Hati rasanya sedikit
jengkel ketika naik sebuah angkotan kota (angkot), ada 2 penumpang duduk saling
berhadapan sama-sama sedang asyik memencet tombol-tombol HP mereka.
Sampai-sampai mereka tak sadar bahwa saya yang sedang menggendong bayi dan
menggandeng seorang balita sudah naik dan mau masuk ke dalam angkot tak bisa
lewat. Keduanya duduk membungkuk dekat pintu angkot hingga bagian tengah angkot
yang biasa dipakai jalan untuk penumpang masuk sedikit tertutup.
“Permisi, tolong geser ya!” saya menyapa
dan baru lah mereka menegakkan tubuhnya.
Atau pernah juga saya
naik angkot beserta dua anak saya, mau duduk di bangku angkot yang mestinya
muat 4 orang jadi hanya cukup 3 penumpang. Bukan karena penumpangnya
gemuk-gemuk, tapi karena ada penumpang yang duduknya miring ke samping sambil
bersandar di bagian pojok angkot. Kalau sopirnya sendiri yang tak
teriak-teriak, si penumpang itu tetap saja akan begitu.
Peduli antar penumpang
sepertinya memang harus digalakkan. Masih sering dijumpai penumpang duduk
dengan nyaman hingga menghabiskan tempat, namun di dekatnya ada lansia, ibu
hamil, atau orang yang membawa anak kecil terpaksa berdiri. Padahal jika mau
geser sedikit tubuhnya, lumayan masih ada satu kursi lagi untuk ditempati. Yang
kejam lagi jika sudah tahu kondisinya demikian, sang penumpang malah berangkat
tidur sambil menutupi kepalanya dengan koran. Sedang di depannya, seorang ibu
hamil berdiri kepayahan.
Masih mending kalau di
angkot, sang sopir masih menegur. Di kereta api semacam KRL pemandangan seperti
itu masih sering nampak di depan mata. Petugas yang mengecek karcis juga tak
berani mengingatkan. Kepedulian antar penumpang masih kurang, sehingga kalimat
“Geser Sedikit, Ya!” sepertinya jadi lumrah dilontarkan.
Iya, paling bete kalau yang diminta geser memandangi kita dengan sok cool gitu :-D
BalasHapussetuju bu, sepertinya perlu ya kita susun "etika" naik kendaraan umum :)
BalasHapus#salam kenal ... :-D