Anak-anak
suka bermain. Bahkan dengan bermain, banyak hal positif yang didapatkan anak.
Tak sekedar secara kognitif, namun lebih dari itu karakter positif anak juga
bisa dibangun dengan permainan. Sebagai contoh permainan “Di mana Aku Berada”
yang beberapa waktu yang lalu saya lakukan untuk anak-anak.
Bagaimana
cara mainnya? Sebelumnya siapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang dibutuhkan.
Saya menyiapkan beberapa gambar benda yang biasanya ada di kamar tidur, ruang
tamu, dapur, tempat jemuran, dan kamar mandi. Ya, ini sesuai dengan kondisi
rumah saya. Sangat kontekstual. Orang tua bisa menyesuaikan sendiri dengan
kondisi rumahnya masing-masing.
Ada
gambar kasur, bantal, guling, almari baju, dsb untuk benda-benda di kamar
tidur. Ada sofa, karpet, rak buku, dsb untuk benda-benda di ruang tamu, dst.
Gambar bisa menggambar sendiri atau mencari di internet lalu diprint, atau bisa
juga foto langsung lalu dicetak. Terserah saja. Lalu campur semua gambar
tersebut. Selanjutnya, siapkan kertas agak besar/papan yang masing-masing sudah
ditulisi “kamar tidur, ruang tamu”, dst. Tata rapi di lantai atau di dinding.
Jika permainan dilakukan di dinding maka gambar benda-benda tadi dilengkapi
dengan alat perekat agar bisa menempel di kertas/papan yang dipasang di
dinding. Saya sih mainnya di lantai saja.
Selanjutnya,
jelaskan instruksinya kepada anak. Bahwa anak harus menempatkan gambar di
tempat yang sesuai. Karena anak saya belum bisa membaca, saya berikan petunjuk,
bahwa kertas ini untuk benda-benda yang ada di dapur (sambil menunjukkan
tulisan “dapur” yang ada di kertas/papan) dst. Lalu, biarkan anak mengambil
satu per satu gambar dan menaruhnya di tempat yang benar. Tak ada kendala
berarti bagi anak sulung saya yang hampir 5 tahun meski belum membaca. Bagi
adiknya yang 2 tahun 3 bulan, awalnya agak susah. Saya tak membantunya
langsung. Saya memintanya untuk meminta tolong kepada kakaknya untuk membantu.
“Mas,
gayung di mana? Di kamar mandi ya?”
“Ya,
tuh kamar mandinya!” sahut sulung saya sambil menunjuk kertas/papan bertuliskan
“kamar mandi”. Adiknya pun menaruh gambar gayung di sana. Tak ada kesulitan
bagi anak kedua saya untuk menaruh gambar benda yang lain setelah semua
kertas/papan terisi minimal 1 gambar benda. Anak saya bisa mengklasifikasi
sendiri.
Mudah,bukan,
cara bermainnya? Permainan ini memang sangat bermanfaat untuk mengasah
kemampuan klasifikasi anak. Semakin diasah dengan berbagai jenis permainan dan
kegiatan yang menarik, kemampuan ini akan sangat bermanfaat bagi anak nantinya.
Anak semakin peka mana perbuatan baik dan mana perbuatan buruk. Kemampuannya
memilih dan memilah sudah terasah, dan tentunya di zaman yang makin deras arus
informasi seperti sekarang ini, kemampuan ini sangat dibutuhkan. Anak takkan
ragu lagi untuk berkata “tidak” manakala diajak temannya untuk tidak sholat,
misalnya.
Permainan
ini juga mampu mengasah kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi terutama
jika dimainkan bersama-sama. Kakak menolong adiknya, dan adik bisa dengan baik
bertanya kepada kakaknya. Apalagi jika ini diterapkan di lingkup yang lebih
luas dan banyak anak (tentu didukung media yang cukup banyak juga) maka
permainan ini akan lebih seru.
Mengasah
kemampuan klasifikasi anak sejak dini akan bermanfaat di kemudian hari.
Permainan sederhana ini selain menyenangkan, juga bisa menstimulus kemampuan
ini. Selamat mencoba!
Baguus...kl aku kadang ga sempat print2 n nyiapin kertas..jd barang2nya aja aku kumpulin..anaknya trs ngembaliin ke tempatnya..hehe
BalasHapusBahagianya menjadi Bunda pelaku Home Education.. kreatif :)
BalasHapusBermain sambil belajar. anak tidak menyadari jika dia telah belajar bersosialisasi dan mengklarifikasi...mantaap..!
BalasHapus