“Ayo Mbak Henny duduk di sana
sebentar, mau dirias sebentar,” ajak seorang perempuan yang mengurusi acara
syuting saya ketika akan menjadi narasumber berbicara tentang daycare.
“Oke,tapi saya bedakan saja ya,
biar teman saya yang membedaki,” jawab saya tetap sambil tersenyum ketika tahu
bahwa yang merias adalah laki-laki. Teman saya pun membedaki asal tak terlihat
kumus-kumus. Tak tebal-tebal amat.
“Ada berkahnya ya Bu Hen mengajak
saya,” kata teman saya.
“Baiklah, dikasih lipstik sedikit
ya, Mbak,” sapa laki-laki yang mestinya merias diri saya.
“Oke, tapi pakai bedak saja
seperti sudah bisa bagus kok!” jawab saya tetap sambil tersenyum.
Dan narasumber lain di sebelah
saya pun mengacungi jempol. Saya pun berterima kasih kepada beliaunya.
“Oh ya Mbak, meski ini usaha yang
dikelola bersama-sama, tapi ntar mbak menjawabnya tetap harus terkesan bahwa
Mbak Henny yang mengelolanya sendiri ya!” pinta perempuan awal yang meminta
saya duduk untuk dirias.
“Oke, tapi saya akan gunakan
bahasa lain yang tetap mengabarkan bahwa saya mengelola daycare ini karena
kerja sama yang kuat dengan pihak terkait. Santai aja Mbak, tetap bisa kok!”
jawab saya santai.
Dan proses syuting segera
berjalan. Setelah profil saya dan daycare ditampilkan, saya pun dipanggil memasuki
panggung talk show. Ada Mbak Ivi Batuta yang menyalami saya kemudian, lalu
tanya jawab dengannya juga dengan audience berlangsung seru.
Saya merasa puas. Bukan karena
syutingnya, tapi karena perbincangan sebelum syuting tadi. Betapa di lokasi
syuting harus bisa beradaptasi tanpa menghilangkan jati diri. Seorang perempuan
muslim (muslimah) memang dilarang untuk berhias secara berlebihan. Seorang
muslimah juga dilarang bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan merupakan
muhrimnya. Maka, sebisa mungkin saya minta dibedaki teman saya yang perempuan.
Tapi, yang tak kalah penting adalah cara mengkomunikasikan. Saya tetap
tersenyum kepada laki-laki yang bertugas merias dan ketika naik panggung pun
saat bertemu dengan nara sumber laki-laki lain saya pun berusaha tetap
tersenyum ramah meski saya menolak bersalaman. Syukurlah, orangnya pun paham,
malah kami bersama Ivi Batuta bisa terlibat dalam perbincangan yang renyah.
Oke, tapi… Ini jurus jitu saya
manakala keadaan tak mendukung jati diri saya sebagai muslimah. Tatkala
lingkungan berbeda dengan yang saya harapkan, namun saya tetap bisa berbaur
dengan mereka.
Selamat yaa,mbaak atas kesuksesannya. Salut juga sama "day-care", berarti punya empati besar untuk kemajuan anak bangsa. Plus senengnya bisa ketemuan seleb (Ivi Batuta). Maaf tadi mau ninggalin jejak, eeh spidi error :) salam sukses :)
BalasHapus