“Wall saya jadi tersisih. Kalah
sama IIDN,”komentar saya ketika mbak Indari Mastuti, penggagas IIDN bertanya
dalam statusnya tentang bagaimana perasaan anggotanya yang sekarang sudah
mencapai lebih 6.000 setelah bergabung dengan grup IIDN.
Saya lupa kapan tepatnya
bergabung dengan IIDN. Yang aku ingat semangatku menulis kembali merekah setelah
aku mengeklik tulisan “join this group” FB IIDN. Naskah buku yang mestinya
kelar selama saya hamil anak kedua jadi tertunda karena malas duduk di depan
laptop ketika usia kehamilan memasuki 8 bulan. Naskah buku pun terbengkalai,
padahal sudah mencapai 77 halaman. Setelah melahirkan pun sampai pertengahan
bulan Desember 2012 saya masih enggan untuk menulis. Hingga akhirnya saya pun
membaca tulisan tentang IIDN di Majalah Tarbawi. Antusias saya kembali tersulut
untuk menulis. Sampai tanggal 9 Januari 2013 saya sudah melengkapi naskah buku
saya tadi menjadi 120 hal. Setiap hari saya menulis 5 halaman.
“Send,” begitu yahoomail dan gmail menjawab proses saya mengirim naskah buku ke agensi naskah
Indscript yang dipimpin oleh guru yang luar biasa, mbak Indari Mastuti (entah
kenapa saya suka banget memanggil beliau dengan “mbak”). Memang, sampai
sekarang belum ada kabar tentang bagaimana nasib naskah buku saya tadi. Pihak Indscript
menjawab akan berusaha mengajukannya ke penerbit atau ditawarkan menjadi e-book
saja dan meminta saya menunggu hasilnya sampai akhir Maret 2013. Meski deg-deg an, namun saya berusaha
menikmati proses yang berjalan.
Ya, dengan tetap menulis
tentunya. Setiap hari. Dengan menjelajahi wall
IIDN setiap saat. Ada banyak jejak ilmu yang bisa diserap dari grup ini. Mulai
dari menyimak tulisan emak-emak keren, mengamati foto-foto tulisan yang
berhasil menembus media, sampai akhirnya saya berpapasan dengan kuisnya mbak
Nunu El-fasa, duta buku IIDN sekaligus Korwil IIDN Jawa Timur. Pertama kali
ikut saya langsung menang. Saat itu tentang “Ma, pemerkosaan itu apa?”. Di kuis
berikutnya saya pun menang kembali. Saat itu mbak Nunu bertanya tentang
pengalaman ibu-ibu mengajarkan agama anaknya semenjak kecil. Kuis kamisan ini
memang menarik, unik, dan kreatif. Rugi jika dilewatkan karena dengan kuis
tersebut ada proses menulis yang selalu diasah. Saya sudah 3 kali menang.
Hadiahnya pun menawan.
Ehm, selanjutnya ini yang tak
kalah seru untuk diungkapkan. Lygia Pecanduhujan. Markom IIDN ini orang kedua
yang membuat saya penasaran. “Nama kok aneh? Pecanduhujan?” tanya saya dalam
hati. Langsung deh meluncur ngublek-ublek
(ini bahasa jawa, bahasa Indonesianya “obrak abrik”) FB nya perempuan hebat
ini. Hebat? Ya, nampak sekali dari antusiasnya menjawab setiap komentar tentang
status apapun yang beliau posting. Ketika pelatihan Writerpreneur I pun demikian. Sampai jam 2 dini hari masih melayani
saya menjawab pertanyaan karena ketika kelas dimulai saya tak bisa ikut full. Dengan sepenuh hati untuk sebuah
dedikasi yang luar biasa.
IIDN, tak salah bergabung dengan
komunitas ini. Anggota-anggotanya saling memberi support dalam segala hal. Tak ada yang pelit ilmu, semua
ditularkan. Mau tanya apa saja pasti ada yang membantu menjawab. Adanya
kelas-kelas yang terjadwal dengan pemandu yang hebat makin mempercantik grup
ini. Bayangkan saja, setiap kali kelas dibuka, komentar anggotanya yang
nimbrung belajar bisa sampai lebih dari 30. Saya menemukan banyak inspirasi
menulis dari kelas-kelas yang dibuka IIDN. Marital
dan Parenting Class nya mbak AfinMurtiningsih, kelas Parenting nya
mbak Noor Ruly Abyz Wigati, kelas bedah rumahnya mbak Dewi Laily Purnamasari,
EYD Class with mbak Anna Farida, kelas
nge-blog nya mbak Lita Alifah, dsb (maaf
nih nggak bisa sebut satu-satu, ini nulisnya sambil nungguin si sulung sakit
dan barusan muntah-muntah). Pokoknya “top markotop” deh.
Yang saya suka dari IIDN adalah
semburan energi untuk anggotanya agar terus maju berproses menjadi seorang
penulis. Sekali lagi, proses. Adapun hasil takkan pernah didapat jika tak ada
proses untuk mendapatkannya. Ini yang paling saya rasakan ketika mengikuti
pelatihan Writerpreneur I. “Tugas
dikumpulkan ya pukul 15.00. Mind mapping
dan daftar isi, judulnya “Beautiful Mom”,”
mbak Indari Mastuti menulis status. Kira-kira begitu intinya. Ya Allah,
bagaimana ini? Saya kan harus pergi sekarang (saat itu waktu menunjukkan pukul
14.00). Saya beranikan ijin untuk mengumpulkan setelah ba’da isya. Ternyata
listrik padam, anak sulung saya juga lagi demam, suami lagi dinas luar kota.
Terpaksa, membuat mind mapping dan
daftar isi dalam keremangan lampu senter dari HP. Tapi akhirnya selesai juga.
Terlambat memang, tapi inilah proses.
Adanya lomba menulis kerjasama
dengan Anmum dan IIDN juga membuat saya aktif lagi menulis blog. Padahal sebelumnya sejak tahun 2010 saya sudah punya 2 blog, namun saking tak pernah ditengok,
akhirnya lupa password untuk masuk
kembali ke sana. Daripada pusing membuka, akhirnya saya membuat blog baru. Saya menulis, menulis, dan
menulis kembali. Beberapa lomba diikuti meski belum ada yang menang sampai
kini. Tapi sudah dibaca orang itu sudah kenikmatan tersendiri. Siapa tahu ada
yang terinspirasi.
Saya makin cinta. Sama siapa?
Sama IIDN lah. IIDN membuat saya bisa menjalani proses untuk menjadi penulis (hiks,belum
apa-apa sudah PEDE bilang saya seorang penulis..nggak apa-apalah, kan konsep
diri harus positif). Menulis apa saja. Saya juga makin cinta sama teman-teman
seperjuangan di rumah ini. Mbak Diah Kusumastuti yang tak pernah berhenti
belajar pula, mbak Nunung Nurlaela (karena tulisanmu masuk majalah Ummi
membuatku nulis dan kirim kembali ke majalah ini, padahal sebelumnya sudah
lebih dari 5 kali saya ngirim belum ada yang nyantol), mbak Candra Nila Murti Dewojati (meski aku jarang menyapa
dirimu, tapi aku penggemar bukumu lho yang diposting mbak Nunu), mbak Arin Murtiyarini (duh aku ngefans banget ma gaya penulisanmu) dan yang lainnya. Maaf,
tak sanggup rasanya menuliskan nama teman-teman sebanyak 6.000. I love you all.
Ups, ada yang ketinggalan. Tentang IIDN Jabodetabek. Saya bergabung dengan grup ini pula, tapi maaf, belum sempat nih nengokin sampai mata melotot tak kedip-kedip nih. Ayo, kapan ketemuan?
Terakhir, izinkan saya bernyanyi.
Lagunya mbak Vina Panduwinata, tapi saya ubah sedikit liriknya.
Ternyata, aku makin cinta
Cinta sama kamu
Kamu yang selalu, yang kucinta
(catatan=kamu di situ maksudnya IIDN ya..)
Tulisan ini diikutkan dalam kuis
IIDN yang dipandu oleh mbak Nunu El-fasa.
kereeen, seneng ya kumpul dengan orang2 keren mb hehe
BalasHapussemangat terus (buatku juga :D)
semangat juga berkenalan denganmu mbak Lita ... aku jadi semangat nge-blog lagi
Hapuskereeen...hihi seneng bisa memberi motivasi untuk menulis...saya juga banyank belajar dari semua IIDNers, belajar dari kesusksesan mbak Henny juga. yuk semangat!
BalasHapusYuk ... makasih mbak Nunung ... alhamdulillah ya bisa saling menyemangati
Hapushiks, terharu, saya belajar banyak dari tulisan-tulisan mbak Henny.. juga semangat menulisnya itu lho, luar biasa. meski anak sering sakit akhir-akhir ini, tapi tetep menghasilkan karya yang bagus. salam sayang buat keluarga, Mbak :)
BalasHapussemangat itu memang modal mbak Diah, kalo nggak semangat, jadi gak jalan proses jadi penulis, meski belum profesional
HapusIt's so AMAZING!!!!! Musti banyak belajar dari mbak henny nih..!!!
BalasHapusOalah, sama-sama belajar mbak Aprilia ... kutunggu buku pertamamu ... Amazing Shalawat.
Hapus