“Ayo tangkap, Mas Qowiyy!” saya
menyemangati anak saya yang sedang berjuang menangkap ikan ketika minggu pagi di gelaran pasar kaget.
Qowiyy pun berusaha semaksimal
mungkin untuk menangkap ikan. Namun, sebelum permainan dimulai saya dan suami
sudah berpesan,”Mas, jika ikannya tertangkap, segera dilepaskan kembali ya!
Kasihan, dia juga pingin hidup. Bisa makan, bisa minum, sama kayak Mas Qowiyy.”
Ya, itu salah satu permainan yang
saya gunakan dalam rangka stimulasi kecerdasan anak. Tangkap ikan kecil di kolam buatan. Kebetulan saat itu di
pasar kaget, namun pernah juga saya dan suami sengaja membeli ikan kecil lalu
mengajak Qowiyy menangkapnya di rumah setelah memasukkan ikan-ikan tersebut ke
dalam bak. Kecerdasan apa yang terasah dalam kegiatan ini? Diantaranya
kecerdasan visual dimana mata anak harus jeli mengamati kemana ikan berenang
dan di saat yang tepat bisa ditangkap. Tak cukup itu. Ketika Qowiyy
mengembalikan ikan yang sudah tertangkap kembali ke air, maka kecerdasan
natural anak juga terasah. Anak menjadi paham bahwa ikan makhluk hidup yang
sama seperti dirinya. Ada empati yang ditumbuhkan agar anak bisa akrab dengan
lingkungannya, tidak menyakitinya. Menangkap ikan juga membutuhkan kesabaran dan kegigihan sehingga kegiatan ini sekaligus bisa merangsang kecerdasan emosional dan adversity quotient anak.
"Lepaskan lagi ya, Nak! Dia juga butuh hidup." |
Selain itu, ada beberapa permainan juga yang biasa saya/suami
mainkan bersama Qowiyy.
- Mencuci sepeda
Air merupakan
media bermain yang sangat disukai Qowiyy. Berlama-lama dengan air pun dia
betah. Termasuk ketika mencuci sepedanya sendiri, Qowiyy senang sekali. Dengan kegiatan
seperti ini kecerdasan anak bisa distimulus. Ada kecerdasan body kinestetik,
dimana kecerdasan ini nampak dari gerakan-gerakan tangan anak mengelap
sepedanya dengan kain yang sudah dibasahi air serta mengambil gayung berisikan air untuk disiramkan ke sepeda. Pun, kecerdasan natural dengan
tetap mengingatkan Qowiyy untuk menggunakan air secukupnya saja.
"Bersih-bersih sepeda!" |
- Lagu tanpa lirik
Bisa dengan
bergumam atau menyalakan laptop dan memilih perangkat winamp untuk menyetel
file lagu anak yang tak ada liriknya. Dengan permainan ini, daya konsentrasi anak akan dituntut untuk menyimak dengan seksama nada lagunya, lalu Qowiyy
menyebutkan judul lagunya. Saya tentu saja memulai dari lagu yang paling
disukai Qowiyy, dalam hal ini adalah “Naik Kereta Api” agar dia bersemangat
untuk terus melanjutkan permainan. Kecerdasan musikal Qowiyy bisa ditingkatkan
melalui aktivitas permainan ini.
- “Kok hilang sih?”
Meski Qowiyy
anak laki-laki, namun tak kemudian menjadikan saya tidak mengajaknya untuk
memasak bersama. Ingat! Koki di hotel berbintang kebanyakan laki-laki juga,
bukan? Maka, memasak menjadi andalan saya untuk melejitkan kecerdasan anak.
Qowiyy sudah tahu mengapa gula dan garam bisa hilang alias larut di dalam kuah sayur yang
sedang dimasak. Dia juga mengerti mengapa telur jika digoreng/direbus bisa berubah
bentuknya dari telur awalnya. Atau ketika membuat puding kesukaannya yang
awalnya hanya serbuk terus berubah menjadi kenyal. Bahkan, Qowiyy jadi tahu
mengapa ikan yang dimasak tak lagi bisa berenang. Kecerdasan logika matematika
bisa ditingkatkan melalui kegiatan memasak ini. Ingat, matematika tak hanya melulu dengan angka.
"Aku sedang buat puding nih!" |
Qowiyy juga
terbiasa membantu saya mengambilkan beberapa bahan makanan untuk dimasak. “Mas,
tolong ambilkan 2 tomat dong!” Qowiyy mengambilnya meski terkadang benar dan
terkadang salah tentang konsep 2 nya. Namun, lambat laun aktivitas ini juga
akan mampu mengasah kecerdasan logika matematikanya.
- Asyiknya bercerita
“Mas Qowiyy tadi
dari mana?”
“Dari Rumah Pelangi. Tadi Nindya nangis kuenya direbut. Shafa main tumpuk-tumpuk. Nggak mau main sama Mirza, kemarin Qowiyy dipukul. Tadi aku main plrorotan ma ayunan di sana. Hanin nggak ada ya?” celoteh anak saya sesampainya di rumah.
Saya yang
mendengarkan tersenyum, betapa dia mengingat semuanya, padahal saya hanya
bertanya sedikit. Kecerdasan linguistik Qowiyy nampak di sini. Dia pun bisa
bercerita tentang buku yang dibacanya atau gambar dari sebuah brosur yang berisi gambar benda-benda, namun
dengan bahasanya yang lugu. Qowiyy bisa mengulasnya. Kuncinya adalah
keterbukaan.
Dari jawaban
Qowiyy di atas nampak bahwa kecerdasan body kinestetiknya juga saya latih dengan mengajaknya bermain plorotan dan ayunan. Pun dia bermain dengan teman-temannya di Rumah Pelangi secara tak langsung
mengasah kecerdasan interpersonalnya.
"Ini gambar baterai, Bunda. Buat nge-ces HP ama laptop!" |
Belajar mengoles roti bersama teman-teman |
- Silakan dipilih!
“Bunda, itu
ngapain?” jari telunjuk Qowiyy mengarah pada tukang penjual makanan arum manis.
“Bapak itu
jualan agar dapat uang biar bisa makan anaknya. Tuh lihat anaknya juga membantu
jualan,” jawab saya.
“Kayak ayah Mas
Qowiyy ya kerja?”
“Iya, tapi ayah
lebih beruntung, tanpa dibantu Mas Qowiyy ayah diberi kemudahan sama Allah
untuk mendapatkan uang. Mas Qowiyy kalau dah besar pingin kerja apa? Kayak
bapak penjual itu apa kayak ayah?”
“Kerja di kantor
ja kayak ayah,” jawabnya polos.
“Kenapa?”
“Bisa naik
kereta api.”
“Oh ya, Allah
suka anak yang bantu bapak penjual tadi lho? Karena dia berbakti sama orang
tua. Kalau dibilangin nurut. Anak yang begitu masuk surga. Qowiyy mau ke surga
atau neraka?”
“Nggak mau ke
neraka. Panas!” jawabnya.
Memilih
membutuhkan akal dan hati untuk memutuskannya. Cerdas diri diasah di sini. Suka
atau tidak suka, mau atau tidak mau, pasti ada alasannya. Dan Qowiyy berusaha
mengungkapkan alasan pilihannya. Semakin terus diberi pilihan dalam hidupnya,
kecerdasan intrapersonal anak akan semakin melejit.
Mudah, bukan agar anak bisa cerdas?
Tak harus memerlukan media yang mahal. Kegiatan sehari-hari bisa menjadi arena
permainan yang mengasyikkan untuk anak sekaligus untuk mengasah kecerdasannya.
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Moms dan Baby's Diary
Tidak ada komentar:
Posting Komentar