Mengelola
sebuah daycare memang menimbulkan rasa senang dan sedih dalam diri saya.
Senang, karenanya saya bisa membantu orang tua dalam memberikan pengasuhan dan
pendidikan yang baik buat anaknya. Ya, meski sebenarnya takkan bisa
menggantikan posisi orang tua di hadapan sang anak. Sedihnya, jika terkadang
menjumpai orang tua yang seolah melepas begitu saja anaknya di daycare. Asal
sudah dibawakan jajanan kesukaan anaknya, sudah!
Ada
seorang anak, sebut saja namanya Farid, usianya sudah hampir 3 tahun. Anaknya
begitu aktif. Perkembangan motorik
kasarnya sangat bagus. Dia sudah bisa memanjat pagar pinggiran tangga,
perosotan dengan gaya akrobatik yang suka membuat deg-degan pengasuh di daycare.
Berloncatan dari satu kursi ke kursi lainnya juga bisa dilakukan dengan lincah.
Bergelantungan apalagi. Farid anak yang pemberani. Pernah di daycare jatuh 2
kali hingga luka wajahnya, juga tak ada kapoknya. Untung ibunya tak marah
ketika Farid kecelakaan di daycare. Dan karena itu pula, saya dan pengasuh
menganggap bahwa ibu Farid mengerti tentang polah dan keaktifan gerak anaknya.
Namun,
yang terjadi adalah sebaliknya. Pengasuh yang memegang Farid bercerita bahwa
suatu hari ibu Farid bertanya,”Bu, Farid anak yang sangat aktif ya geraknya?”
Nah lho? Pengasuh kaget, tapi tetap tersenyum. Sang ibu lanjut bertanya
lagi,”Gitu tuh bisa berhenti sendiri nggak ya, Bu, geraknya yang banyak itu?”
Ayo,
bisa berhenti, tidak? Ya, wajar dong kalau anak bergerak aktif, yang penting
tidak mengganggu dan merusak yang ada. Dalam artian jika masih sifatnya bukan
destruktif ya tidak mengapa. Jatuh,
luka, dan sakit? Itu juga wajar. Konsekuensi yang mesti diterima. Namun, ada
kekhawatiran dalam benak ibunya Farid. Khawatir Farid susah untuk diam dan
konsentrasi sejenak untuk belajar, dsb.
Pengasuh
Farid di daycare tetap tersenyum. Farid tidak seperti yang dikhawatirkan
ibunya. Dengan program mendongeng setiap hari untuk Farid, meski awalnya Farid
acuh dan tak mau mendengarkan, kini meski belum bisa bertahan lama, Farid mulai
melirik buku dongeng yang dipegang pengasuhnya.Mulai bertanya tentang gambar
yang dilihatnya. Mulai ada perhatian untuk fokus sejenak. Ibunya senang
mendengar kabar itu.
Pengasuh
lebih senang lagi. Akhirnya sang ibu bertanya soal anaknya. Sehari-hari Farid
dulunya diantar dan dijemput sama pengasuhnya yang di rumah menuju dan pulang
dari daycare. Sejak pengasuhnya tidak bekerja lagi, ibunya lah sendiri yang
mengantar dan menjemput meski lewat magrib. Bisa jadi kebersamaan Farid bersama
ibunya kurang, sehingga wajar ibunya bertanya seperti tadi. Seperti apa Farid
kurang detail mengenalnya.
Untunglah,
syukurlah, sang ibu akhirnya bertanya. Dengan jawaban pengasuh daycare, ada
harapan Farid ke depannya akan jauh lebih baik lagi. Ada andil dan turun tangan
orang tuanya yang lebih intensif dan maksimal untuk tumbuh kembang Farid.
Jadi ingat, anak seorang teman yang juga sangat aktif, tiap hari ibunya dibuat sport jantung karena keaktifannya. Alhamdulillah setelah maauk sekolah keaktifannya menjadi lebih terarah.
BalasHapus