Jumat, 18 Januari 2013

Suami, Tukang Blender


Ssssttt, tunggu dulu! Kira-kira apa yang dibayangin pembaca tentang judul tulisan ini? Ya, ini memang pekerjaan baru bagi suamiku di rumah. Hampir tiap hari dia mengerjakannya. Dengan sepenuh hati, tulus, sigap, dan tak banyak komentar. Lagipula, pekerjaan ini memang mulia. Penghargaan tak henti-hentinya aku sematkan untuk suuamiku tercinta. Atas ketidakmaluannya menjadi tukang blender.
Sebentar! Kita akan mengintip kembali kisah Rasulullah teladan umat manusia. Aisyah pernah ditanya, “Apa yang dilakukan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salaam di rumahnya?” Aisyah menjawab, “Beliau ikut membantu melaksanakan pekerjaan keluarganya.”
Lalu, Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Di dalam hadits ‘Aisyah lainnya yang dikeluarkan oleh Ahmad dan Ibnu Sa’ad serta dishahihkan oleh Ibnu Hibban, ‘Aisyah berkata, “Beliau (Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salaam) yang menjahit kainnya, menjahit sepatunya, dan mengerjakan apa yang biasa dikerjakan oleh kaum wanita di rumah mereka.”
Benar-benar Rasul pilihan. Segala peran mampu disandangnya. Termasuk pekerjaan rumah yang notabene selama ini masih banyak kaum lelaki yang alergi untuk menyentuhnya. Sedikit-sedikit sang istri. Namun, tak memungkiri juga ada lelaki yang ma’ruf terhadap istrinya. Mudah diajak kerjasama dalam urusan rumah tangga.
Laki-laki memang punya kewajiban untuk mencari nafkah demi keluarganya. Membanting tulang, mengucurkan keringat demi keberlangsungan hidup anak istrinya. Sedang perempuan adalah ratu bagi rumah dan anak-anaknya. Ratu yang tak diam duduk di istana, namun senantiasa bertempur mendidik anak dan mengurus rumah. Namun, keluarga adalah sinergi. Pemisahan kewajiban yang terlalu ketat juga bisa berakibat merenggangkan romantisme keluarga. Seorang ayah sama sekali tak peduli hak pengasuhan anaknya, sang ibu juga seenaknya saja menghabiskan harta suaminya meski untuk urusan rumah tangga.
Semua ada titik tengahnya. Ada komunikasi yang bisa menjembatani, bahkan merekatkan hubungan keluarga. Sudah tak zamannya lagi laki-laki hanya bekerja. Sang ayah juga bisa melakukan pekerjaan rumah tangga bahwa turut serta mendidik anak. Membantu istri yang terkadang kerepotan jika harus mengerjakannya sendirian. Terutama jika tak ada pembantu dalam rumah mereka. Kerja sama adalah solusi jitu. Seperti yang dilakukan Rasulullah.
Maka, suamiku pun tak ragu lagi. Sebagai tukang blender, membuatkan jus buah atau jus sayur sebelum kuolah selanjutnya menjadi makanan untuk anakku. Sungguh, aku bangga dengan suamiku. Tukang blender setia, membantu dengan lapang dada. Meski mungkin tak sehebat Rasulullah dalam segala kepribadiannya. Namun, aku terharu bahagia.
Bagaimana suami Anda?

2 komentar: