Ketika
sebuah konsep Matematika diberikan oleh seorang guru kepada siswa ataupun siswa
mendapatkannya sendiri melalui bacaan, maka saat itu sedang terjadi
transformasi konsep Matematika. Respon yang diberikan siswa merupakan
interpretasi tentang informasi tadi. Dalam Matematika, kualitas interpretasi
dan respon itu seringkali menjadi masalah istimewa. Hal ini sebagai salah satu
akibat dari karakteristik Matematika itu sendiri yang sarat dengan istilah dan
simbol. Karena itu, kemampuan berkomunikasi dalam Matematika menjadi tuntutan
khusus. Bahkan, secara khusus, hal ini juga merupakan tujuan pembelajaran Matematika
dalam Kurikulum 2006.
Peressini
dan Bassett (dalam NCTM,1966) berpendapat bahwa tanpa komunikasi dalam Matematika
guru akan memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa
dalam melakukan proses dan aplikasi Matematika.
Jika demikian adanya, bagaimanakah melatih komunikasi
siswa dalam Matematika? Menurut Cai, J., Lane, S., dan Jakbcsin, M.S. (dalam
NCTM, 1996) salah satu model yang pernah berkembang untuk melakukan hal ini dinamakan
Open-Ended Tasks. Di
dalamnya berupa format evaluasi dalam bentuk pertanyaan open-ended, yaitu suatu
pertanyaan yang memberi keleluasaan pada siswa untuk menjawab secara benar
dengan kemungkinan alasan atau cara menjawab yang beragam. Dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan seperti itu, menurut Peressini dan Bassett (dalam NCTM,
1996) lebih memberi kesempatan dan pengalaman belajar, serta masalah komunikasi
yang dimiliki siswa.
Selain open ended tasks, berikut serangkaian kegiatan
pembelajaran Matematika yang mampu melatih komunikasi siswa dalam Matematika:
1.
Menghubungkan
benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam idea Matematika
Cara pertama ini sangat cocok saat guru berusaha
menanamkan konsep ke siswa. Tentu saja keahlian guru dalam teknik bertanya
sangat mendukung agar siswa mampu membuat kaitan antara benda nyata, gambar,
dan diagram dengan Matematika. ”Mengapa bisa begitu?”, ”Kok tahu, darimana?”,
”Apa alasannya?”, bisa menjadi pertanyaan yang bisa mengantarkan siswa
mengkomunikasikan konsep Matematika yang mereka dapat dari benda nyata, gambar,
dan diagram. Misalnya, guru membawa dua gelas masing-masing berisi 3 sedotan.
Guru bertanya, ”Apa yang bisa diungkap dari gelas dan sendok ini?” Maka akan banyak
alternatif jawaban siswa dan mereka harus mengkomunikasikan alasannya.
2.
Menyatakan
peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol Matematika
Pembelajaran RME (Realistic Mathematic Education) atau CTL
yang mengedepankan kontekstual adalah pendekatan yang mampu mengembangkan
komunikasi siswa tentang konsep Matematika. Misalkan, guru bercerita tentang
aktivitas seorang ibu yang ketika pagi hari menggoreng telur setengah matang,
lalu berangkat ke sekolah upacara pagi. Saat upacara, bendera merah putih
dikibarkan. Guru bertanya,”Apa yang bisa diungkap dari cerita tersebut?” Ada
kemungkinan siswa akan menjawab,”Setengah pada setengah telur bukan pecahan,
sedangkan bendera merah putih, bagian merah atau bagian putihnya adalah pecahan
yaitu setengah.”
3.
Membaca, menulis,
mendengarkan, dan berdiskusi tentang Matematika
Seperti disebutkan di atas, salah satu bentuk komunikasi Matematika
adalah kegiatan membaca Matematika. Membaca Matematika memiliki peran sentral
dalam pembelajaran Matematika. Sebab, kegiatan membaca mendorong siswa
belajar bermakna secara aktif. Ini berarti bahwa pembaca tidak hanya sekedar
menarik arti dari teks tetapi juga menggunakan pengetahuannya, minatnya,
nilainya, dan perasaannya untuk mengembangkan makna.
Kemampuan
mengemukakan idea Matematika dari suatu teks, baik dalam bentuk lisan maupun
tulisan merupakan bagian penting dari standar komunikasi Matematika yang perlu
dimiliki siswa. Sebab, seorang pembaca dikatakan memahami teks tersebut secara
bermakna apabila ia dapat mengemukakan idea dalam teks secara benar dalam
bahasanya sendiri. Karena itu, untuk memeriksa apakah siswa telah memiliki
kemampuan mambaca teks Matematika secara bermakna, maka dapat diestimasi
melalui kemampuan siswa menyampaikan secara lisan atau menuliskan kembali idea Matematika
dengan bahasanya sendiri.
Bahasa
ada jika dikomunikasikan. Matematika demikian pula. Mengajarkannya, sama dengan
berbicara dengannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar