Ingat kata ini, jadi ingat anak
saya Qowiyy sedang membuka brosur Indomart yang banyak terdapat gambar
barang-barang dengan harga yang miring karena sudah didiskon. Lalu dia menunjuk
sebuah benda sambil berkata,”Ini baterai, Bunda.” Belum saya mengiyakan
jawabannya yang benar, Qowiyy sudah berkata lagi,”Baterainya buat cas hp sama
laptop. Kan udah merah, habis baterainya.” Saya tertawa renyah mendengar
lugunya jawaban itu. Baterai yang dibicarakannya adalah baterai “Alkaline”.
“Mas, hp dan laptop yang habis
baterainya memang harus dicas, tapi bukan pakai baterai yang ada di gambar
itu.”
“Iya, ya,” jawabnya singkat.
Maklum, selama ini Qowiyy belum
tahu bahwa baterai HP dan laptop bentuknya seperti apa. Tak masalah. Dari
peristiwa ini ada pelajaran berharga tentang anak di usia keemasannya. Segala
informasi yang didapatnya dia serap tanpa harus berkata,”Bunda, aku simpan dan
ingat ya kata-kata bunda.” Tidak! Lagi-lagi tidak! Bahkan sambil bermain
sekalipun tanpa menghadap wajah sang ibu, anak sangat mungkin merekam apa yang
didengarnya.
Anak juga memiliki kecerdasan
yang tinggi. Informasi yang sudah tersimpan dalam memori otaknya akan sangat
mudah disambungkan dengan informasi lainnya meski terkadang salah karena dalam
proses penyambungannya masih diperlukan informasi lain yang belum diketahuinya.
Seperti kasus baterai tadi. Qowiyy tahu HP dan laptop yang habis baterainya
harus dicas lagi agar bisa kembali menyala. Dia juga tahu bahwa gambar yang
terdapat dalam brosur Indomart adalah gambar baterai, tapi Qowiyy belum tahu
bahwa baterai HP atau laptop berbeda dengan baterai yang dilihatnya. Informasi
yang berhasil disambungnya masuk akal tapi belum tepat.
Maka, tetaplah bersikap bijak.
Tetap acungkan jempol karena daya nalar dan logika bekerja dengan baik berdasar
informasi yang sudah dia punya. Lalu bumbui dengan informasi baru, jelaskan,
dan biarkan untuk selanjutnya otak anak merekam dan mencari informasi lainnya
untuk disambungkan kembali. Dan bersiap-siaplah sesuatu yang mengejutkan akan
membuat bibir tersenyum lagi.
Anak kecil memang terlihat polos.
Sampai ada anggapan mereka takkan pernah mengerti apa yang ada di sekitarnya.
Padahal faktanya, anak itu kebalikannya. Acap kali anak tiba-tiba bertanya
tentang sesuatu yang orang tua sendiri bingung bagaimana harus menjawabnya.
Atau keceplosan kalimat pernyataan yang belum pernah orang tuanya mendengarnya.
Maka, mari berkaca dari kisah baterai ini! Tugas anak bereksplorasi, tugas orang tuanya adalah menjejali informasi.
Anak-anak memang selalu memberi kejutan ya Mba, ada yang saja tingkahnya yang membuat kita terseyum, tertawa, bahkan mengerutkan dahi.
BalasHapuskadang juga bikin gregetan. pingin marah tapi berusaha marah dengan benar. ini yang susah
Hapusnice share mbak :) makasih yaa....
BalasHapusmoga bermanfaat ya mbak Diah
Hapus