Selasa, 24 September 2013

Matematika Asyik untuk Balita

Matematika itu asyik seperti orang yang mau tidur. Siapkan baju hangat, pules deh!

Saya ingin mengawali tulisan ini dengan sebuah peristiwa yang dialami anak saya yang sekarang masih berusia 3,5 tahun. Suatu saat dia menata banyak benda yang ada di kamarnya. Biasanya paling dia membentuknya menjadi panjang seperti kereta api. Namun ketika itu tidak. Qowiyy menata benda-benda itu (ada buku, pensil, kotak minuman, botol sambal, dsb) hingga menjadi lingkaran yang besar sampai memenuhi kasur. Ketika saya datang membawa adiknya yang baru saja mandi untuk ganti pakaian saya kagum dengan yang dikerjakan Qowiyy. Lalu, saya bertanya,”Wow, keren banget! Bikin apa itu Mas?” Anak saya menjawab,”Ini lingkaran besar Bunda. Eit, Bunda dan adik nggak boleh ke sini, soalnya ini mobilnya macet (sambil menunjuk benda-benda yang ditatanya) panjang sekali. Kayak yang ada di Jakarta itu lho, yang ada air mancurnya (maksudnya adalah Bundaran HI). Jangan ke sini ya, ntar sempit kasurnya, rusak macet-macetannya.”

Mana matematikanya ya? Sepertinya tak ada hitung-hitungannya ya? Memang tidak ada, namun perlu diketahui matematika tidak sesempit itu. Matematika sejatinya adalah melatih daya nalar anak, membangun logika anak agar anak mampu menyelesaikan masalah. Berhitung memang bagian dari matematika, penting juga. Maka sebaiknya, tak perlu dipertentangkan. Saya pernah pengalaman mengadakan tes hitung dasar (pola seperti tes toefl yang dibatasi waktu) dan tes matematika yang melibatkan konsep dasar dan pemecahan masalah. Ada dua sekolah yang menunjukkan hasil berbeda namun ini menjadi pelajaran yang sangat berharga.

Sekolah yang pertama, siswa-siswanya sangat cepat mengerjakan tes hitung dasarnya. Dan rata-rata hasilnya sangat memuaskan. Namun, ketika mengerjakan tes yang satunya rata-rata tak lebih dari 7. Sekolah yang satunya kebalikannya. Dari rentetan cara penyelesaian masalah dari konsep dasar yang diberikan, siswanya tak mengalami kesulitan. Siswa paham konsep dengan benar sehingga bisa menentukan jalan/cara menyelesaikan masalahnya. Namun, karena hasil tes hitung dasarnya lemah, permasalahan konsep dasar yang membutuhkan hitungan meski sedikit, anak-anak tak mampu mengerjakannya.
Jadi, sebenarnya keduanya bekerja saling melengkapi. Pemahaman konsep dasar sangat diperlukan dalam aplikasi memecahkan masalah keseharian, sedangkan berhitung sebagai alat yang dalam keadaan tertentu juga dibutuhkan. Termasuk untuk balita.

Kembali ke jawaban Qowiyy anak saya tadi. Lingkaran. Konsep dasar lingkaran ternyata Qowiyy sudah mengenalnya dengan baik. Banyaknya benda-benda di sekitar yang berbentuk lingkaran semakin membantu dia lebih mengenal apa itu lingkaran. Selanjutnya, besar. Ini juga logika matematika. Qowiyy sudah bisa membedakan lingkaran besar dan kecil buktinya. Bahkan pernah dia menyanyi lagu “Lingkaran kecil lingkaran kecil, lingkaran besar” dia pun bisa memutar badannya sesuai dengan lagunya. Kalau lingkaran kecil, ya, dia hanya memutar badannya kecil saja. Dan akibar baik selanjutnya adalah Qowiyy akhirnya memahami konsep luas sederhana. Tahu dari mana? Dari kata “sempit” yang diucapkannya. Qowiyy juga bisa melakukan proses generalisasi dengan baik, bahwa kalau terjadi macet maka bisa dipastikan ada mobil yang berjalan lambat dalam antrian panjang. Ya, panjang juga merupakan konsep matematika.
Anak saya sudah dalam keadaan senang memainkan benda-benda di kamar menjadi sebuah lingkaran besar dan kemacetan yang panjang. Saya pun kembali bertanya,”Truknya yang mana ya?” Qowiyy menunjuk buku dan botol sambal. Saya bertanya lagi,”Ada berapa truknya?” Dia pun bisa menjawab,”Dua.” Selesai. Adakah berhitungnya? Ada, tapi ketika belajar itu, ketika menjawab pertanyaan saya, Qowiyy dalam keadaan senang bermain.

Belajar matematika ketika balita sebenarnya tak perlu susah-susah. Bangun dulu logika anak tentang konsep dasar sederhana dan jika mau ditambahi hitungan, juga hitungan yang sederhana disesuaikan usianya. Matematika anak usia dini sifatnya lebih pada persiapan anak agar kelak bisa belajar matematika yang lebih mendalam lagi.

Toh, pada dasarnya hitung sederhana seperti penjumlahan dan pengurangan sudah sering dipahami anak balita sehari-hari, meski mereka belum mengerti simbol kurang (-) atau tulisan lengkap seperti 1-1=0. Ketika segelas susunya habis diminumnya anak sebenarnya sudah mengenal bahwa dia minum susunya maka susu dalam gelas akan habis. Atau ketika dia mengambil 2 telur di kulkas lalu telur yang diambilnya ternyata jatuh dan pecah satu, dia pun mengerti bahwa kini tinggal 1 telurnya yang masih utuh.

Dan ini memang harus disiapkan. Seorang psikolog anak berkata bahwa salah satu indikasi anak siap belajar adalah bahwa kemampuan logika anak bagus disamping kemampuan linguistiknya. Dari hal ini wajar sekali jika pendidikan anak usia dini khususnya TK A dan TK B memasukkan sentra persiapan di dalam kurikulumnya. Yang terpenting adalah bagaimana menyiapkan kemampuan logika ini dengan cara bermain, dengan cara yang lebih memanusiakan anak-anak, yaitu dengan cara yang menyenangkan.


Balita belajar matematika? Asyik kok!

Rabu, 18 September 2013

Bahagia dengan Sejenak Hening

Semua manusia pasti ingin kedamaian, merindukan kebahagiaan, dan menikmati ketentraman hidup. Namun, sebagian besar dari manusia tidak sadar bahwa ketika kegalauan, kekalutan, dan kesedihan datang menghampiri mereka, sebenarnya itu adalah salah mereka sendiri.
Manusia lupa dengan inderanya. Padahal indera itu adalah jendela. Terlalu sering dibuka maka segala informasi dan rupa dunia menerobos masuk ke kehidupan manusia. Tanpa saringan. Padahal mestinya manusia bisa membuka dan menutup jendela dengan lebih bijaksana. Sama halnya ketika kita berada di sebelah aliran sungai yang jernih sambil mendengarkan alunan musik yang syahdu, kita pun tidak akan terhanyut sempurna di dalamnya.
Bagaimana agar kebahagiaan mampu kita rasakan? Ada beberapa kunci yang bisa kita pakai untuk membuka pintu-pintu kebahagiaan itu. Nikmati hadiah terindah dalam hidup berupa hari ini. Hanya 24 jam ini kita bisa merasakan kedamaian tentang apa yang kita lakukan dan apa yang kita lihat. Syukuri saja, tak perlu membayangkan kebahagiaan esok hari atau masa mendatang. Ketika kita membayangkan hari depan yang masih misteri sesungguhnya kita telah menunda bahagia itu sendiri.
Nikmati, nikmati, dan nikmati meskipun saat itu Anda sedang minum segelas air putih sekalipun. Tak perlu buru-buru sehingga Anda punya waktu untuk mensyukuri apa yang ada dan hadir saat ini. Dengan bersyukur, Anda akan rasakan bahwa kegelisahan tentang impian takkan pernah terjadi menghampiri Anda. Anda akan tenang menjalani hidup Anda hari ini. Anda merasa utuh karena Anda benar-benar bisa memaknai kehadiran hari ini.
Kunci berikutnya adalah cobalah untuk tersenyum. Anda akan temui betapa senyum yang Anda lakukan mampu membius Anda dan orang lain untuk lebih bersemangat lagi menjalani hidup. Kita semua harus belajar menjadi seorang fotografer yang murah senyum. Apa efeknya jika dia ketika memotret modelnya dalam keadaan tersenyum? Sang model pun ikut-ikutan senyum.
Ada banyak cara untuk bisa tersenyum. Menikmati pagi, melihat orang tersenyum, melihat benda pujaan. Dan yang lebih penting lagi adalah lakukan semuanya dengan penuh kesadaran. Full 100% sadar.
Untuk bahagia, kita juga perlu untuk bisa membungkus marah dengan bijak. Bernafas masuk dan bernafas keluar. Marah datang menyerang, marilah kita diam sejenak, pejamkan mata, lalu tarik nafas sambil berkata “Bernafas masuk”. Hembuskan pelan sambil berkata,”Bernafas keluar.” Nikmati prosesnya hingga marah berujung hilang. Bahagia, kini Anda dapatkan. Istirahat itu perlu sedang aksi tak perlu buru-buru. Marah bisa diredam, bahagia akan datang.
Sungguh, tak seorang pun dapat memperkirakan apa yang akan terjadi besok dan bagaimana keadaannya. Yang jelas diri kita harus siap-siap untuk berubah. Terobosan apapun bisa kita lakukan manakala kita sadar dengan momen sekarang.
Sekarang tentang tawa, ya, ini juga merupakan resep agar bahagia. Perlu diketahu bahwa anak-anak bisa tertawa kurang lebih 300 kali dalam satu hari. Semakin usianya bertambah, frekuensi tertawa itu semakin berkurang. Orang yang sudah menginjak usia 40 tahun rata-rata hanya tertawa 4 kali dalam sehari. Makanya tak heran anak-anak cenderung tampak lebih bahagia. Ingin bahagia? Kembalilah menjadi anak-anak, sungguh itu tak mengapa.

Tubuh kita bukanlah mesin. Tuhan sangat tahu  dan hebat menciptakannya. Holistik, utuh, dan menyeluruh sehingga saling mempengaruhi di antaranya. 

Sabtu, 14 September 2013

Dapat THR Bawang Merah

Aku sudah siap-siap pulang kampung jelang lebaran 2011 meski tinggal beberapa hari. Aku bersihkan kulkas dan sebisa mungkin tidak ada bumbu dapur apa pun yang tersisa hingga akhirnya busuk selama aku tinggal pulang kampung.
Tapi, tiba-tiba sore itu suami pulang membawa sesuatu sekantong plastik besar. Sambil senyum-senyum suami berkata,”Jangan kaget ya, ini THR ayah dari kantor!”
Bayanganku langsung tertuju pada sebotol sirup, minyak goreng 1 liter, sekaleng biskuit merk terkenal, dan bla-bla-bla. Asyik, lumayan untuk persediaan. Dan ternyata setelah saya buka, kaget yang saya rasakan.
“Kok?”
“Iya, itu hasil panen bawang merah dari daerah Brebes. Harga lagi turun, trus dibeli sama Pak Menteri,” jelas suami.
“Kok dikasihkan ke ayah?”
“Iya, katanya ini THR nya untuk lebaran.”
THR? Aku geleng-geleng kepala. Kalau diberi bawang merah begini banyaknya, kapan habisnya? Apalagi ini mau pulang kampung, bakal busuk ketika balik lagi ke Depok.
Aku tatap kembali bawang merah itu. Masih ada daun dan tangkainya ditambah tanah coklat yang menempel di sekujur tubuh bawang merah. Kotor.
“Kasihkan saja ke tetangga, cukup itu untuk 6 keluarga,” imbau suami.
“Iya ini mau dikasihkan, tapi kok yo kotor gini. Bersihinnya itu lho yang males!”
Tapi, bagaimana lagi. Nasib bawang merah harus segera diselamatkan. Baiklah! Aku pun akhirnya membersihkan bawang merah yang banyak itu lalu kubagi ke 6 tetangga.
THR saat itu tak bisa kunikmati secara fisik, tapi kunikmati secara psikis. Tetangga-tetangga senang sekali menerima bawang merah dari THR suamiku.

"Mana matanya Dik?" Hiks, asyiknya membuat mata, hidung, dan mulut dari bawang merah untuk mngenalkan anggota tubuh ke anak.

Tulisan ini diikutkan dalam "Give Away Aku dan Pohon".

Sekilas tentang bawang merah:
Bawang merah, atau nama ilmiahnya Allium Cepa, memang selalu hadir di keseharian hidup manusi di dunia. Memasak tanpa bawang merah rasanya kurang lengkap dan hambar. Bisa diuleg, diiris ketika digunakan untuk menambah aroma masakan. Terkadang juga sering kita jumpai bawang merah dalam keadaan diiris halus dan digoreng. Bawang merah goreng. Dicemplungkan ke sayur sop, enak rasanya.
Yang biasa digunakan sebagai bumbu masak biasanya bagian umbinya, namun beberapa kuliner bisa juga menggunakan daun dan tangkai bunganya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Bawang_merah)