Jumat, 31 Mei 2013

Bahkan Warna pun Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Merah, kuning, hijau, di langit yang biru …(lagu pelangi-pelangi)

Ini bukan mau bernyanyi lho, tapi ini mau mengingatkan bahwa adanya warna dalam kehidupan itu memang bisa memberi warna. Khususnya dalam bisnis, warna rupanya tak bisa disepelekan dalam hal kemasan produk.
Mengapa? Karena warna turut mempengaruhi perilaku konsumen. Pernah datang ke restoran yang dindingnya didekorasi dengan warna kuning? Ternyata, warna ini bisa menumbuhkan selera makan. Sedangkan warna biru dan hijau biasanya identik dengan makanan yang sehat atau berbahan baku organik. Kehadiran warna dalam design produk mampu menghadirkan emosional sang konsumen.
Masih ada hal lain yang turut serta mempengaruhi perilaku konsumen dalam menilai produk. Veronica RatnaNingrum mengatakan paling tidak masih ada 3 lagi. Dan ketiga hal ini termasuk warna tadi semestinya juga menjadi unsur yang harus dipertimbangkan pelaku bisnis dalam mempersiapkan produknya. Apa sajakah?
·         Desain
Misalkan saja sarung khusus anak-anak. Mana yang akan dipilih anak agar percaya diri untuk dipakai, sarung yang ada motifnya bergambar mobil atau sarung yang bergaris-garis? Yang pemakaiannya seperti sarung orang dewasa atau yang sudah tinggal pakai saja karena ada tali pengikatnya/pengencang bagian perutnya?
·         Logo
Jelaslah adanya logo akan mengendapkan ingatan tentang produk yang dimaksud. Biasanya yang mudah diingat itu adalah logo yang sederhana dan tidak terlalu rumit. Logo es krim walls,contohnya. Nggak neko-neko, alias biasa, tapi maknanya yang luar biasa. Dan ternyata es krim ini jadi favorit di semua kalangan. Atau logo sepatu “nike”, gampang sekali untuk diingat dan dikenali. Hal ini jadi mindset tersendiri.


·         Bahan
Tak kalah pentingnya soal bahan produk yang dipasarkan. Botol minum anak-anak dari plastik akan cenderung dibeli orang tua untuk anaknya dibandingkan dengan botol minum yang terbuat dari kaca. Khawatir pecah dan tidak awet tentunya.

“Itulah dampak dari cara penyajian sebuah produk. Konsumen menilai layak tidaknya harga dan kualitas sebuah produk dari kemasannya. Menyiapkan kemasan sebuah produk, perlu direncanakan dengan teliti. Sebab ini menyangkut tentang bagaimana Anda bisa memenangkan perhatian konsumen dan melekatkan image produk Anda dalam benak mereka, ujar Veronica, konsultan marketing yang namanya semakin booming. Indscript Creative sebagai Personal Branding Agency tak salah mengangkat sang woman marketer ini di dunia bisnis yang semakin berkembang dari hari ke hari.

Bagaimana Konsumen Bisa Menilai Produk Anda?

Jika Anda pergi berbelanja, cobalah bandingkan harga sebuah apel Fuji yang dikemas dengan styrofoam warna merah jambu, dengan apel lokal yang ditumpuk begitu saja. Anda pasti akan melihat bahwa meskipun produknya sama atau nyaris serupa, namun harga bisa berbeda jauh. Apel Fuji yang berwarna semu kemerahan itu terlihat lebih menarik, dan harganya sedikit lebih mahal daripada apel biasa yang tanpa kemasan. Coba pula bandingkan harga deterjen bubuk yang kemasannya putih sederhana, dengan yang kemasannya berwarna cerah dan menarik. Kemasan yang mencolok, dengan nama merk jelas, biasanya lebih mudah diingat oleh konsumen dan dianggap lebih bermutu. Padahal sebenarnya, belum tentu kualitas produk tanpa kemasan bagus itu lebih rendah dibandingkan yang dikemas menarik.
Orang lebih suka beli buah di supermarket daripada beli buah di pasar ...

Jadi ingat ketika membeli kue cubit di pasar kaget dengan bungkus plastic bening biasa dengan kue cubit yang dibungkus kotak mika di depan perumahan elit. Yang dijual di pasar kaget dihargai 500 rupiah per bijinya sedangkan yang satunya harga per bijinya 700 rupiah. Padahal bentuk dan rasanya sama. Saya sendiri pun lebih suka membeli yang di depan perumahan itu.
Ada lagi kisah tentang perilaku konsumen ini terkait produk, misalnya jasa daycare yang saya tawarkan. Seorang ibu yang menitipkan anaknya di daycare berkata bahwa dia senang dengan tempat daycarenya yang penuh warna dan bersih,padahal harganya hampir sama dengan daycare lama yang dulu anaknya pernah dititip.

Selasa, 28 Mei 2013

Pohon Mengkudu dan Pohon Jambu

“Uh, ke mana sih Lani kok nggak datang-datang? Katanya janjian pukul 16.00 di sini!” keluh Riska berdiri di bawah pohon mengkudu. Seperempat jam berlalu, Riska tak kelihatan batang hidungnya. Lani menyeok-nyeokkan tanah dengan sandal kakinya. Jengkel, manyun. Bibirnya masih maju beberapa sentimeter ke depan. Lima belas menit lagi Lani tidak datang, Riska memutuskan untuk kembali pulang ke rumah. Tak ada lagi belajar sama-sama dengan Lani setelahnya. Benar, Lani tak muncul. Riska yang menyandarkan punggungnya pada batang pohon mengkudu segera melangkahkan kaki ke rumahnya kembali.
Lani dan Riska adalah sohib. Akrab, dan saking eratnya pertemanan mereka, Lani dan Riska selalu mengerjakan pekerjaan rumah sama-sama. Bahkan ketika tak ada PR pun, keduanya selalu bertemu untuk belajar bersama untuk pelajaran keesokan harinya. Biasanya mereka belajar di rumah salah satu, namun sore itu keduanya ingin sekali belajar di rumah Santi, teman baru di sekolah yang berasal dari luar kota. Ingin belajar di rumahnya karena Lani dan Riska biar bisa dekat dengan Santi.
“Lho?” Lani dan Riska berkata sama ketika keduanya berpapasan di tengah jalan.
“Kok?” tanya Riska heran.
“Aku tadi menantimu di sini sejak pukul 15.50 lho? Karena nggak lewat-lewat, ini aku mau pulang,” jelas Lani masih berdiri di bawah pohon jambu. Pohon jambu terletak berjarak 1 tikungan dengan pohon mengkudu. Pohon jambu dulu baru pohon mengkudu jika berangkat dari rumah Riska.
“Aku malah sudah menantimu  pukul 15.40 di sana. Karena aku tahu kamu orangnya tepat waktu, aku datang lebih dulu. Tadi sekalian nebeng bapak naik sepeda. Aku dah di sana selama hampir 1 jam. Kan capek?” Riska tak mau kalah. Wajahnya masih sewot.
“Emang menantiku di mana tadi?”
“Di bawah pohon mengkudu,’’ jawab Riska sambil menunjuk ke arah pohon mengkudu meski tidak kelihatan.
“Kan aku minta tolong kamu nunggu di sini, di bawah pohon jambu. Dekat rumahmu, biar nggak jalan jauh kamunya. Kenapa nunggu di sana? Sebelum pukul 16.00 aku dah di sini dan belum ada kamu, jadi aku nunggu kamu di sini,” Lani bersuara tinggi sedikit kesal.
“Pohon jambu? Kamu tadi di sekolah bilangnya pohon mengkudu!”
”Nggak kok. Pohon jambu aku bilang!” Lani tak mau disalahkan.
“Pohon mengkudu. Jelas banget aku dengernya!” Riska masih ngotot juga.
“Ih, pohon jambu. Nggak percaya lagi!”
Sore sudah mulai memerah. Langitnya tak lagi biru. Hati Lani dan Riska ikut-ikutan merah. Masih dan belum menghilang juga. Terbawa sampai kembali ke rumah. Menggerutu. Tak ada yang mau mengalah. Hati keduanya masih sakit seperti diiris sembilu.
“Kok kemarin nggak jadi datang sih? Padahal aku dah bikin teh sama beli kue buat kalian,” sapa Santi keesokan harinya di sekolah, menyapa Lani dan Riska.
“Itu salah dia!” sahut Riska terlebih dahulu menjawab dengan nada sedikit kasar.
“Salahmu tahu!” Lani menimpali.
“Eit, ada apa memangnya?”
“Riska aku minta nunggu di bawah pohon jambu, eh dia malah nunggu di bawah pohon mengkudu. Sampai jamuran dia di sana, aku juga capek berdiri di pohon jambu. Ketemu-ketemu sudah sore banget, males jalan lagi ke rumahmu. Maaf ya!”
“Oh gitu. Nggak apa-apa lagi. Soal pohon mengkudu atau pohon jambu biarkan saja. Lupakan ya! Ntar sore aku saja yang datang ke rumah Riska. Lani ke sana juga ya, kita belajar sama-sama. Jadi kalian nggak perlu ribut lagi soal pohon mengkudu atau pohon jambu lagi,” Santi menengahi.

Dan lembayung sore kembali datang. Hati Lani dan Riska sudah menuai lapang. Tak ada lagi perang.

Minggu, 26 Mei 2013

Business Plan: Ujung Tombak Bisnis

Bisnis Anda pernah bangkrut di tengah jalan padahal baru seumur jagung? Atau mau buka bisnis, tapi bingung apa yang mau dilakukan? Mau maju ragu, mau mundur tapi ingin mencoba. O, o, nampaknya Anda perlu memperhatikan hal yang satu ini. Business Plan! Bisa jadi bisnis bangkrut karena awalnya sang pelaku tak membuat Business Plan.
Beginilah jika bangkrut. Tidak mau, bukan?

Ini bukan sekedar rencana lho! Tapi ini benar-benar rencana matang untuk bisnis/usaha Anda. Bukan sekedar modal nekat saja,asal jalan. Tidak, bisnis sangat butuh perencanaan yang matang dari banyak hal. Business Plan harus dijalankan, Agar bisnis langgeng dan kata “gulung tikar” tak sempat mampir menimpa bisnis Anda. Bagaimanapun, bisnis itu penuh tantangan, tentu akan banyak aralnya. Dan hal ini bisa disiasati dan diminimalisir dengan Business Plan.
Ujung tombak bisnis Anda:Business Plan

Veronica Ratna Ningrum, sang konsultan marketing juga menegaskan betapa pentingnya Business Plan. Berikut ini beberapa tips dalam membuat Business Plan:
·         Analisa tipe klien dan kesesuaian produk bagi mereka
Produk yang dibuat dalam bisnis jika sesuai dengan tipe klien tentu akan mempermudah sang pebisnis untuk menentukan strategi pemasaran. Misalnya saja Indscript Creative. Agensi naskah ini meskipun lembaga yang produknya berupa jasa, namun pandai betul mencermati tipe kliennya. Banyak di antara ibu-ibu yang menjadi penulis tidak tahu kemana naskahnya akan dikirim. Maka, hadirnya lembaga yang digawangi Indari Mastuti ini bisa menjembatani penulis dengan penerbit. Pas, bukan? Atau dengan peran Indscript Creative sebagai Personal Branding Agency rupanya juga sangat sesuai dengan kebutuhan orang untuk bisa lebih mempromosikan kelebihan dirinya sebagai bagian dari cara mereka untuk bermanfaat kepada orang lain.
·         Perhatikan sungguh-sungguh kompetitor bisnis
Bisnis tentu saja memiliki pesaing. Jika tak ada pesaing, bukan bisnis namanya. Sekalipun bisnis itu unik dan baru ada pertama kalinya, lambat laun akan mempunyai pesaing juga. Maka, business plan bisa digunakan untuk meraba-raba apa kelebihan dan  kekurangan kompetitor sehingga Anda bisa menyiapkan strategi yang lebih lagi untuk mengunggulinya, baik dari segi layanan, pemasaran, dsb. Daycare di Depok ada banyak sekali, namun yang menjadi keunggulan daycare yang saya kelola adalah tempatnya yang strategis dan pengasuh yang ramah serta sayang anak. Terkadang masalah pemberian nama produk saja juga bisa menjadi nilai jual yang luar biasa berpengaruh. Anda menjual martabak dengan nama “Martabak Telur Enak” dengan Anda menjualnya dengan nama “Martha Bucks” tentu akan beda sensasinya. Konsumen cenderung ingin mampir ke warung martabak yang kedua.
·         Kejelasan bisnis
Jelaskan semuanya! Mulai dari lokasi, sektor yang digarap, bentuk produk dan layanan, segmentasi pasar, analisa laba rugi, analisa kembali modal, manajemen, dan strategi marketing yang dikembangkan.
·         Kerjakan dan buat Business Plan dengan rapi dan professional
Membuatnya bisa dengan bantuan seorang konsultan marketing yang handal. Business Plan yang dibuat haruslah rapi, lengkap, jelas parameter dan indikatornya, sehingga mudah dibaca dan dipahami. Ini sebagai penentu dan modal awal kesuksesan bisnis Anda.
·         Sumber modal
Membincangkan modal memang krusial dalam sebuah bisnis. Hitung-hitungannya pasti akan menyita perhatian pelaku bisnisnya. Sumber modal bisa dari mana saja. Namun, yang terpenting adalah bagaimana analisa untung ruginya. Konsultasikan dengan konsultan marketing mengenail sumber modal yang tepat bagi bisnis Anda. Adanya unsur timbal balik juga perlu dipertimbangkan sehingga ada simbiosis mutualisme antara pebisnis dengan penyedia modal.
·         Alternatif Business Plan

Terkadang satu Business Plan yang dibuat menuai hambatan, maka sebagai seorang pebisnis dibantu seorang konsultan marketing dituntut untuk membuat alternatif Business Plan selanjutnya. Bagaimanapun bisnis harus tetap berjalan meski banyak rintangan. Alternatif Business Plan ini hanya sebagai antisipasi jika perencanaan awal gagal. Sedia payung sebelum hujan.

Tips Mempersiapkan Business Plan

Ciri seorang guru yang baik adalah ketika akan mengajar sebelumnya membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. Mendikbud pun pasti akan setuju dengan kalimat yang mengawali tulisan ini. Bagaimana tidak? Pernah saya diminta untuk mengisi sebuah acara dengan mendadak dengan tema yang belum pernah saya kuasai sebelumnya. Saya asal-asalan membaca buku, yah, pokoknya bisa lah. Tetapi ternyata tanpa perencanaan yang matang tentang materi dan bagaimana menyampaikan membuat saya merasa gagal. Selesai acara sepertinya terasa sekali bahwa penyampaian saya kurang mendalam, pertanyaan peserta tak mampu saya jawab dengan memuaskan.

Nah, seorang pebisnis sama halnya dengan seorang guru. Setiap orang yang hendak menjalankan sebuah bisnis, perlu mempersiapkan rencananya dengan matang, melalui sebuah Business Plan. Sebab, tanpa adanya perencanaan yang teliti, besar kemungkinan bisnis tersebut mudah gulung tikar atau tidak mampu bertahan lama. Dunia bisnis adalah dunia yang sarat dengan tantangan. Memiliki produk bagus saja tidak cukup. Memiliki mental baja pun tidak selalu menjadi kunci keberhasilan. Kita memerlukan informasi yang cukup tentang segmen pasar yang dituju, berikut perencanaan menyeluruh bagi bisnis yang akan dijalankan.
Bisnis bangkrut buat pusing ...

Veronica Ratna Ningrum, seorang Konsultan Marketing yang diangkat oleh Indscript Creative sebagai Personal Branding Agency, yang sudah cukup lama menggeluti dunia marketing terutama di sektor perbankan ini, memaparkan sejumlah tips penting saat mempersiapkan sebuah Business Plan:
1.     Pahami terlebih dahulu tipe klien serta kesesuaiannya dengan produk Anda. Dengan mendeskripsikan secara jelas tentang produk dan segmen klien yang hendak dituju, Anda akan memiliki gambaran yang jelas tentang prospek pemasaran produk tersebut. Misalnya saja Anda ingin sekali menjual produk tas dari daur ulang sampah plastik, maka Anda harus tahu bahwa segmen konsumen yang akan menikmati produk Anda para perempuan. Dengan demikian Anda juga akan tahu tas seperti apa yang akan Anda produksi.
2.     Kenali siapa kompetitor Anda. Setiap usaha, seunik apapun, pasti berpeluang mengundang kompetisi. Untuk itu, Anda perlu memahami siapa saja yang menjadi kompetitor Anda, seperti apa kualitas produk mereka, apa kelebihan dan kekurangan mereka. Deskripsikan dengan jelas tentang apa kelebihan yang Anda miliki, baik dari segi produk, layanan, pemasaran, dan sebagainya. Lalu bandingkan, dan tetapkan strategi yang paling pas agar produk Anda bisa bersaing di pasaran. Saya mempunyai dan sedang menggeluti usaha daycare di Depok, maka secara tidak langsung saya harus mengenali kompetitor saya sehingga ada diferensiasi keunggulan yang bisa saya tawarkan melalui daycare yang saya garap.  
3.     Deskripsikan dengan jelas tentang bisnis Anda; mulai dari lokasi, sektor yang digarap, bentuk produk dan layanan, modal dan investasi lainnya, analisa pasar, proyeksi laba atau kembalinya modal, manajemen, dan strategi pemasarannya.
4.     Buatlah Business Plan dengan rapi dan profesional. Gunakan jasa seorang konsultan marketing untuk membantu mempersiapkan Business Plan tersebut sebaik mungkin. Business Plan yang rapi, mudah dibaca dan dipahami, serta jelas parameternya, akan menjadi penentu awal sukses tidaknya sebuah bisnis.
5.     Jika bisnis Anda memerlukan tambahan dana dari para penyedia bantuan modal, konsultasikan terlebih dahulu dengan konsultan marketing Anda tentang untung ruginya, serta sumber penyedia modal yang paling tepat. Bantuan modal umumnya mensyaratkan timbal balik, jadi pastikan bahwa perusahaan Anda dapat memberikan solusi yang memuaskan, baik bagi penyedia modal maupun bagi bisnis Anda sendiri.
6.     Terakhir, Veronica yang juga adalah CEO dari PT Masterindo Multiguna ini menyarankan, selalu siapkan alternatif, untuk mengantisipasi jika perencanaan pertama mengalami hambatan. Dalam dunia bisnis, hambatan bisa muncul secara tak terduga. Untuk itu, selalu siapkan payung sebelum hujan, dengan cara mempersiapkan Business Plan Anda secermat mungkin.
Awali bisnis Anda dengan business plan

Dengan Business Plan, bisnis lancar, bisnis menguntungkan. Veronica, sang konsultan marketing dengan senang hati akan melayani Anda bila Anda membutuhkan.

Bicara Kereta Api, IIDN Dong!

Sekali-kali mengingat masa kecil yang bahagia, boleh dong! Ketika bisa menyanyikan lagu “Naik Kereta Api”. Yang syairnya lupa ini saya ingatkan kembali.

Naik kereta api, tut,tut, tut(hiks, sekarang mana ada kereta yang bunyinya begitu?)
Siapa hendak turut
Ke Bandung-Surabaya
Bolehlah naik dengan percuma
Ayo, kawanku lekas naik
Keretaku tak berhenti lama

Sebentar-sebentar! Apa hubungannya lagu ini sama IIDN? Ini kan lagu kesayangan anak sulung saya. Sampai-sampai tetangga bosan mendengarnya. Kayak nggak bisa nyanyi yang lain saja!
***
“Ayo, Nak cepat tidur! Dah pukul 10.30. Kita kan ntar mau pergi pukul 14.00,” ajak saya kepada anak-anak. Bunda harus ngerjakan sesuatu nih!
“Biar nggak terlambat kayak kemarin ya?” tanya Qowiyy seolah mengingatkan saya akan kejadian beberapa bulan lalu tepatnya ketika Pelatihan Writerpreneur 1. Saya hanya bisa bilang,“Jumat hebat!” Kenapa? Pelatihan tersebut selalu berlangsung di hari Jumat, berbenturan dengan kegiatan rutinitas saya yang selesai jelang maghrib. Belum lagi jika dah sampai rumah, badan langsung tekor. Nidurin anak eh, ikut bablas juga karena kecapekan. Tahu-tahu bangun malam pukul 23.00 buka grup dah ada PR. Ngebut deh! Tancap gas motor kenceng-kenceng!
“Iya!” jawab saya, padahal saya ingin buru-buru menyiapkan sesuatu untuk ulang tahun IIDN yang ketiga kali ini yang jatuh juga tepat di hari Jumat. Tuh kan, Jumat lagi? Kenapa ya? Kan, sayanya harus tancep gas lagi kenceng-kenceng.
Toleh kanan kiri. Aman. Anak-anak sudah tidur. Semoga tak cepat bangun seperti hari kemarin karena hidung buntu dan mbeler karena habis kehujanan. Sang kakak biasa tidur 3 jam, sang adik 2 jam. Cukuplah untuk buat sesuatu yang spesial untuk HUT IIDN.
Saya ambil kertas lipat, mainan anak, isolasi, dan gunting. Sambil SMS an juga sih ngerjainnya, koordinasi untuk kegiatan pekan depan. HP bergetar dan ada telepon masuk. Tidak saya angkat karena suara saya bisa mengangetkan anak-anak. Kacau dong jadinya.
“Duh perutku keroncongan begini ya?” pikirku dalam hati. Maklum, beras lagi habis dan hari ini masak nasi hanya cukup untuk sarapan dan makan sore anak dan suami. Saya hanya kebagian sarapan saja, itupun bukan porsi seperti biasanya. Ambil sedikit saja, meski untuk ibu menyusui kayak saya pasti kurang karena lapar mudah mendera. Nggak papalah. Yang penting anak dan suami kenyang.
“Tapi, kalau aku bikin mie goreng, waktunya akan habis. Belum suara wajan dan sutil yang berpadu serta bau mie yang matang, pasti akan membangunkan anak-anakku,” pikirku lagi. Akhirnya perut tetap kosong. Tak ada makan siang. Padahal setiap hari pukul 11.00 saya sudah kenyang. Nasib, nasib!
Menggunting dan menempel hampir selesai. Kurang beberapa tempelan saja dan siap untuk dijepret. Maksudnya diambil gambar. Kamera kebetulan tidak ada di rumah, sedang dibawa pengasuh di daycare, maka ntar jepretnya pakai HP saja lah.
Saya masih merasakan perut tak berisi seperti tong yang melompong. Mau ambil kue yang kusediakan untuk anak yang sulung,  saya urungkan niatnya karena itu akan dibawa ketika pas acara siang nanti sampai sore.  Saya lihat sekeliling rumah mencari camilan. Aha! Ada macaroni goreng dalam plastik biasa dijual dengan harga 500 rupiah. Saya mengambil 1 bungkus saja meski ada dua.
“Kriuk, kriuk!”
“E e e, eaaaaaa,” suara anak sulung saya melengking seperti merintih.
“Waduh, kok pakai berisik segala sih?” batin saya sambil saya langsung menyamperin dia. Saya elus-elus agar tidur lagi dan tidak mengganggu adiknya yang masih tidur.
Eh, dari masjid dekat rumah tiba-tiba terdengar suara MC menggelegar mengajak kaum bapak dan lelaki lainnya untuk shalat Jumat. Sang adik bangun, menyusu. Semoga tidur kembali. Namun, sang kakak cemburunya kumat.
“Bunda hadap mas Qowiyy saja, nggak usah ke Nasywah,” rengeknya.
“Eh, Mas, adik kan haus. Ngomongnya pelan ya, biar adik tidur lagi.”
“Eh, a, pa-pa,” sang adik berceloteh. Matanya langsung berbinar dan senyam senyum melihat kakaknya. Alamat mereka tak akan tidur lagi. Di luar kamar masih berantakan gunting dan teman-temannya. Kan belum selesai aku membuat sesuatu untuk HUT IIDN kali ini. Percuma ditidurin kembali, wong di masjid masih terdengar adzan sekali lagi, belum khotbah Jumat, dan suara imam memimpin sholat Jumat berjamaah. Pasti juga takkan nyenyak tidurnya. Akhirnya saya temani mereka berdua di dalam kamar. Tak ada tanda-tanda mengantuk lagi di kedua mata anak-anak saya. Padahal mereka baru tidur 1 jam-an saja.
“Bunda lagi buat apa itu?” sang kakak nggak betah di kamar, ngacir ke depan dan melihat apa yang sudah saya buat meski belum sempurna.
“Biarin ya, jangan disentuh, itu belum jadi, ntar sebentar lagi setelah bunda foto bisa dimainin lagi,” teriak saya dari kamar. Namun, karena masih khawatir dirusak saya segera ke depan menggendong si kecil satunya lagi. Kali ini ganti sang adik yang rasa ingin tahunya muncul. Sang kakak ternyata menurut. Dalam pangkuan saya sang adik menggeliat-menggeliat, berontak, ingin meraih gunting dan spidol yang gantian saya pegang untuk menyelesaikan pekerjaan saya yang belum selesai. Harus segera dituntaskan. Bayi saya 9 bulan itu memang aktif.
“Sebentar ya Nak, dikit lagi nih,” kata saya sambil terus sambil menggunting, menulis, dan menempel.
“Ah, adik, jangan ditarik keretanya! Ntar rusak, ini punya mas Qowiyy!” teriak sang kakak marah. Ih, tapi ge-er dia. Kan keretanya bukan untuk dia. Saya juga sih yang salah, pinjam mainannya tak pakai ijin.
“Maafin Bunda ya Mas. Habis difoto keretanya bisa buat mas.”
Dan ta-ra! Kereta api IIDN nya sudah jadi nih. Lihat! Maaf ya mbak Indari Mastuti bikinnya buru-buru, motretnya juga sambil gendong sang bayi. Begini deh jadinya!
Kereta api IIDN buatanku!

Yang di kepala gerbong ada masinisnya. Maaf ya mbak, bukan berarti si beruang itu adalah mbak. Mbak Indari tetap founder IIDN dan Indscript Creative yang benar-benar kreatif. Maaf ya teh Lygia Pecanduhujan, bukan berarti yang nangkring di gerbong kedua itu adalah teteh. Teh Lygia yang asli mah tetap cantik dan luar biasa. Mbak Nunu, juga begitu ya, jangan diambil hati ya jika yang numpang di gerbong ketiga itu gambarnya buaya. Hiks!

He, he, he. Jadi, apa sih yang Anda bisa katakan tentang kereta api? Punya gerbong kah? Panjang kah? Ada masinisnya kah? Penumpangnya banyak kah? That’s right! Kereta api memang seperti itu. Komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis yang dikomandani oleh Indari Mastuti bisa dikatakan seperti kereta api. Punya kepala gerbong yaitu IIDN itu sendiri, ada masinisnya, ya Mbak Indari Mastuti, dan ada penumpangnya yaitu ibu-ibu yang semakin hari semakin gila menulis. Sudah 6.600 lebih penumpang berada dalam kereta api IIDN ini. Dan pastinya jumlah ini akan semakin bertambah dan memungkinkan pihak IIDN menambah gerbong sehingga akan semakin panjang keretanya. Kesuksesan acara Writerpreneur Buku Laris Rejeki Manis dan Writerpreneur Artikel yang dikampanyekan terus sama Teh LygiaPecanduhujan sebagai Markom IIDN diyakini juga ikut memperpanjang deretan gerbong kereta api IIDN ini. Anggotanya tak cukup yang ada di nusantara saja. Di luar negeri juga beterbaran penulis jebolan IIDN yang luar biasa.
Kereta api. Mari sejenak kita amati kereta api dengan lebih teliti! Untuk tujuan Depok-Jakarta Kota saja, apakah masinis yang berada di kepala gerbong akan mengendalikan keretanya di luar rute yang telah ditentukan? Tentu tidak! Lalu, apakah gerbong-gerbong di belakangnya akan turut serta menuju Jakarta Kota? Ya, iyalah! Kok bisa?
Itulah hebatnya kereta api. Sehebat IIDN ini. Ada ikatan yang menghubungkan antara gerbong satu dengan gerbong yang lainnya sehingga tidak terputus bahkan berjalan bersama. Lihat saja dan terus scroll ke bawah wall IIDN-Interaktif. Isinya saling menyapa, saling memotivasi, saling membantu, tapi juga saling kompetisi dalam kebaikan. Jelas, dong! Penumpang kereta api juga berkompetisi mencari tempat duduk yang enak. Rebutan agar tidak sampai berdiri.
Tiket untuk bisa naik kendaraan ini pun terbilang murah. Bahkan memang benar-benar gratis, segingga kita bisa naik dengan percuma. IIDN tidak terbagi atas kelas eksekutif, bisnis, ataupun ekonomi. IIDN untuk semua ibu-ibu, bahkan untuk calon ibu. Syaratnya juga gampang, pokoknya tertarik untuk menulis meskipun belum pernah menulis sama sekali. Bahkan lebih gampang lagi “suka bergabung dengan komunitas perempuan”! Gampang banget, kan?

So, tunggu apa lagi! Yang belum gabung, segera deh naik kereta apinya! Kan, keretaku tak berhenti lama?

Senin, 20 Mei 2013

Betah Belajar Matematika


Matematika. Bagaimanapun kurikulumnya, apakah akan mengalami perubahan atau tidak, yang namanya pelajaran matematika akan selalu ada. Tak heran memang, karena sejatinya matematika adalah ilmu universal yang mendasari disiplin ilmu lainnya. Sederhananya saja misalkan seseorang ingin belajar seni musik dengan not-not irama yang rumit namun asyik, juga memerlukan matematika. Atau seorang tukang becak sekalipun yang tidak mengeyam dunia pendidikan juga memerlukan matematika untuk menentukan tarif dikaitkan dengan jarak yang ditempuhnya untuk mengantar sang penumpang.
Namun, faktanya tak banyak siswa suka matematika, seolah matematika adalah monster yang menakutkan. Maka, benar adanya jika prestasi matematika siswa di Indonesia tergolong rendah. Bahkan bisa jadi menurun. Mengapa? Karena selama ini matematika identik dengan dominansi kemampuan menghafal rumus-rumusnya. Soal hitung-menghitung juga menjadi sasaran utama. Padahal, semestinya matematika itu jauh lebih mengasyikkan manakala guru mengerti esensi belajar matematika. Kemampuan bernalar, menggunakan logika, bahkan mengungkapkan argumentasi sangat bisa ditekankan dalam proses pembelajaran matematika.
“Padahal, belajar matematika itu harus mengembangkan logika, reasoning, dan berargumentasi. Sekarang ditambah malah harus bisa meyakinkan orang lain. Ini tidak pernah dikembangkan dalam pendidikan Matematika di sekolah” ujar Wono Setyabudi, dosen matematika Institut Teknologi Bandung ketika diwawancari Kompas. Dan lagi-lagi kelemahannya ada pada kompetensi guru yang rendah. Masih banyak ditemui adanya guru rangkap. Maksudnya guru sosial juga mengajar matematika. Padahal, sudah jelas termaktub dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 7 yang menyebutkan bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas. Bahkan dalam UU tersebut juga ditegaskan bahwa sampai tahun 2015  guru harus memenuhi kualifikasi akademiknya minimal S1 atau D4.
Beginilah semestinya kondisi anak belajar matematika

Belajar matematika agar anak berkemampuan membuat keputusan

Matematika menumbuhkan dan menyuburkan semangat pantang menyerah

Berdasarkan Uji Kemampuan Awal 2012 yang diikuti oleh sekitar 281 ribu peserta (guru dari berbagai jenjang dan pengawas) pun terlihat bahwa kompetensi guru di Indonesia memang rendah, terutama guru dari jenjang Sekolah Dasar. Rata-rata kompetensi pedagogik guru SD hanya 42,10 dan kompetensi profesionalnya hanya 41,26. Padahal, Sekolah Dasar adalah bibit unggul agar anak bisa tetap mendulang sukses di jenjang selanjutnya. Bagaimana sebuah transfer ilmu dan nilai bisa berjalan maksimal manakala gurunya masih terkategori rendah kompetensinya. Pernah, seorang guru SD di Kalimantan Selatan bertanya kepada instruktur pelatihan,”Bu, KPK itu apa ya?” Sontak, sang instruktur pun kaget. KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil) saja tidak tahu, bagaimana mungkin dia akan bisa mengajarkannya kepada siswanya? Miris, getir mendengar ceritanya. Itulah sekelumit kenyataan kondisi guru matematika di Indonesia.
Namun, menjadikan anak betah belajar matematika bukan hal yang mustahil. Ada bebarapa cara yang bisa dilakukan agar tumbuh rasa kerasan pada diri anak untuk belajar matematika mengingat sangat penting aplikasinya dalam kehidupan mereka.
Pertama, ini tentang mindset bahwa matematika itu asyik, mudah, menyenangkan. Ini yang harus ditanamkan terlebih dahulu di pikiran para guru yang mengajar matematika. Sedikit diubah paradigmanya bahwa matematika adalah rumus dan menghitung. Matematika senikmat bermain sepak bola di piala dunia, matematika selezat pizza. Pikiran ini yang akan menjadikan guru senantiasa bersemangat untuk belajar melakukan terobosan baru dalam melakukan proses pembelajaran matematika. Berbeda dengan guru dengan paradigma lamanya tentang matematika, maka proses pembelajarannya kaku, bahkan buku menjadi andalan utamanya. “Coba buka halaman sekian, lalu kerjakan!” Sungguh membosankan! Mindset juga bisa dibangun dengan mendesign kelas penuh dengan tulisan semisal “I like mathematic”, atau “Matematika, gampang banget ya!” Setiap hari membaca tulisan ini menimbulkan energi tersendiri agar anak betah belajar matematika.

Selanjutnya, lihat tingkat/fase/tahap kognitif anak. Melakukan proses pembelajaran matematika untuk anak SD, SMP, dan SMA tentu ada bedanya. Untuk anak SD, guru seharusnya paham bahwa usia anak SD masih dalam tahap operasional konkret, sehingga matematika yang abstrak tak bisa langsung diberikan mentah-mentah untuk dihafal rumusnya atau konsepnya. Contohnya, tentang tabung. Apa itu tabung? Tak cukup dengan kata-kata bahwa tabung adalah sebuah bangun ruang dengan alas lingkaran, dst. Namun, guru harus membawa alat peraga yang berbentuk tabung entah kaleng susu, tempat pensil, dsb. Anak memegang, meraba, mencium kalau perlu sehingga indra anak termaksimalkan. Ini yang menjadikan terjadinya pengendapan konsep dalam ingatan anak. Pola berpikir induktif sangat cocok untuk matematika SD. Sedang untuk jenjang lebih atas seperti SMA bisa dengan pola berpikir deduktif.

Nah, sekarang tentang media pembelajaran. Seorang guru pernah melibatkan siswa untuk mencari bonggol jagung untuk kemudian dilubangi tengahnya dan dipotong kecil-kecil menjadi beberapa bagian. Setelah selesai anak diminta untuk mengecat bonggol tersebut dengan warna yang berbeda. Sang guru menggunakannya untuk peraga mengajarkan tentang tempat angka sebuah bilangan. Anak-anak senang karena belajar matematika tak harus mahal. Bahkan peraga buatan mereka sendiri pun bisa digunakan. Untuk sekolah yang cukup dananya bisa saja melakukan pembelajaran matematika dilakukan dengan media yang lebih canggih dan menarik, tapi bagi sekolah di pedesaan, media bisa menggunakan apa yang ada di alam. Dan lagi-lagi ternyata hal ini juga menyenangkan. Di sini sosok seorang guru yang mumpuni bisa dilihat. Guru yang ulet dan kreatif membuat media sendiri biasanya malah memiliki kompetensi yang tinggi karena dia tahu bagaimana cara mengajarkan sebuah konsep. Keberadaan media akan menarik siswa untuk betah belajar matematika. Sudah menjadi rumus pula, guru yang kreatif akan melahirkan anak yang kreatif.

Sekarang tinggal action-nya. Kelincahan guru dalam mengajar, bahasa yang senantiasa membakar anak untuk semangat belajar, interaksi yang positif antara keduanya juga menjadi modal utama anak bisa betah dengan matematika. Apa yang Anda bayangkan manakala seorang guru matematika tiba-tiba masuk kelas langsung berpuisi tentang Kubus misalnya. Atau tiba-tiba membanting kardus di depan kelas dengan nada penuh marah? Tentu, anak-anak di kelas akan tercengang heran. Inilah salah satu kelincahan. Bahwa memulai pembelajaran tak harus dengan salam yang diucapkan dengan hambar. Bahasa, tentu saja. Misalkan Anda seorang guru matematika ditanya oleh seorang siswa seperti ini,”Apakah dulu ibu/bapak menyukai matematika? Saya benci matematika!” Apajawaban Anda? Seorang guru dalam sebuah cuplikan film menjawab seperti ini,”Saya benci matematika, sama seperti kalian, namun semakin dibenci ternyata saya semakin tak bisa, makanya saya belajar. Dan akhirnya saya menyukai matematika.” Beginilah bahasa sederhana namun membangkitkan. Apalagi ditambah dengan interaksi yang positif antara guru dan anak-anak, misalkan dengan polesan permainan dalam pembelajaran matematika, atau bahkan diskusi setelah bereksperimen, justru akan semakin menambah kecintaan anak terhadap matematika.

Betah belajar matematika, bukan hal yang niscaya tak bisa diwujudkan. Semuanya bisa. Faktor utama pada guru tentunya. Semua tergantung kepadanya. Sebuah ungkapan bijak berkata,”Tak ada siswa yang tidak bisa belajar, yang ada adalah guru yang tak bisa mengajar.”

Geser Sedikit, Ya!


Hati rasanya sedikit jengkel ketika naik sebuah angkotan kota (angkot), ada 2 penumpang duduk saling berhadapan sama-sama sedang asyik memencet tombol-tombol HP mereka. Sampai-sampai mereka tak sadar bahwa saya yang sedang menggendong bayi dan menggandeng seorang balita sudah naik dan mau masuk ke dalam angkot tak bisa lewat. Keduanya duduk membungkuk dekat pintu angkot hingga bagian tengah angkot yang biasa dipakai jalan untuk penumpang masuk sedikit tertutup.
“Permisi, tolong geser ya!” saya menyapa dan baru lah mereka menegakkan tubuhnya.

Atau pernah juga saya naik angkot beserta dua anak saya, mau duduk di bangku angkot yang mestinya muat 4 orang jadi hanya cukup 3 penumpang. Bukan karena penumpangnya gemuk-gemuk, tapi karena ada penumpang yang duduknya miring ke samping sambil bersandar di bagian pojok angkot. Kalau sopirnya sendiri yang tak teriak-teriak, si penumpang itu tetap saja akan begitu.
Peduli antar penumpang sepertinya memang harus digalakkan. Masih sering dijumpai penumpang duduk dengan nyaman hingga menghabiskan tempat, namun di dekatnya ada lansia, ibu hamil, atau orang yang membawa anak kecil terpaksa berdiri. Padahal jika mau geser sedikit tubuhnya, lumayan masih ada satu kursi lagi untuk ditempati. Yang kejam lagi jika sudah tahu kondisinya demikian, sang penumpang malah berangkat tidur sambil menutupi kepalanya dengan koran. Sedang di depannya, seorang ibu hamil berdiri kepayahan.
Masih mending kalau di angkot, sang sopir masih menegur. Di kereta api semacam KRL pemandangan seperti itu masih sering nampak di depan mata. Petugas yang mengecek karcis juga tak berani mengingatkan. Kepedulian antar penumpang masih kurang, sehingga kalimat “Geser Sedikit, Ya!” sepertinya jadi lumrah dilontarkan.

Kamis, 16 Mei 2013

Bisnis Melejit dengan Konsultan Marketing


Ingin punya bisnis yang melejit dengan keuntungan yang besar? Rasanya, hampir semua orang yang bertindak sebagai pelaku bisnis ingin sekali meraih hal tersebut. Dalam perjalanannya, ada pelakuk bisnis yang eksis dan ada pula mereka yang akhirnya berhenti di garis finish yang diciptakan sendiri alias gulung tikar.
Pengalaman seorang perempuan kala itu berusia 28 tahun bisa menjadi pelajaran. Membuka warung minuman tanpa perencanaan yang matang justru membuat perempuan ini, sebut namanya Dwi akhirnya hanya menangis merana karena tak bisa mengembalikan utang yang sebelumnya dibuat modal dagang. Parahnya belum genap sepekan jualan, warungnya sudah ditutup. Karena hal sederhana. Membuka usaha tanpa pertimbangan yang jeli.
Belajar dari hal tersebut, maka ketika saya akan membuka bisnis daycare, jauh sebelum daycare berdiri saya menggaet seorang pebisnis sukses di dekat saya untuk bekerja sama. Syukurlah, dengan dibantu beliaunya daycare sekarang banyak dilirik orang tua untuk menitipkan anaknya, bahkan sampai waiting list juga pernah terjadi.
Benar. Sangat benar. Keberadaan seorang konsultan marketing memang akan sangat membantu kesuksesan bisnis yang Anda jalankan. Personal Branding Agency, Indscript Creative telah memperkenalkan kepada Anda seorang konsultan marketing yang sudah tak asing lagi dalam dunia perbankan khususnya. Dia Veronica Ratna Ningrum. Perempuan muda dan penuh semangat ini berkata,” Menjalankan bisnis tidak semata-mata hanya seperti pedagang, yang memproduksi produk dan menjualnya kepada konsumen. Dalam banyak hal, produsen atau pebisnis membutuhkan campur tangan seorang konsultan untuk membuat produknya disukai oleh konsumen dan laku di pasaran.
Banyak hal yang bisa dilakukan oleh Konsultan Marketing meski kerjanya hanya di balik layar saja. Dalam hal produksi misalnya. Konsultan marketing akan membantu mengarahkan pelaku bisnis dalam menentukan bentuk dan kemasan barang yang diproduksi. Seorang konsultan marketing sangat memahami bagaimana menentukan target konsumen sebuah produk berdasarkan need assessment konsumen melalui pemetaan berdasarkan riset dan observasi. Bekerja sama dengannya, seorang produsen tak akan kesulitan untuk langkah awal ini.
Terkait dengan pemasaran produk, konsultan marketing akan dengan senang hati membantu kliennya untuk menetapkan langkah strategis dalam hal yang juga sangat penting ini dalam mendukung kesuksesan bisnis. Konsultan marketing akan mempelajari segala celah dan sisi sehingga memunculkan ide jitu agar barang yang diproduksi dengan kualitas bagus bisa laku di pasaran bahkan menjadi trend. Karena faktanya masih banyak dijumpai produsen kewalahan dan akhirnya merugi disebabkan ketidakmampuan mereka menjual produk yang dihasilkan sekalipun mutunya bagus.
Banyak keuntungan yang bisa diperoleh jika seorang pemilik bisnis memanfaatkan jasa Konsultan Marketing. Mereka tidak perlu harus memikirkan segalanya sendiri, karena ada konsultan yang dapat berperan sebagai partner guna mengembangkan bisnisnya,” Veronica kembali menjelaskan. Di masa mendatang, seorang pebisnis tentu saja tak ingin apa yang sudah dicapainya tetap begitu saja dari hari ke hari. Seorang pebisnis sejati selalu bermimpi dan berkeinginan agar bisnisnya berkembang baik dari jenis produknya atau keuntungan yang diperolehnya. Kehadiran konsultan marketing tidak hanya sebagai mentor bagi kliennya. Namun lebih dari itu, dia merupakan mata air yang senantiasa mengalirkan ide-ide cemerlang bagi kliennya tentang bagaimana bisnis harus dijalankan, produk apa yang bisa dikembangkan lebih lanjut, bagaimana seluk beluk biaya sehingga tak perlu biaya produksi yang tinggi, dan bagaimana terus membuat konsumen loyal dengan produk.
Namun, betapa cerdasnya seorang konsultan marketing dan kebutuhan terhadapnya sangat tinggi bagi kliennya, dia pun akan terus mengasah ilmu tentang bidang yang digelutinya mengingat dinamisnya dunia marketing dan bisnis. “Tanpa mengasah ilmu, kita akan tertinggal jauh. Dan lagipula, seorang konsultan yang baik tentu akan senantiasa berusaha memberikan yang terbaik pula pada kliennya. Seorang konsultan yang haus ilmu dan selalu berinovasi, adalah asset besar bagi kesuksesan sebuah bisnis,” Veronica menegaskan.
Ingin bisnis Anda melejit? Buka mata dan buka hati karena konsultan marketing akan dengan senang hati membantu dan melayani Anda.

Rabu, 15 Mei 2013

Pentingnya Konsultan Marketing untuk Bisnis Sukses


Berbisnis akhir-akhir ini memang menjadi pilihan banyak orang untuk mendapatkan materi dan mencukupi kebutuhan. Bahkan banyak juga yang meniatkan bisnis sebagai jalan untuk membantu pemerintah mengurangi pengangguran. Atau ada juga yang awalnya hanya berniat bisnis daripada melongo tak ada yang bisa dikerjakan. Biasanya ini dilakukan oleh ibu rumah tangga.

Apapun niatnya, seharusnya berbisnis tidak seperti itu. Jika Anda berniat menjadi seorang pebisnis,jadilah seorang pebisnis yang sejati. Itulah yang disarankan oleh konsultan marketing perempuan yang namanya semakin dikenal oleh media massa, yakni Veronica Ratna Ningrum. Menurutnya, menjalankan sebuah bisnis tentunya harus disertai dengan banyak pertimbangan dan perencanaan langkah yang pasti dan tepat. Karena hal ini akan menentukan keberhasilan dari bisnis yang dijalankan.

Personal Branding Agency, Indscript Creative contohnya. Setelah sukses dengan memproklamirkan diri sebagai Agensi Naskah, foundernya Indari Mastuti tak berhenti begitu saja. Kesungguhannya dalam mengelola bisnis terkait dunia kepenulisan sungguh luar biasa, telah dipertimbangkan dengan perencanaan yang tepat. Munculnya nama Veronica Ratna Ningrum sekarang ini juga merupakan keberhasilan bisnis yang digarap Indscript Creative. Intinya, bisnis memang tidak boleh hanya asal-asalan saja.



“Menjalankan bisnis tidak semata-mata hanya seperti pedagang, yang memproduksi produk dan menjualnya kepada konsumen. Dalam banyak hal, produsen atau pebisnis membutuhkan campur tangan seorang konsultan untuk membuat produknya disukai oleh konsumen dan laku di pasaran,” ujar Veronica.
Sosok seorang konsultan marketing memang lebih banyak berada di balik layar, namun perannya sangat penting dalam menentukan sukses tidaknya sebuah bisnis. Konsultanlah yang mengarahkan pihak produsen untuk melakukan sejumlah langkah yang berkaitan dengan proses produksi barang hingga strategi penjualan. Pada tahap awal produksi barang, konsultan bertindak sebagai pengarah saat menentukan bentuk dan kemasan barang yang diproduksi. Ia akan memberi masukan tentang apa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen, tipe konsumen, serta segmen pasar berdasarkan hasil riset dan observasi.
Selanjutnya, pada tahap pemasaran, konsultan akan mendampingi sang produsen atau pemilik bisnis untuk menentukan strategi pemasaran barang. Menentukan strategi pemasaran sangat diperlukan, sebab tanpa itu, produsen akan mengalami hambatan dalam menjual barangnya sekalipun kualitasnya bagus. Konsultan akan mempelajari apa saja celah dan ide yang bisa dimanfaatkan untuk membuat produk tersebut dapat laku keras di pasaran serta tampil sebagai trend. Dan selanjutnya, ia akan merancang strategi pemasaran yang paling tepat.
Seorang konsultan marketing tidak hanya bertindak sebagai pendamping bagi kliennya. Ia juga menjadi sumber ide tentang bagaimana sebuah bisnis harus dijalankan, produk apa yang dapat dikembangkan lebih lanjut, bagaimana memangkas biaya yang tidak perlu, serta bagaimana membuat konsumen merasa lekat dan loyal terhadap sebuah produk. “Banyak keuntungan yang bisa diperoleh jika seorang pemilik bisnis memanfaatkan jasa Konsultan Marketing. Mereka tidak perlu harus memikirkan segalanya sendiri, karena ada konsultan yang dapat berperan sebagai partner guna mengembangkan bisnisnya,” ujar Veronica.
Konsultan Marketing "Veronica"

Sebagai seorang Konsultan Marketing, Veronica menyadari bahwa perannya sangat vital bagi kesuksesan bisnis kliennya. Untuk itu, dia selalu menyediakan waktu untuk memperdalam ilmu dalam hal Marketing dan Bisnis. Baginya, itu penting dilakukan oleh setiap konsultan, karena dunia marketing sangat dinamis dan sarat perubahan. “Tanpa mengasah ilmu, kita akan tertinggal jauh. Dan lagipula, seorang konsultan yang baik tentu akan senantiasa berusaha memberikan yang terbaik pula pada kliennya. Seorang konsultan yang haus ilmu dan selalu berinovasi, adalah asset besar bagi kesuksesan sebuah bisnis,” ujar perempuan muda yang sudah menangani program marketing dari beberapa lembaga perbankan ternama di Indonesia ini.



Selasa, 07 Mei 2013

Ke mana Ayah Pergi?


Terkadang bahkan sering, atau mungkin setiap hari anak kita yang balita akan bertanya,”Bunda, ayah ke mana pergi?” Lalu kita pun menjawab,”Kerja, Nak! Biar dapat uang untuk beli susu adik.” Saya pun awalnya juga begitu. Tapi, kini berusaha sedikit demi sedikit mengubah diksi yang tepat untuk pertanyaan anak semacam itu. Hasilnya memang berbeda, meski terkadang masih keceplosan salah juga kembali ke jawaban seperti di atas. Ya Allah, terus bimbing saya!
Suatu ketika Qowiyy bertanya seperti itu. Kali ini saya mencoba dan suami juga menegaskan pula untuk menjawab versi lain yang pernah saya dapat ketika mendengarkan seorang parenter berceramah.
“Mas Qowiyy, ayah akan berjuang!” jawab saya.
“Benar, Mas. Ayah mau berjuang nih!” timpal suami saya lagi.
“Oh, berjuang ya?” tanya Qowiyy seperti tak mengerti.
Kami hanya mengangguk, lalu suami mencium Qowiyy, jabat tangan, berangkat berjuang. Saya juga tak segera menjelaskan kepada Qowiyy apa makna berjuang. Hingga suatu Minggu di pasar kaget kami sedang menikmati pecel Blitar, tepat di depan kami ada seorang bapak dan anaknya yang masih SD, kira-kira, sedang membuat “arum manis”, makanan kesukaan anak kecil yang rasanya manis. Mereka berdua tampak sekali tak kenal lelah hingga beberapa bungkus “arum manis” selesai dibuat.
“Mas, kakak itu berjuang membantu ayahnya untuk jualan,” suami saya tiba-tiba nyletuk sambil mengarahkan jari telunjuknya kepada anak bapak penjual “arum manis”.
“Itu ngapain?” tanya Qowiyy.
“Berjuang, Mas! Mas Qowiyy bisa makan ini karena ayah juga berjuang sama kayak bapak itu. Kakak itu juga turut berjuang sama-sama bapaknya. Capek itu, tapi harus menyenangi. Harus dicoba terus!” jelas saya.
“Biar bisa makan ya?” tanya Qowiyy.
Itu salah satunya. Paling tidak dalam benak Qowiyy sudah pernah terlintas makna berjuang. Nah, ketika Qowiyy melihat bapak-bapak naik di atas atap ruko yang kebetulan terlihat dari jendela rumah, seperti biasa dia pun menanyakan sedang apakah mereka? Saya pun menjawab,”Mereka berjuang, Nak! Mereka berusaha tidak takut naik ke atas untuk memasang barang sejenis antena.”
“Bunda, ambilin kue di atas kulkas!”
“Coba ambil sendiri, Mas!”
“Nggak nyampe, Bunda!”
“Coba kayak bapak yang kemarin naik ke atas sana.”
“Berjuang ya? Ehm, naik kursi ya? Tapi takut jatuh Mas Qowiyynya,” Qowiyy berkata.
“Gimana biar nggak jatuh?”
“Pegangan ya?”
Akhirnya Qowiyy bisa mengambil kue di atas kulkas. Gara-gara kata “berjuang”.  Dia pun bisa membuat solusi sendiri dan berani melakukannya.
Kembali ke masalah ke mana ayah pergi. Andai saya menjawab seperti pada umumnya orang menjawab, Qowiyy hanya mengerti bahwa dia nanti akan dapat susu karena ayahnya bekerja. Dia tak pernah tahu tentang lelahnya bekerja, tak pernah mengerti bahwa segala sesuatu bisa didapat karena berusaha dan mencari jalan keluarnya. Dia hanya tahu hasil
Berbeda dengan ketika saya menjawab dengan kata “berjuang” lalu saya ajak Qowiyy melihat fakta di sekelilingnya tentang makna kata ajaib itu. Bahkan yang mengharukan adalah saat ayahnya pulang kerja Qowiyy menyambut dengan kalimat yang membuat saya dan suami kagum kepadanya.
“Ayah habis berjuang ya?”
“Iya, kok tahu?” jawab suami dang anti bertanya.
“Capek ya, gerah ya, kok kringetan,” jawab Qowiyy.
Mengajarkan kerja keras kepada anak memang harus sejak dini, apalagi zaman sekarang serba instan. Ke mana ayah pergi? Kalimat ini telah mengajari saya sesuatu yang berarti.