“Buah alpukatnya yang matang dong Pak. Satu kilo aja,”
pinta seorang ibu di pasar.
“Nyari pasangan tuh yang bener. Yang sudah matang
untuk berumah tangga,” seorang bapak menasihati anak perempuannya yang ingin
sekali segera menikah.
Sama-sama matang. Tapi jika ditilik dengan lebih
detail lagi ada perbedaan antara matang yang pertama dengan matang yang kedua.
Alpukat yang matang tentu karena usianya telah tua, tapi pasangan hidup yang
matang tak ditentukan oleh berapa usianya.
Tentu, orang tua sangat menginginkan menantu yang
tanggung jawab lahir dan batin untuk anaknya. Bisa menafkahi, mampu memberi
rasa aman. Bisa ngemong, istilah
Jawanya. Iya, betul. Tapi itu hanya salah satu aspek seseorang dikatakan
matang. Masih ada aspek yang lainnya lagi.
Mari kita lihat sejenak kisah berikut. Anas ra
menceritakan,"Suatu ketika Nabi sedang berada di rumah salah seorang istri
beliau. Tiba-tiba istri yang lain mengirim mangkuk berisi makanan. Melihat itu,
istri yang rumahnya kedatangan Rasul memukul tangan pelayan pembawa makanan
tersebut, maka jatuhlah mangkuk tersebut dan pecah. Kemudian Rasul mengumpulkan
kepingan-kepingan pecahan tersebut serta makanannya sambil berkata,"Ibu
kalian sedang cemburu." Lalu Nabi menahan pelayan tersebut, kemudian beliau
memberikan padanya mangkuk milik istri yang sedang bersama beliau untuk
memberikan kepada pemilik mangkuk yang pecah. Mangkuk yang pecah beliau simpan
di rumah istri yang sedang bersama beliau." Ibnu Hajar menjelaskan bahwa
istri Nabi saw yang memecahkan mangkuk adalah Ummul Mukminin Aisyah. Sedangkan
yang mengirim makanan adalah Zainab binti Jahsy.
Rasulullah memang teladan seluruh umat, termasuk
dalam urusan pernik-pernik rumah tangga. Riwayat di atas kental sekali
menunjukkan bagaimana kematangan diri melekat pada diri sosok agung ini. Respon
yang beliau berikan ketika Aisyah marah, bukan berbalik marah, tapi dengan
perilaku yang santun Rasulullah memungut pecahan mangkuk, meladeni Aisyah
dengan sabar. Paham, bahwa kekasih hatinya sedang cemburu dan memberitahukannya
kepada pelayan Zainab tentang hal tersebut. Zainab pun mengangguk tanda
mengerti. Tak ada kemarahan.Keputusan yang diambil beliau bukanlah emosional
semata tapi berdasarkan rasional. Cemburu tak harus dibalas dengan bumbu
cemburu.
Rasulullah dan Zainab sama-sama matang. Keduanya bisa
memandang masalah dari sudut pandang orang lain. Kecemburuan Aisyah dianggap
sebagai suatu hal yang wajar. Tak perlu ditanggapi dengan buru-buru melontarkan
kata-kata kasar ataupun tindakan yang brutal. Tetap tenang. Mampu mengelola
hati.
Bagaimana dengan Aisyah? Apakah wanita mulia ini
tidak punya kematangan diri? Tidak benar. Aisyah adalah pribadi yang matang
pula meski usianya muda. Maski ada cemburu menggejolak dalam hatinya.
Bergemuruh, bagai ombak laut menerjang batu karang. Namun, pada akhirnya bisa
terkendali. Aisyah pun melemah. Tak menolak ketika Rasulullah mengganti mangkuk
yang pecah. Mau jika di rumahnya dipakai pula untuk menyimpan mangkuk milik
Zainab yang pecah. Ada rasa tanggung jawab di sana. Diajarkan langsung oleh
Rasulullah. Kritik yang tak langsung terucap ini membuat Aisyah sadar dan belajar
dari kesalahan.
Sungguh, kematangan diri tak berhubungan langsung
dengan berapa tahun usia dijalani manusia. Kematangan membuahkan pribadi yang
semakin hari semakin baik. Ada proses berkelanjutan di sini. Ada persiapan agar
bisa diunduh hasil yang diinginkan. Bukan sulap, bukan sihir. Perlu kemauan
hati untuk rela menerima kritik, menjadi pendengar aktif. Tak ada sikap reaktif
yang negatif.
Kematangan diri juga terlihat dari kemampuan
seseorang mengelola ketakutan sehingga keputusan yang diambil memang rasional.
Hal buruk selalu dipandang dengan positif. Ada pengambilan hikmah. Dan rumah
tangga adalah medan laga yang mampu menjadikan suami istri mendownload banyak
hikmah. Belajar. Rumah tangga adalah universitas agar suami istri sadar bahwa
membangunnya adalah sebuah kebutuhan untuk saling mendewasakan diri. Bukan
hanya sebuah keinginan,”Ya, aku ingin menikah.”
Lambat laun, cepat lambat, suami istri memang harus
belajar untuk mengkarbit diri agar matang. Dan rumah tangga adalah salah satu
jalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar