkau meninggal, engkau tertawa dan orang di sekitarmu menangis” (Ali bin Abi Thalib)

Sabtu, 23 Agustus 2008 taujih singkat ini aku hadiahkan ke beberapa temanku. Kulayangkan dengan penuh kesadaran bahwa itu juga sebagai ketukan buatku. Tak hanya satu ketukan, namun beberapa ketukan hingga membekas menembus selaput hatiku. Menyeimbangkan rasa khauf dan roja’ku. Selang beberapa menit, HP reot punyaku menggemparkan karpet merah tempatku merenung. Begini isi SMS-nya,

”Aku pinginnya tertawa bersama Mbak. Gimana Mbak?”

Berkaca-kaca. Lalu tumpah. Tak kusangka, benar-benar di luar zona pikiranku. Jika direnungkan, memang sama sekali tak ada salahnya. Apalagi disorot dari teropong dakwah umat Islam saat ini. Segala aktivitasnya hakekatnya mempunyai tujuan yang sama, menyeru manusia ke jalan-Nya. Surga adalah tempat terakhir, imbalan yang senantiasa dinanti-nanti. Mereka tak ingin ke sana sendiri. Mati pun inginnya tertawa bersama. Tertawa bersama orang-orang di hamparan tanah hidupnya. Tertawa karena sama-sama telah membawa bekal bernilai surga.

Mungkin hal ini pula mengapa akhirnya orang berlomba-lomba dalam kebaikan di setiap lini kehidupan ini. Orang saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran karena tak ingin saudaranya terlantar. Dengan hikmah dan bahasa hati, orang berkoalisi menyemai benih kemanfaatan, menjadikan yang kecil merasa besar (maksudnya besar semangat untuk beramal dan beribadah), dan mengencangkan ikat persaudaraan. Sungguh, jika diresapi begitu indahnya ukhuwah dan dakwah ini. Surga bukan lagi impian pribadi.

Maka, untuk apa lagi dakwah ini? Tertawa bersama saat mati, menggerakkan kipas kebahagiaan di surga nanti. Satu lagi, periksa kembali dengan teliti, niat kita sendiri tentang dakwah ini! (Surabaya, 24 Agustus 2008, masaku masih lajang)

Silakan Piliih!

Tetap dengan menggunakan bilangan 0 sampai dengan 9 yang terbuat dari kertas kardus aqua bekas dan botol air mineral bekas, kali ini siswa akan diajak bermain dengan permainan ”Silakan Pilih”. Ikuti aturan mainnya sebagai berikut:

Jumat, 22 Februari 2013

Maximiza Action


“Dialah yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS al Mulk:2)
Maximize action atau memaksimalkan amal memang identik dengan ahsanul amal dalam terjemahan ayat di atas. Syarat ahsanul amal seperti yang sudah kita ketahui bersama ada 2 yaitu ikhlas dan tentu saja itiba’ Rasul. Alias ada syariatnya. Kalau maximize action, bagaimana? Mari kita lihat 3 kasus berikut ini!

Bukan Sekedar Membalik Telapak Tangan


Anak memang perhiasan dunia. Namun, di sisi lain anak juga bisa menjadi fitnah jika tak sungguh-sungguh merawat dan membesarkannya. Dalam bingkai taqwa, dalam karakter bagus, bekal hidupnya. Kepribadian yang mempesona, menjadi kebanggaan orang tuanya. Tentu, karakter-karakter ini tak bisa tumbuh begitu saja. Harus ada upaya ekstra bahkan membutuhkan milyaran tenaga.

Ketika Kata “Mengapa” Menjadi Kata Favorit Anak


“Eh, Bibi sedang buat gambar kuda ya?” tanya Pras ketika usianya 4 tahun.
“Iya, ada apa?”
“Ehm, mengapa kuda kakinya 4?”
“Ya emang Allah ngasihnya 4, biar bisa lari kencang. Kalau kakinya 2 bukan kuda, tapi ayam.”
“Lalu, mengapa Allah nggak adil kasih ayam kakinya cuma 2?”
“Nggak, Allah adil kok. Karena ayam berbeda dengan kuda. Kalau kakinya 4 jadi ayam aneh.”
“Mengapa aneh?”
Bibinya Pras kelimpungan menjawab. Pertanyaan “mengapa” membuatnya harus sedikit memeras otak. Padahal dari anak kecil.
O, o. Mulai sekarang berhentilah menganggap bahwa anak kecil hanyalah sebatas anak kecil saja. Anak yang polos, putih, tak tahu dan tak mau tahu dengan yang terjadi di sekelilingnya. Tidak. Anak bisa bertingkah sebaliknya. Rasa ingin tahunya yang besar seolah tak terbendung. Ingin mencoba apa saja, mau bertanya apa saja. Ini harus didukung, bahkan distimulus agar perkembangan berpikir anak bisa melejit bagai roket menuju angkasa. Bagaimana caranya?

Ssst, Diamlah!


Diam berarti emas. Peribahasa ini ada benarnya juga jika kita mampu mendalami filosofinya secara mendalam.Tak sekedar diajarkan dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia, atau menjadi kata mutiara pajangan dinding semata. Ibuku pun mengajarkankan padaku, dulu ketika aku masih SMP dan masih membekas jejak petuahnya sampai sekarang.
Suatu hari, tentu ketika aku masih SMP saat itu, aku bercerita tentang kisah teman-temanku di sekolah kepada ibuku. Ibuku mendengarkan dengan baik. Setelah selesai bercerita, wanita mulia yang melahirkanku inipun bertanya,”Ceritamu bagus. E, tapi apakah ibu kenal dengan teman-temanmu?” Aku menggeleng tanda benar. Lalu, ibu melanjutkan,”Apakah cerita itu ada manfaatnya untuk ibu?” Aku pun berkata,”Nggak ada.” Ibu pun berkata,”Lain kali berkatalah yang perlu saja dan sekiranya orang lain mampu memahami dan mengambil manfaatnya.” Kira-kira begitu nasihat ibuku jika harus kuubah ke dalam Bahasa Indonesia (ketika itu kita berdua berdialog dengan Bahasa Jawa).
Memang, mungkin sikap ibuku terlalu berlebihan karena seolah-olah nampak kurang senang dengan apa yang aku ceritakan. Padahal, jika peristiwa itu terjadi di zaman sekarang, itu justru lebih baik karena memberikan peluang kepada anak untuk mengungkapkan perasaannya, menggali potensi kecerdasan linguistiknya, atau meskipun hanya untuk menambah kedekatan antara anak dan oang tuanya. Namun, ketika itu aku mengambil hikmah dari sisi yang lain.
Masih terngiang juga di telingaku petuah berharga lainnya yang masih berhubungan tentang bagaimana seharusnya mulut ini tetap terjaga.

Rabu, 20 Februari 2013

Percayalah!


Ini sebuah pengalaman yang membuat saya tertegun. Kehadiran seorang adik bagi anak pertama saya ternyata membawa peristiwa yang senantiasa membuat saya belajar, belajar, dan terus belajar sebagai orang tua. Pasalnya kisah tentang persaingan kakak adik, pertengkaran di antara keduanya sering mewarnai perjalanan hidup orang tua mendidik anak-anaknya.
“Gimana, mas Qowiyy dah usilin adiknya belum?”
Pertanyaan di atas pernah saya terima dari SMS yang dikirimkan seorang teman saya. Usil? Apakah definisi usil? Apakah usil itu berarti sang kakak yang diam-diam menggigit tangan adiknya? Atau usil itu mendorong adiknya yang sedang belajar merayap/merangkak? O,o, kata usil ini pula yang ternyata langsung membius saya untuk percaya. Ya, sang kakak memang suka usil terhadap adiknya hingga terkadang kemarahan sering tersulut karenanya.
Namun, senantiasa ada penyesalan dalam hati manakala marah telah terjadi. Menangis, hingga akhirnya saya pun sering berkata,”Mas Qowiyy maafkan bunda ya!” Pun dengan suami.
Hingga suatu peristiwa terjadi. Sang adik baru saja tidur. Lalu sang kakak berkata,”Mas Qowiyy mau bobok.” Suami yang mendengar langsung memegang tangan anak kami dan berkata,”Sama ayah ya, ntar adik bangun. Kasihan!” Maklum, kedua anak kami memang tidur satu kasur karena memang rumah kami kecil. Saya pun menimpali,”Ayo Yah, temani! Ntar Qowiyy usilin adiknya!” Tapi, Qowiyy malah berkata,”Mas Qowiyy mau bobok sendiri.” Suami lagi-lagi memegang tangannya dan merayu kembali agar sang kakak mau tidur ditemani ayahnya.
Lalu, entah mengapa tiba-tiba saya berubah pikiran.

Minggu, 17 Februari 2013

Meditasi, Obat Trauma


"Seperti diketahui, pihak keluarga menyatakan Rasyid mengalami trauma pasca kecelakaan. Ia sempat dirawat di Rumah Sakit Pertamina, Jakarta Selatan dan Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. Alasan itu pula yang membuat Rasyid tidak ditahan, selain karena jaminan keluarga." (berita okezone)

"Dia telah menderita dari sejumlah kegagalan organ, menyusul cedera serius di tubuh dan kepalanya. Dia bertahan untuk hidup cukup lama melawan penderitaan tetapi trauma yang dialami tubuhnya sangat parah."(berita tentang mahasiswi kedokteran India, 23 tahun, diperkosa)

"Sudah dua bulan berlalu, Saiful Jamil masih belum bisa melupakan kecelakaan tragis yang menewaskan istrinya, Virginia Anggraeni. Pedangdut yang akrab disapa Ipul itu mengaku kalau ia sering ketakutan ketika melewati tol Cipularang, lokasi kecelakaan yang terjadi pada 3 September tersebut" (berita wowkeren.com)

Jika disimpulkan, tentang apakah 3 berita di atas?

Daycare, Solusi Jitu Bisnis Kota Besar


Berbisnis, awalnya bukan kemampuan saya. Namun semenjak pindah ke Depok dan menjadi ibu rumah tangga, sepertinya pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin meningkat perlu dukungan saya. Maka saya pun mencoba membuka usaha daycare/penitipan anak. Namanya Rumah Pelangi Daycare dan sudah berjalan 14 bulan.

Minggu, 10 Februari 2013

Gaya Hidup 2013:Meditasi

Ayo, siapa yang tahu makna meditasi? Duduk bersila, menenangkan diri dengan latihan pernafasan yang luar biasa, bisakah mewakili maknanya? Definisi ini benar, secara fisiknya. Bahkan sebagian orang juga mendefinisikan meditasi terkait dengan peribadatan agama tertentu. Namun, makna meditasi sebenarnya bisa sangat luas, bisa dilakukan siapa pun, di mana pun tanpa harus dihubungkan dengan hal-hal seperti yang sudah tersebut di awal tulisan ini. 
Mengapa? Karena meditasi sekarang sudah digemari berbagai orang, berbagai kedudukan atau status sosial yang melekat padanya, sebagai sarana untuk mengusir stres. Bahkan, ada kebanggaan tersendiri jika seseorang melakukan aktivitas ini. Meditasi menjadi gaya hidup zaman modern sekarang ini.

Minggu, 03 Februari 2013

Taubat Sang "Jahe"


            “Jahe, mengapa engkau bersedih?”tanya Lengkuas ketika mereka dalam sebuah panci yang terpanggang di atas api. Air yang mendidih membolak-balikkan tubuh keduanya hingga saatnya terung ungu dan kacang panjang bergantian masuk, bertemu dengan mereka.
            “Manusia itu kejam ya?”sahut Jahe seketika.
            “Maksudmu apa, Jahe?”Lengkuas bingung sambil terus merasa kepanasan berada dalam ramuan sayur lodeh buatan Bu Patri. Tentu, ada cabe rawit lebih dari 10 juga berada dalam panci tersebut, dihaluskan bersama bawang merah dan bawang putih.
            “Bayangkan saja, tiap hari kita digeprek. Kan sakit?”

Becakku Sayang, Tukang Becakku Senang


Sesekali waktu cobalah bertanya pada diri sendiri dan pada orang lain tentang alasan naik becak. Ada macam-macam. Mulai dari santai bisa menikmati pemandangan selama perjalanan, tak terjangkau angkotan kota, tak berdesakan seperti kendaraan umum lainnya, bahkan ada yang menjawab bahwa naik becak enak karena bisa ditawar harganya. Semuanya benar.

Membangun Disiplin Anak


Kedisiplinan membawa berkah. Tentu saja. Bahkan sudah banyak fakta yang membuktikannya. Keteraturan, terselesaikannya pekerjaan, ketenangan, dan masih banyak lagi keuntungannya.

Saya merasakannya. Ketika sejak anak saya lahir hingga usia 20 bulan, saya sudah menerapkan disiplin tidur untuk anak saya. Syukurlah, selama ini pula, anak saya akhirnya punya ritme hidup yang teratur, termasuk terkait dengan pola makannya. Malam hari pun, saya bisa tidur tenang.

Nah, bagaimana caranya?

Teman dan Panutan bagi Anak


Seperti sudah dikabarkan, Rasulullah selalu menemani anak-anak dalam permainannya di setiap kesempatan. Diantara anak-anak yang ditemani beliau adalah Ibnu Abbas dengan berjalan bersama dan sepupunya Ja’far. Anas pun sering ditemaninya bermain.
Maka, Anda pun harus menemani anak Anda bermain. Mengapa? Sudah menjadi hak anak bisa ditemani orang yang lebih dewasa agar dia bisa banyak belajar sehingga perilakunya bisa terarah. Tak hanya itu, orang tua juga perlu menemani anaknya bermain dengan teman sebayanya. Kalau perlu memilihkannya. Bukankah teman anak Anda bisa menjadi cermin bagaimana anak Anda? Bukankah orang yang dekat dengan tukang parfum akan kecipratan baunya yang wangi? Demikianlah Rasulullah mengajarkan. Hal ini bukan berarti pilih-pilih teman, namun pengawasan dari Anda lah yang paling berperan penting.
Selain itu, sudah sangat mafhum kalau anak adalah orang tua. Apakah maksudnya? Ya, anak dalam kesehariannya, karena selalu bersama orang tuanya, maka dia akan mengapdosi apa saja yang Anda katakan dan lakukan. Orang tua akan menjadi taladan pertama bagi anak-anak mereka. Tak terkecuali anak Anda. Maka, berikanlah panutan yang terbaik untuk buah hati Anda. Apa saja?

Banggakah Anda?


Komentar pertama

“Saya mendapatkan kesempatan untuk mempengaruhi kehidupan manusia, untuk mengajarnya dan untuk membentuknya menjadi orang dewasa yang berbahagia.”
“Ini adalah cinta yang saya dapatkan sebagai balasan, tidak ada yang dapat dibandingkan.”

Komentar kedua

“Pekerjaan saya tidak ada habisnya! Seperti saya harus siaga 24 jam sehari, 365 hari setahun.”
“Tidak ada kebebasan, atau saya harus merencanakan waktu luang saya!”

Begitulah beberapa komentar dari 20 orang tua ketika seorang ahli yang bernama Rebecca Rutledge mengadakan survey kecil-kecilan kepada mereka. Betapa menjadi orang tua mempunyai kesan tersendiri buat mereka. Pertanyaannya,”Bagaimanakah kesan Anda menjadi orang tua selama ini? Yang tiap hari bergelut dengan anak Anda yang masih TK?”