Beberapa
hari lalu ditawari seorang teman buku-buku kepunyaan anaknya yang sudah tidak
dibaca lagi di rumah karena sudah terserap semua isinya oleh anaknya. Saya
dikabari terlebih dahulu via Whatsapp, barangkali ada buku yang minat saya beli
untuk anak-anak.
Wow,
bukunya cukup banyak! Saya pun memilihnya. Memang tak tahu isinya secara
detail, namun lihat judulnya saja sudah menarik. Alhasil saya pun memborong 12
buku dengan merogoh dompet senilai 300 ribuan lebih. Untuk buku anak-anak full
colour rasanya sudah cukup murah buku second itu. Yang penting isinya.
Mengapa
isinya? Bagi saya pribadi ketika saya tertarik membeli buku, yang terlintas
pertama kali bukanlah harga. Namun isi. Ya, isi. Terlebih karena isi buku tak
pernah basi. Buku lama pun masih saja menarik untuk dibaca. Makanya, ketika
membelikan buku anak-anak, tak mengapa saya membeli buku meski bukan baru,
alias second.
Wah,
anak saya senang banget, apalagi ketika tahu ada gambar petugas pemadam
kebakaran. Langsung deh ganti judul buku yang mau dibeli. Yang terpenting
adalah bagaimana buku menjadi sesuatu yang menarik di hati anak. Lihat
anak-anak membuka buku, membacanya, merapikannya dengan baik, sungguh
bahagianya. Murah dan second? Tak mengapa. Isinya tak pernah basi, sehingga
sepanjang masa layak untuk dinikmati. Ya, asal bukunya tak rusak saja.
Membeli
buku murah dan second juga mengajarkan kepada anak-anak, bahwa untuk memiliki ilmu
bisa dengan cara sederhana yang lain dari biasanya. Maklumlah, kalau anak-anak
saya sudah di toko buku, apa saja diambil. Ya, boleh-boleh saja, namun tetap
penting bahwa ketika membeli buku tak harus baru dan tak harus mahal. Isinya
itu lho yang penting. Apalagi isinya tak pernah basi. Kapan saja butuh masih
enak dibaca dan dilihat-lihat gambarnya.
Nah,
kalau Anda, bagaimana mengajak anak Anda membeli buku?
Saya bangetz itu hehe...banyk cara mendaptkan ilmu ya,, *_*
BalasHapus