Anak
Anda yang masih balita sudah mengenal Allah? Sudah hafal asmaul husna? Ehm, di
sekolahnya diajarkan dan dihafalkan ya? Wajar dong kalau hafal? Apalagi jika
orang tua juga mengulanginya atau sengaja mengenalkan asmaul husna ini di
rumah.
Saya
pun demikian halnya. Di setiap kegiatan anak berusaha mengenalkan Allah kepada
mereka. Ketika makan, misalnya. Adakalanya anak nyeletuk,”Ih, nggak mau tahu
ah!” Ketika itu saya mengingatkan,”Siapa ya yang memberikan tahu?” Anak saya
langsung diam. Mengapa? Karena sebelumnya setiap makan saya selalu
berkata,”Lauk ini Allah yang kasih. Allah Ya Wahab. Bersyukur masih dikasih
lauk seperti nama Allah, Ya Syukur!”
Ya,
nggak serta merta langsung paham sih, tapi dengan selalu menyertakan Allah di
setiap kejadian yang dialami anak, lambat laun anak lebih mengenal Allah. Ya,
nggak mesti juga sih anak langsung diam. Adakalanya protes juga jika tak cocok
lauknya, namun dengan menunjukkan bukti bahwa di tempat lain ada yang tidak
bisa makan, anak akan tumbuh empatinya. Meski tak sesempurna yang kita
harapkan. Tapi, mengenalkan Allah tak bisa lantas berhenti.
Lewat
permainan juga bisa lho! Ketika itu, saya menyiapkan mainan orang-orangan dari
kertas dengan tinggi yang berbeda-beda. Anak saya menyusunnya dengan memasukkan
benang ke lubang di tangan tiap orang-orangan tersebut. Qowiyy berhasil
menyusun orang-orangan tersebut dari yang paling pendek ke yang paling tinggi.
“Yang
paling pendek yang mana, Mas?” tanya saya.
Qowiyy
pun menunjukkan dengan tepat. Demikian juga untuk orang-orangan yang paling
tinggi. Qowiyy tahu dan mengerti.
“Adakah
yang lebih tinggi dari orang-orangan yang paling tinggi itu, Mas?”
“Tinggian
adik!”
“Yang
lebih tinggi dari adik?”
“Qowiyy
deh!”
“Kalau
Qowiyy sama ayah tinggian siapa?”
“Ayah
lah!”
“Yang
lebih tinggi dari ayah?”
“Pohon!”
“Yang
lebih tinggi dari pohon?”
“Awan
yang ada di langit, Bunda!”
“Terus,
yang lebih tinggi dari awan?”
Qowiyy
terdiam seolah berpikir. Lalu, tiba-tiba dia menjawab,”Allah yang paling
tinggi!”
Saya
kaget sekaligus kagum. Begitukah yang dipikirkan Qowiyy? Padahal selama ini tak
pernah tahu kalau Allah Maha Tinggi. Saya hanya menjelaskan setiap saat bahwa
awan, langit, bumi, pohon, manusia, dsb adalah Allah yang menciptakannya. Tak
tahu saya bagaimana logika sulung saya bisa sampai ke sana.
Intinya,
libatkan senantiasa Allah dalam kegiatan anak. Jiwanya akan mengenali dan
senantiasa mengingatnya. Bukankah iman kepada-Nya adalah bekal segala-galanya?
Alhamdulillah bunda, hal-hal mendasar seperti inilah yang perlu ditanamkan pada anak. Termasuk, dimana Allah? Anak-anak harus tahu bahwa Allah berada di atas langit.Allah bersemayam di atas arsy.
BalasHapusSalam kenal ya mbak, mampir ke blogku. Blognya saya follow, kalau berkenan follow balik :)