“Bruk!” suara tas sekolah berwarna
kuning berbentuk beruang menghantam kasur dengan keras.
”Uh ... uh ... uh, sebel aku ma guru baru
itu!” Deny menyepak kaos kaki putih yang telah dilepasnya ke arah jendela.
”Kenapa anak mama ini ya? Pulang-pulang
kok udah ngomel?“ Mama Sinta membuka kamar anaknya yang masih duduk di kelas 3
SD swasta di kawasan Surabaya.
”Itu! Masak seminggu ini Matematikanya
mencongak terus tu perkaliannya! Dah aku nggak bisa cepet lagi ngerjainnya!
Sebel kan Ma? Nih lihat nilaiku. Ancur kan? Nggak ada yang lebih dari 5!”
”Emang Adik Deny nggak belajar
sebelumnya?”
”Hih siapa bilang! Aku tuh bisa Ma, tapi
gurunya terlalu cepet pindah ke soal berikutnya. Kan nggak bisa mikir!”
”Ya udah, ntar belajarnya sama mama aja.
Dijamin seneng deh!”
Sore itu habis sholat ashar, Mama Sinta
mengajak Deny jalan-jalan ke pameran buku di World Trade Centre. Di depan pintu gerbang banyak mobil lewat bersliweran
menuju tempat parkir yang aman. Sebelum masuk ke dalam, Mama Sinta menunjuk
sebuah plat nomor mobil berwarna perak yang sedang merayap perlahan menunggu
antrian.
”Adik Deny, coba sebutkan angka berapa aja
yang ada di plat nomor mobil itu!”
”3425, kenapa Ma?”
”Sekarang, hitung deh berapa kalo
dikalikan semua angkanya?”
”3 x 4, 12, trus dikali 2 hasilnya 24,
dikali 5, aduh berapa Ma?”
” Ayo, keburu mobilnya jalan!”
”120!”
Mama Sinta mengacungkan jempolnya.
Selanjutnya, plat nomor mobil urutan berikutnya. Warnanya hijau mengkilat tanda
baru saja dicuci.
”Yak, ayo hitung Adik Deny!”
”5 kali 2 kali 1 kali 8, delapan puluh
Ma!”
”Lanjut lagi! Jangan menyerah!”
”7 kali 3 kali 2 kali 2 lagi. Ehm, ehm, 84
kan Ma?”
Lagi-lagi Mama Sinta tersenyum dan mengacungkan
jempol kanannya. Deny melakukan hal yang sama setiap kali mobil melintas di
depannya. Sampai-sampai lupa kalau mau beli buku cerita tentang kepahlawan.
Mama Sinta berhasil membuat anaknya lupa dengan kekesalannya tadi siang, plus belajar Matematika yang
menyenangkan.
Menjelang waktu maghrib, saat mega merah
merajai langit di sebelah barat, Deny dan mamanya membanting setir pulang ke
rumah yang tak jauh dari WTC. Sepanjang perjalanan, Deny masih saja asyik
menghitung perkalian angka-angka yang ditata urut di plat nomor mobil yang
dilihatnya. Dibonceng di sepeda motor membuatnya bebas memandang plat nomor-plat
nomor itu. Dikatakannya jawaban hitungannya yang mulai cepat kepada mamanya.
Mengangguk-angguk Mama Sinta membenarkan anaknya.
”Ma, tadi Deny benar berapa menghitung
perkaliannya?”
”Ehm, anak mama memang hebat! 100 nilainya
alias benar semua!” Mama Sinta mencubit pipinya yang imut.
”Benar Ma?” Deny tak percaya.
Mama Sinta kini menyodorkan jempolnya dua
di hadapan anaknya. Deny berlari meninggalkan mamanya dengan hati girang.
Ketika waktunya belajar disikatnya soal-soal yang diberikan mamanya untuk
latihan. Sepuluh soal bisa diselesaikannya dalam waktu kurang dari 1 menit.
Kemajuan yang luar biasa.
Keesokan harinya, ketika pelajaran
Matematika. Guru baru yang mengajar mata pelajaran momok ini mengumumkan nilai
mencongak perkalian milik siswa-siswanya. Ketika sampai pada nama Deny, matanya
terbelalak tanda heran. Bagaimana Deny mendapatkan nilai 8, hanya salah dua
nomor saja.
”Deny!” panggil ibu guru baru itu.
”Apa Bu?”
”4 x 5 x 2 x 7 hasilnya berapa?”
”280 Bu!” jawab Deny dalam hitungan 5
detik.
Tak salah kini. Deny mengalami
peningkatan. Guru baru itu pun akhirnya salut dan memberi Deny pujian. Pulang
sekolah, Deny pun masih sibuk menghitung hasil kali angka-angka pada plat nomor
mobil yang dijumpainya di jalan. Sampai-sampai sopir mobil rumah yang
menjemputnya bingung dengan apa yang dilakukannya.
”Mama ...., Mama ....,” Deny
memanggil-manggil Mama Sinta.
”Aduh yang baru saja pulang. Senang amat
kelihatannya!”
”Ya iyalah, mencongakku dapat nilai 8 Ma! Besok pasti bisa 10. Ntar, jalan-jalan ke
WTC lagi ya Ma!”
”OK! Mama Sinta geleng-geleng melepas
anaknya pergi masuk ke kamar.
Begitulah! Selama pameran buku masih belum
ditutup, Deny selalu mengajak mamanya ke WTC hanya untuk belajar perkalian.
Memanfaatkan plat nomor mobil yang berbaris menunggu giliran. Selama itu pula,
nilai 10 selalu diperolehnya setiap kali ada mencongak masalah hitung
perkalian. Mama Sinta bangga pada anaknya. Obat yang diberikannya ternyata
manjur membuatnya belajar sedemikian rupa.
”Ma, berarti plat nomor sepeda motor juga
bisa dong Ma dipake buat belajar perkalian?”
”Wah, tambah cerdas aja anak mama satu
ini!”
”Hasil perkalian plat nomor mobil kita
berarti 6 x 1 x 2 x 3 sama dengan 36. Kalau plat nomor sepeda motornya 6 x 6 x
1 x 2 sama dengan 72. Gimana Ma?”
”Siiiiip!”
Deny kian semangat ke sekolah. Tak jengkel
lagi dia sama ibu gurunya. Ibu gurunya pun senang melihat perubahan otaknya
yang jadi pintar. Berapa pun jumlah soal mencongaknya, Deny tak pernah mendapatkan nilai di bawah 5
seperti awalnya. Selalu benar semua.
”Deny!”
”Siap Ibu!”
”4 x 2 x 5 x 3 sama dengan ...”
”120 Bu!” jawab Deny sebelum gurunya
selesai bertanya.
”Hebat! Siapa yang mengajarimu?”
”Plat nomor mobil Bu!”
Seisi kelas menertawakannya. Bu guru baru
itu pun bingung menafsirkan jawaban Deny.
subhanaLlah, inspiratif sekali say, eh panggilanmu siapa sih? hehehe...memang basicnya math ya, keguruan atau apa?
BalasHapusMba Heny jago matematika, tulisannya tentang matematika inspiratif sekali.
BalasHapusAh, biasa aja mbak ety handayaningsih. salam kenal dari saya.
Hapus