Rabu, 27 Maret 2013

Ayahku Seorang PNS


 “Tasnya nggak ada, laptop nggak ada,” batin saya sekaligus saya bisa menebak ke mana suami saya pergi. Saya telepon tidak diangkat, saya SMS tidak dijawab, lebih dari 2 jam. Dan terpaksa sore harinya saya boyong kedua anak saya untuk ikut rapat bersama saya. Sambil menunggu teman, saya bertanya kepada Qowiyy, si sulung.
Sepekan kemarin plus hari Minggu betapa ketidakhadiran suami membuat saya merasa lelah yang bertambah. Ada 2 anak yang harus saya perhatikan setiap harinya. Ingin sekali saya nikmati. Namun, ada mengganjal di hati. Hari Sabtu, betapa senang saya rasakan, saya mengaji di sebuah tempat tanpa gangguan anak-anak. Suami yang baru saja pulang dari dinas luar kota bersedia merawat dua buah hati saya. Hari Minggu pun masih sempat mengajak kami keliling kota meski sebentar. Dan siangnya, ketika saya bangun tidur, anak-anak masih terlelap juga, tak saya jumpai suami saya.
 “Mas, suka tidak jika ayah sering pulang malam?”
“Nggak suka!” jawabnya singkat.
“Kenapa?”
“Mas Qowiyy nggak bisa main. Ayah pulang, Mas Qowiyy dah bobok.”
Saya langsung menangis. Tak menyangka Qowiyy akan menjawab begini. Tapi bagaimana lagi, nasib keluarga saya memang begini. Lembur dadakan sering melanda suami. Lagi asyik-asyik bercanda menikmati hari libur, si Bos tiba-tiba menelepon untuk segera anu dan anu. Sudah siap-siap untuk pulang kerja ada permintaan mendadak untuk diselesaikan juga.
“Sabar ya, Nak!” tangis saya masih meleleh. Dan si kecil kembali bermain meski tiada teman baginya sampai kantuk menyerang lepas senja. Isya datang, dia sudah terlelap. Dan sang ayah belum juga datang.
Ayah, adalah sosok lain yang menjadi centre of interest anak. Apalagi bagi seorang anak laki-laki. Dia belajar kekuatan dari seorang ayah, dia memaknai definisi keberanian juga dari seorang ayah. Pas-nya begitu. Tepatnya demikian. Lima hari ini Qowiyy kehilangan.
Syukurlah, masih sanggup saya menahan air mata kesedihan itu. Beruntung, meski dalam sempitnya waktu, suami selalu menggunakannya untuk anak-anak. Lima hari yang hilang bisa segera tergantikan di hari berikutnya. Hanya berharap Qowiyy bisa mengerti, begitulah pekerjaan ayahnya. Seorang PNS alias Pegawai Non Stop. Juga berharap Qowiyy tetap merasakan lezatnya pertemuan bermain dengan ayahnya meski itu hanya sebentar. Semoga cukup sepekan saja!

7 komentar:

  1. salut mbak, dukung terus apa yg terjadi pada ayahnya anak-anak.. klw boleh menangis aku pun akan ikut menangis, hiks #peluk kencang

    BalasHapus
  2. Suamiku juga PNS,tugas kita lumayan 'berat' berupaya kreatif agar dia gak bosen, tapi di sisi lain kita butuh 'ME TIME', Membaca ini ikut basah mata ini. Keep Spirit mb

    BalasHapus
  3. aku jg sedih ni,bs merasakan gmn lelahnya ngurus anak2 sndrian,d tinggal suami lama,kn pengen curhat y hehe yg sbr y mb,smg semua berkah d permudah,anak2 sehat

    BalasHapus
  4. Sabar ya Mbak, selalu ada rencana indah ALLAH di setiap kejadian InsyaALLAH. Alhamdulillah suami saya bukan PNS. Tapi juga tak jarang dapat tugas ke luar kota, pernah sebulan penuh karena ada proyek kantor. Saat itulah dalam kerinduan yang mendera kami, buah hati, kami berusaha menggantinya dengan melakukan banyak hal secara maksimal, sedikit terlpakan kesedihan. Meski masih bayi, dia selalu kelihatan sedih kalau lama jauh dari abinya. Begitu si abi pulang, langsung sumringah minta gendong. haru penuh bahagia.
    Saat itu suami selalu bilang, "Inilah jalan rejeki kita dari Allah, dinikmati saja, semua akan indah pada waktunya."

    Dan alhamdulillah sekarang sudah tidak sering tgas ke luar kota lagi karena pindah divisi. Hehe, jadi curhat.

    Semangat ya Mbak, suami juga buth support di setiap amanahnya. Kata orang2 kita sebagai wanita hars kuat dan gak boleh 'glembosi' :-) demi suami dan anak2. keep smile.
    Peluuuk Mbak Henny
    www.hidaazzam.blogspot.com

    BalasHapus
  5. Semangat ya Mbak :)
    Salam kenal :)

    BalasHapus
  6. Rumput tetangga memang lebih hijau *ihr salahfokus.

    Terus mainnya kapan Qowiyy ma ayahnya? tapi telepon-teleponan kan mba? aku kerja, suamiku kerja kadang hingga pukul 10 malam. Sekarang sedang ada kesibukkan yang sedang dijalani hingga sabtu dan minggu diterobos tanpa ada kegiatan jalan-jalan lagi. Tapi aku selalu minta ke suamiku, usahakan telepon dan bermain sebelum berangkat kerja.

    Sabar ya nak,

    BalasHapus
  7. terimakasih semuanya ... he hehe, alhamdulillah jika nggak lagi lembur atau kerja di luar kota suami pulang kerja pe rumah pukul 17.30, masih sempat main sama anak-anak. biasanya no HP, no laptop. yang nidurin, dongengin juga ayahnya. kalau lagi nggak di rumah, tiap hari ayahnya nelpon.

    BalasHapus