Rendang Padang, Saatnya Mendunia

“Wow pedasnya! Bumbunya memang terasa. Meski tanpa dagingnya juga tetap enak dimakan ma nasi saja!” komentar saya ketika Minggu, 7 April 2013 kemarin tiba-tiba suami mengajak untuk makan siang di sebuah rumah makan padang dekat rumah. Ya, mau saja-lah, sekalian mencicipi seperti apakah rasanya rendang padang. 

Sepiring nasi rendang yang kumakan

Awalnya kepedasan

Mulai merasakan nikmatnya

Selama ini, meski setiap Jumat selesai ngisi pengajian karyawan toko hampir selalu mendapat bungkusan masakan padang dengan rendang sebagai menunya, tapi saya tak pernah merasakannya. Saya hanya ambil daun singkong dan lauk perkedel saja. Siapa yang makan rendangnya? Suami saya.

Bentuk Kemasan sebagai Modal Awal

“Di sepanjang Jalan Kartini saja ada 4 rumah makan masakan padang. Belum di tempat lain. Masakan padang itu ada di mana-mana. Rendang pasti ada di sana,” ujar suami menjelaskan. Dari jawaban suami ini membuat kesadaran saya tumbuh. Ya, rendang memang memasyarakat. Ada di mana-mana buktinya. Lidah orang sangat akrab dengan makanan khas Minang ini.  Belum lagi menurut data, rumah makan padang di luar negeri juga banyak bermunculan. Dua di antaranya ada di Beijing dan Amerika Serikat. Rendang menjadi salah satu menu utama yang selalu ada, tentu saja. Rendang juga banyak dipesan dari luar negeri langsung dari Indonesia.

Randang Padang RestuMande lain lagi ceritanya. Di tahun 2007 rumah makan yang dikelola Amril dan istrinya ini mulai ramai dikunjungi orang. Bumbu racikan yang meresap ke dalam daging begitu membuat orang ketagihan untuk menyantapnya ulang. Alhasil, mereka pun minta dibungkuskan besar untuk dijadikan oleh-oleh.  Bahkan jamaah haji pun memesannya untuk dibawa ketika menunaikan ibadah tersebut. Toples sebagai wadahnya. Nah, mengetahui minat penduduk Indonesia dan penduduk dunia terhadap rendang sangat tinggi maka tercetuslah ide memproduksi rendang kemasan. Lebih praktis dan mudah dibawa. Saat ini, meski masih dengan cara hand carry, Randang Padang Restu Mande sudah dinikmati di luar negeri. Rendang kemasan, modal awal untuk go international. Pertama di dunia.

Rendang kemasan produksi Restu Mande

Tiga Kali Penduduk Singapura

            Dino Patti Djajal, Duta besar RI untuk Amerika Serikat mengatakan bahwa sebanyak itulah jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di luar negeri. Menurut data statistik, tahun 2012-2013 jumlah penduduk Singapura sebanyak 5.353.494 jiwa, berarti penduduk Indonesia yang berada di luar negeri sebanyak lebih dari 15 juta jiwa. Wow! Sebuah bilangan yang besar dan fantastis. Tentu ini menjadi peluang agar rendang Padang termasuk Randang Padang Restu Mande sebagai makanan tradisional asli Indonesia bisa lebih dikenal dan dinikmati di luar negeri. Soalnya, di Malaysia juga ada rendang. Tapi, kalau sudah namanya rendang Padang, orang sudah banyak yang kenal bahwa itu dari negeri khatulistiwa ini. Rasa dari bumbu yang khas itu yang membedakannya.

Membuka agen di sana memang merupakan salah satu yang jitu sebagai langkah strategis memaksimalkan potensi warga negara Indonesia yang ada di sana. Melalui tangan mereka memasarkan rendang ini tak menutup kemungkinan rendang Padang tak hanya menduduki peringkat 11 makanan terenak ala CNNgo, namun bisa meraih peringkat 1. Dan lagi, rendang kemasan produksi Restu Mande akan sangat mudah menyebar di sana karena kepraktisannya tanpa mengurangi rasa aslinya.

Indahnya Bisnis Ini

            Mengapa indah? Karena kedahsyatan yang bisa diraup dari produksi rendang ini sangat besar. Tak hanya dari omzet, namun juga dalam menyerap tenaga kerja. Hitungannya sederhana. Di Indonesia ada sekitar 50.000 outlet (warung dan restoran besar) menjual makanan tradisional khas Padang yang pastinya ada rendang di sana. Setiap outletnya rata-rata memperkerjakan 10 karyawan. Berarti ada 500.000 orang tenaga kerja yang diserap.

            Maka, jika rendang kemasan ala Randang Padang Restu Mande ini laris dan terdistribusi di seluruh wilayah Indonesia, besar harapan bisnis ini bisa membantu pemerintah mengurangi angka pengangguran. Ini bukan hal mustahil mengingat potensi rendang sebagai masakan yang senantiasa memanjakan lidah orang yang memakannya. Apalagi rendang dengan keawetan rasanya dalam jangka waktu yang lama akan selalu dicari orang untuk dijadikan santapan. Randang Padang Restu Mande apalagi. Rendang kemasannya bahkan bisa tahan sampai 459 hari. Tentu akan semakin banyak peminatnya. Sekarang saja sudah tersebar melalui agen-agennya di 65% wilayah Indonesia. Bisa dibayangkan jika pada akhirnya banyak orang yang akan menjadi agen atau Restu Mande akan membuka cabang di luar Bandung. Produksinya akan semakin besar dan tenaga kerja yang dibutuhkan juga akan semakin banyak.

Imbasnya?

Bisa dipastikan rendang tak akan pernah hilang dari dunia. Rendang tak akan punah karena produksi dan pemasarannya semakin menggila memuaskan kebutuhan konsumennya. Rendang semakin dikenal dan lestari sebagai budaya bangsa yang patut diacungi jempol karena kekhasan bumbu dan rasanya. Enak, tiada bandingnya.

Yang di luar negeri juga tak ketinggalan. Banyaknya permintaan rendang di sana semakin memperkokoh peringkat rendang sebagai kuliner Indonesia yang layak untuk dibanggakan.

Akhirnya, saya kini menyukainya. Anda, buruan dong membelinya! Rasakan sensasi rasanya dan mari katakan “Rendang Padang saatnya mendunia”!

Referensi:

http://statistik.ptkpt.net/_a.php?_a=penduduk_usia&info1=3

http://www.restumande.com/id

http://devinorizki.com/2013/02/04/indahnya-bisnis-bagi-hasil/

http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/96027