Buku keduaku |
Rasanya
sujud syukur mendengar kabar buku keduaku terbit. Saat itu Juni 2014 saya
menerima bukti terbitnya. Bukunya sih sudah terbit sejak Mei 2014. Sangat
berterima kasih kepada Allah karena kemudahan diberikan-Nya kepadaku dalam
menyelesaikan naskahnya 10 November 2013-9 Januari 2014.
Yah,
ingat betul. Saat itu kedua anakku terserang campak bergantian namun dalam jeda
waktu yang tidak lama. Qowiyy kena campak duluan. Awalnya demam dan keluar
bintik-bintik merah. Eh, juga ada batuknya lho! Langsung deh ke dokter. Kata
dokter itu campak Jerman yang dalam waktu 3 hari juga akan sembuh. Batinku,
paling nggak hanya 3 hari saja mungkin menulis naskah buku keduaku agak
tertanggu, tak sesuai target. Tapi aku tetap menulis meski sedikit. Apalagi
ketika harus menginap di rumah teman karena tak ingin adiknya Qowiyy ketularan,
malam malah tak bisa menulis. Pagi harinya, demi melindungi Nasywah dan saya
bisa mengejar ketertinggalan menulis, anak keduaku terpaksa dititip di RumahPelangi Daycare. Namun, sama saja. Menulis hari itu sambil merawat Qowiyy yang
akhirnya ingusan juga tak sesuai dengan yang kuharapkan. Tak apalah, yang
penting masih bisa menulis. Untung, kalau malam Qowiyy mau bersama ayahnya.
Malam selanjutnya, aku sungkan menginap di rumah teman lagi. Nasywah dan aku
tidur di ruang tamu. Qowiyy dan ayahnya di kamar tidur. Maklum, saat itu masih
tinggal di kontrakan kecil. Pasrah.
Qowiyy
sudah membaik setelah 10 hari sakit campak. Selama 10 hari itu tak ada
tanda-tanda adiknya ketularan. Ealah, ternyata aku salah. Di hari berikutnya
gantian Nasywah yang kena campak. Malah lebih parah. Saat itu Nasywah masih
berusia 16 bulan. Masih menyusui. Campak datang menyerang, lengketnya bukan
kepalang. Tak mau lepas ASI sama sekali. Bahkan tak mau sama ayahnya juga.
Kalau kutinggal sebentar nangisnya luar biasa. Alhasil, menulis jadi tersendat.
Saat itu juga barengan menulis buku antalagi. Sampai-sampai saya hampir nyerah
karena revisi terus. Sedang naskah buku keduaku ada permintaan tambahan
banyaknya halaman dari penerbit dari 120 halaman menjadi 170 halaman. Menengok
yang sudah kukerjakan baru 70 halaman. Nasywah campak juga 10 hari.
Bagaimanapun
target harus tetap diusahakan tercapai tepat waktu. Dari sisa hari sebanyak 20
hari aku harus menyelesaikan 100 halaman lagi. Berarti sehari menulis 5
halaman. Bukan hal yang mudah di tengah anak sedang sakit. Sambil duduk
menyusui mengetik dengan satu jari. Sambil tiduran dan menyusui, juga mengetik
dengan satu hari. Capek? Sangat! Malam hampir begadang. Untungnya suami rela
menggantikan peran memasak tiap pagi karena si kecil juga masih nempel saja.
Syukurlah,
naskah buku keduaku berhasil selesai juga. Dan buku ini hadir untuk meramaikan
khasanah perbukuan Indonesia. Bisa didapatkan online atau di toko buku Gramedia..
Salut...
BalasHapus