Kamis, 04 Desember 2014

Kenalkan Allah di Setiap Kegiatan Anak


                Anak Anda yang masih balita sudah mengenal Allah? Sudah hafal asmaul husna? Ehm, di sekolahnya diajarkan dan dihafalkan ya? Wajar dong kalau hafal? Apalagi jika orang tua juga mengulanginya atau sengaja mengenalkan asmaul husna ini di rumah.

                Saya pun demikian halnya. Di setiap kegiatan anak berusaha mengenalkan Allah kepada mereka. Ketika makan, misalnya. Adakalanya anak nyeletuk,”Ih, nggak mau tahu ah!” Ketika itu saya mengingatkan,”Siapa ya yang memberikan tahu?” Anak saya langsung diam. Mengapa? Karena sebelumnya setiap makan saya selalu berkata,”Lauk ini Allah yang kasih. Allah Ya Wahab. Bersyukur masih dikasih lauk seperti nama Allah, Ya Syukur!”

               Ya, nggak serta merta langsung paham sih, tapi dengan selalu menyertakan Allah di setiap kejadian yang dialami anak, lambat laun anak lebih mengenal Allah. Ya, nggak mesti juga sih anak langsung diam. Adakalanya protes juga jika tak cocok lauknya, namun dengan menunjukkan bukti bahwa di tempat lain ada yang tidak bisa makan, anak akan tumbuh empatinya. Meski tak sesempurna yang kita harapkan. Tapi, mengenalkan Allah tak bisa lantas berhenti.

                Lewat permainan juga bisa lho! Ketika itu, saya menyiapkan mainan orang-orangan dari kertas dengan tinggi yang berbeda-beda. Anak saya menyusunnya dengan memasukkan benang ke lubang di tangan tiap orang-orangan tersebut. Qowiyy berhasil menyusun orang-orangan tersebut dari yang paling pendek ke yang paling tinggi.

                “Yang paling pendek yang mana, Mas?” tanya saya.
                Qowiyy pun menunjukkan dengan tepat. Demikian juga untuk orang-orangan yang paling tinggi. Qowiyy tahu dan mengerti.
                “Adakah yang lebih tinggi dari orang-orangan yang paling tinggi itu, Mas?”
                “Tinggian adik!”
                “Yang lebih tinggi dari adik?”
                “Qowiyy deh!”
                “Kalau Qowiyy sama ayah tinggian siapa?”
                “Ayah lah!”
                “Yang lebih tinggi dari ayah?”
                “Pohon!”
                “Yang lebih tinggi dari pohon?”
                “Awan yang ada di langit, Bunda!”
                “Terus, yang lebih tinggi dari awan?”
                Qowiyy terdiam seolah berpikir. Lalu, tiba-tiba dia menjawab,”Allah yang paling tinggi!”

                Saya kaget sekaligus kagum. Begitukah yang dipikirkan Qowiyy? Padahal selama ini tak pernah tahu kalau Allah Maha Tinggi. Saya hanya menjelaskan setiap saat bahwa awan, langit, bumi, pohon, manusia, dsb adalah Allah yang menciptakannya. Tak tahu saya bagaimana logika sulung saya bisa sampai ke sana.


                Intinya, libatkan senantiasa Allah dalam kegiatan anak. Jiwanya akan mengenali dan senantiasa mengingatnya. Bukankah iman kepada-Nya adalah bekal segala-galanya?

1 komentar:

  1. Alhamdulillah bunda, hal-hal mendasar seperti inilah yang perlu ditanamkan pada anak. Termasuk, dimana Allah? Anak-anak harus tahu bahwa Allah berada di atas langit.Allah bersemayam di atas arsy.
    Salam kenal ya mbak, mampir ke blogku. Blognya saya follow, kalau berkenan follow balik :)

    BalasHapus