Membuka netbook yang baru saja
dibeli, nampak tulisan ini di dekstop,”Where will you go?”Pertanyaan yang sama
pada syair lagu seperti ini,”Where will you go,my loving? Where will you go?”
Lagunya siapa ya? Ada yang ingat?
Sama tak berarti harus sama. Apa
maksudnya?
Ya tergantung siapa yang bertanya. Kemana kamu akan pergi? Jika orang tua kepada anaknya yang menginjak dewasa biasanya melontarkan pertanyaan ini setiap kali anaknya mau pergi ke luar rumah dengan rasa khawatir. Berharap mereka akan melangkahkan kaki mereka ke tempat yang baik.Kalau pertanyaan ini diajukan pada pasangan hidup kita, biasanya ada rasa takut yang menyertai kalau-kalau, maaf,ada sesuatu yang membuatnya pindah ke lain hati. (aduh, kayak iklan di tivi aja. “Mau ke mana? Dengan siapa? Sedang ngapain?”). Tapi, seandainya “Where will you go ini” ditanyakan Allah, apa jawabannya? Kira-kira saja.
Ya tergantung siapa yang bertanya. Kemana kamu akan pergi? Jika orang tua kepada anaknya yang menginjak dewasa biasanya melontarkan pertanyaan ini setiap kali anaknya mau pergi ke luar rumah dengan rasa khawatir. Berharap mereka akan melangkahkan kaki mereka ke tempat yang baik.Kalau pertanyaan ini diajukan pada pasangan hidup kita, biasanya ada rasa takut yang menyertai kalau-kalau, maaf,ada sesuatu yang membuatnya pindah ke lain hati. (aduh, kayak iklan di tivi aja. “Mau ke mana? Dengan siapa? Sedang ngapain?”). Tapi, seandainya “Where will you go ini” ditanyakan Allah, apa jawabannya? Kira-kira saja.
Pertanyaan yang seharusnya
membuat manusia gelisah. Setiap mau memakai sepatu atau alas kaki untuk
beranjak pergi akan diingatkan oleh 4 kata ini. Ada tanda seru di sini, seperti
rambu-rambu lalu lintas yang sering kita jumpai di jalan-jalan. Hati-hati.
Pertanyaan mendasar agar manusia tidak kesasar. Jalan kehidupan sangatlah
banyak arahnya, tidak seperti jalan di akherat kelak yang hanya dua, surga atau
neraka. Padahal antara 2 jalan inilah seharusnya tujuan pilihan yang hendak
manusia tuju. Jalan kehidupan penuh dengan liku-liku, ada tikungan tajam,ada
pula jalan menanjak. Yang lurus-lurus saja juga tak kalah banyaknya. Kalau
melewati jalan-jalan ini saja manusia mengatur kecepatan kendaraannya, apalagi
jika jalan yang akan dilewati menuju surga. Pasti manusia akan lebih berpikir
bagaimana bisa selamat menuju ke sana.
“Where will you go?” Surga.
Memang sih, ini pun masih kontroversi. “Hidup kok mau ke surga. Manusia beramal
kok karena takut neraka? Beramal ya karena mengharap ridho Allah dong! Surga
itu akan otomatis jika kita melakukannya untuk mengharapkan rahmat Allah.”
Begitu celoteh, oh maaf, nasihat sepertinya lebih pas, yang pernah terdengar di
telinga. Betul juga. Tepat sekali. Tapi sekali lagi, ini soal manusia (apalagi
manusia jaman sekarang yang jauh dari Rasulullah dan para sahabatnya, jauh dari
para salafus sholih). Manusia yang akhir-akhir ini setan makin gencar melakukan
serangannya. Menggoda, membisikkan kesesatan, memperindah dosa di pelupuk hati,
mata, dan perbuatan manusia. Manusia Allah akan didapatkannya. Banyak sekali
dimensinya. Kesehatan adalah rahmat, keluarga bahagia sejahtera adalah rahmat, keamanan
adalah rahmat, kenikmatan beribadah adalah rahmat. Banyak, tak terhitung.
Manusia juga cukup sulit menggambarkan bagaimana Allah ridho. Dan faktanya
manusia mudah melukiskan bagaimana indahnya surga. Surga adalah kolam susu,
bidadari bermata jeli yang selalu suci, terlengkap mengalahkan pusat
perbelanjaan apapun, surga adalah sungai yang mengalir, makanan serba lezat.
Sedang neraka adalah nanah, darah, panas, kulit mengelupas, api yang menyala.
Memang, rasanya sulit sekali
manusia bisa masuk surga murni karena amalnya, maka dalam doa pun ada sebuah
pinta,”Masukkanlah kami ke sana karena rahmatMu saja.” Tapi disisi lain
Rasulullah juga mengajarkan doa,”Ya Allah, aku meminta surga, dan lindungilah
aku dari neraka.” Sama saja.
“Where will you go?” Pertanyaan
ini seharusnya senantiasa terpatri dalam benak yang sering lalai ini. Agar
langkah kaki tak sia-sia ke sana kemari. Ada tujuan besar yang hakiki. Surga
atau ridho Illahi (pilih sendiri).
“Where will you go?” Semoga
takkan pernah mati mengisi detik, menit, jam, hari, dan tahun, jatah usia
manusia di dunia ini. Satu lagi, semoga tidak hanya menjadi background deskstop
netbook tempat aku menorehkan pikiran ini. Amin.
(catatan kala 2010 silam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar