Ssssttt, tunggu dulu! Kira-kira apa yang dibayangin
pembaca tentang judul tulisan ini? Ya, ini memang pekerjaan baru bagi suamiku
di rumah. Hampir tiap hari dia mengerjakannya. Dengan sepenuh hati, tulus,
sigap, dan tak banyak komentar. Lagipula, pekerjaan ini memang mulia. Penghargaan
tak henti-hentinya aku sematkan untuk suuamiku tercinta. Atas ketidakmaluannya
menjadi tukang blender.
Sebentar! Kita akan mengintip kembali kisah
Rasulullah teladan umat manusia. Aisyah pernah ditanya, “Apa yang
dilakukan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salaam di rumahnya?” Aisyah menjawab,
“Beliau ikut membantu melaksanakan pekerjaan keluarganya.”
Lalu, Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Di
dalam hadits ‘Aisyah lainnya yang dikeluarkan oleh Ahmad dan Ibnu Sa’ad serta
dishahihkan oleh Ibnu Hibban, ‘Aisyah berkata, “Beliau (Nabi Shalallahu ‘alaihi
wa salaam) yang menjahit kainnya, menjahit sepatunya, dan mengerjakan apa yang
biasa dikerjakan oleh kaum wanita di rumah mereka.”
Benar-benar Rasul pilihan. Segala
peran mampu disandangnya. Termasuk pekerjaan rumah yang notabene selama ini
masih banyak kaum lelaki yang alergi untuk menyentuhnya. Sedikit-sedikit sang
istri. Namun, tak memungkiri juga ada lelaki yang ma’ruf terhadap istrinya.
Mudah diajak kerjasama dalam urusan rumah tangga.
Laki-laki memang punya kewajiban
untuk mencari nafkah demi keluarganya. Membanting tulang, mengucurkan keringat
demi keberlangsungan hidup anak istrinya. Sedang perempuan adalah ratu bagi
rumah dan anak-anaknya. Ratu yang tak diam duduk di istana, namun senantiasa
bertempur mendidik anak dan mengurus rumah. Namun, keluarga adalah sinergi.
Pemisahan kewajiban yang terlalu ketat juga bisa berakibat merenggangkan
romantisme keluarga. Seorang ayah sama sekali tak peduli hak pengasuhan anaknya,
sang ibu juga seenaknya saja menghabiskan harta suaminya meski untuk urusan
rumah tangga.
Semua ada titik tengahnya. Ada
komunikasi yang bisa menjembatani, bahkan merekatkan hubungan keluarga. Sudah
tak zamannya lagi laki-laki hanya bekerja. Sang ayah juga bisa melakukan
pekerjaan rumah tangga bahwa turut serta mendidik anak. Membantu istri yang
terkadang kerepotan jika harus mengerjakannya sendirian. Terutama jika tak ada
pembantu dalam rumah mereka. Kerja sama adalah solusi jitu. Seperti yang
dilakukan Rasulullah.
Maka, suamiku pun tak ragu lagi.
Sebagai tukang blender, membuatkan jus buah atau jus sayur sebelum kuolah
selanjutnya menjadi makanan untuk anakku. Sungguh, aku bangga dengan suamiku.
Tukang blender setia, membantu dengan lapang dada. Meski mungkin tak sehebat
Rasulullah dalam segala kepribadiannya. Namun, aku terharu bahagia.
Bagaimana suami Anda?
alhamdulillaah.. tos bu ^_^
BalasHapusalhamdulillah, tos juga. gimana kabar?
Hapus