Sabtu, 08 November 2014

Kewajiban untuk Kaya


                Apakah kaya itu sebuah keharusan? Iya. Paling tidak ini jawaban saya setelah mendengar beberapa kasus, bahkan mengalaminya sendiri. Kaya adalah keputusan yang tidak bisa ditunda. Namun, tetap ada rambu-rambunya.

                Seorang ibu bercerita bahwa kamar tidurnya yang hanya ada 2 sudah tak bisa layak untuk dijadikan tempat tidur. Anaknya sudah beranjak dewasa dan menuntut agar bisa tidur di kamar sendiri. Tak ingin lagi bersama adiknya. Alhasil, ayah ibunya mengalah harus tidur di luar tanpa kasur empuk pula. Hal yang hampir senada dialami oleh pasangan suami istri beranak 3. Yang sulung sudah kelas 3 SD. Mereka tidur sekamar berlima. Privasi sudah tidak ada lagi, kecuali harus mencuri-mencuri kesempatan.

                Kisah ini lain lagi. Ketika lebaran tiba, seorang ibu yang sudah cukup baya berkata pada anak perempuannya. “Ntar kalau ibu sudah nggak kerja lagi, yang bisa kasih uang siapa ya? Bapak kan sudah nggak kerja juga?” Pertanyaan sang ibu mengagetkan diam anaknya. Ya betul! Siapa yang akan memenuhi kebutuhan bapak dan ibunya nanti? Dulu, ketika belum punya anak, sang anak cukup sering membantu keuangan orang tuanya. Namun,semenjak punya anak dan tidak bekerja lagi, sang anak sungkan jika harus meminta suaminya, meski sebenarnya tak ada penolakan dari suaminya. Tapi rasa enggan itu ada. Maka, sang anak pun berjualan. Sebagian hasilnya meski kecil digunakan untuk membantu orang tuanya.

             Maksudnya, keberadaan rumah cukup luas itu penting. Dan untuk memenuhinya butuh uang. Memuliakan orang tua itu penting. Dan faktanya juga memerlukan uang. Belum kebutuhan lainnya. Maka  wajar jika akhirnya kaya menjadi sebuah kewajiban. Lagi pula, tak ada orang ingin miskin. Sekuat tenaga, setiap orang ingin bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dengan normal dan berkecukupan.

                Kaya. Untuk kaya tetap ada rambu-rambunya. Kreativitas, motivasi, dan usaha adalah utama. Hasil biarkan apa adanya sambil terus dievaluasi. Sudah bekerja namun pas-pasan, berarti memang harus ada tambahan. Atau bagaimana mengembangkan pekerjaan hingga tetap fokus namun bisa menghasilkan lebih.

                Untuk kaya tetap ada rambu-rambunya. Yang pasti haruslah halal apa yang diusahakannya. Jangan lantas karena pikiran terpaku pada uang dan kaya, segala macam cara dilakukan, tanpa peduli halal haramnya. Apalagi kalau sampai melakukan tipu-tipu.Wah, harus dihindari sekali. Wilayah seperti ini mesti ekstra hati-hati.

                Untuk kaya tetap ada rambu-rambunya. Jika memang memaksa seorang perempuan apalagi seorang istri/ibu, pastikan mendapat izin suaminya. Bagaimanapun taat suami meski keadaan susah tetap lebih baik daripada berhasil mendapatkan penghasilan sendiri, namun nihil ridho suami. Selain itu, memastikan bahwa pendidikan dan pengasuhan anak tetap terbaik tak bisa dilupakan begitu saja. Bukan soal seberapa materi dan fasilitas yang bisa diberikan, namun termasuk kasih sayang.

              Kaya., tetap ada petunjuknya. Bersyukur adalah kuncinya. Berapapun yang didapat asal bersyukur dan terus berinovasi dengan halal maka akan ada tambahan nikmat karenanya. Kaya hati ini akan menambah kaya-kaya lainnya.


                Kewajiban untuk kaya? Ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar