Membangun
bisnis daycare itu mudah. Disiapkan kurikulumnya yang pas, modal yang cukup,
tempat yang memadai, dan adanya mainan edukatif yang menunjang. Tak lupa,
ketersediaan pengasuh juga perlu dipertimbangkan. Mereka adalah jantung
daycare. Mereka urat nadi keberlangsungan daycare.
Kurikulum,
modal, tempat, dan failitas mainan atau yang lainnya memang mudah untuk
didapatkan. Namun, keberadaan pengasuh yang pas di hati untuk dipekerjakan
belum tentu. Pasalnya, sekarang baby sitter atau orang yang sudah punya
pengalaman mengasuh anak juga suka sok jual mahal. Padahal kerja juga belum
tentu bagus.
Memang
pengalaman bekerja atau latar belakang pendidikan itu penting, bahkan untuk
posisi pengasuh sekalipun. Tetapi, yang paling bisa membuat posisi ini tidak
berganti-ganti orang adalah potensi pengasuh sendiri yang memang suka dunia
anak. Ini harus menjadi syarat pertama ketika akan merekrut pengasuh untuk
daycare. Suka di sini termasuk sabar dan sayang. Bisa terlihat dari cara
berkomunikasi yang lembut kepada anak. Tidak suka membentak dan lebih banyak
memberikan senyum. Hampir 3 tahun berdiri, Rumah Pelangi Daycare yang saya
kelola mempunyai seorang pengasuh yang bertahan hingga saat ini sejak dia
bekerja pertama kali daycare beroperasi. Memang ada pengasuh lain yang akhirnya
mengundurkan diri. Bukan karena tak betah di daycare, namun karena hal lain
yang akhirnya harus berhenti bekerja seperti melahirkan dan menikah. Bahkan ada dari mereka sampai berkata,"Kalau anak saya sudah besar dan saya pingin kerja lagi di daycare, boleh, Bu?" Mengapa? Karena
kecintaan mereka kepada anak-anak.
Agar
pengasuh awet bekerja di daycare juga perlu ramuan manjur. Semua bisa dilihat
ketika interview semenjak awal melamar kerja dan kualitas ibadahnya. Apakah
niatnya bekerja? Bagaimana kondisi sholat wajibnya? Minimal itu. Ketika niat
bekerja yang terucap adalah uang, maka itu tanda-tanda pengasuh tidak akan
awet. Jika niatnya mencari pengalaman dan belajar lebih baik yang paling
dominan, itu tanda calon pengasuh yang akan awet. Sah-sah saja sih karena uang.
Manusiawi. Namun, pengasuh daycare yang mau belajar dan menjadikan pengalaman
sebagai bahan perenungan untuk bekerja lebih baik, itu jauh lebih disukai.
Menjaga, mengasuh, dan mendidik anak selama di daycare juga pada dasarnya akan
menuntut pengasuh seperti orang tua anak-anak. Dan menjadi orang tua
senantiasa butuh belajar,belajar, dan belajar.
Ketika sudah
menemukan pengasuh seperti ini, tugas daycare adalah tidak menyia-nyiakan.
Bekali mereka dengan training, magang, seminar, dsb agar mereka berkembang
lebih positif. Memberikan wawasan keilmuwan dan ketrampilan hingga makin mahir
mendidik anak-anak. Berikan kesempatan mereka untuk berkarya seperti mencipta
lagu sendiri, mengusulkan ide kegiatan untuk anak-anak. Apa tujuannya? Agar
pengasuh open mind, bisa aktualisasi, dan terasah kreativitasnya.
Dan yang
perlu diingat, pengasuh itu bukan bawahan. Maksudnya adalah tetaplah menjaga
komunikasi yang baik antara pemilik daycare dengan pengasuh. Saya, sering
kali bercanda dengan pengasuh. Bertukar pikiran, ngobrol berbagai masalah,
bahkan bercerita. Hampir tak ada sekat. Menganggap pengasuh sebagai teman
justru membuat hubungan menjadi baik. Ketika saya memberlakukan aturan apa
saja, pengasuh relatif tak banyak protes. Meski demikian, kata ajaib “terima
kasih” wajib dilontarkan pemilik daycare atas dedikasi pengasuh selama ini.
Kunci
utama daycare ada pada pengasuh. Rawat mereka agar awet berada di daycare Anda!
"Pengasuh adalah jantung daycarem".. sangat setuju Mb :)
BalasHapus