“Dialah yang
menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih
baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS al Mulk:2)
Maximize action atau memaksimalkan amal memang identik dengan ahsanul amal dalam
terjemahan ayat di atas. Syarat ahsanul amal seperti yang sudah kita ketahui
bersama ada 2 yaitu ikhlas dan tentu saja itiba’ Rasul. Alias ada syariatnya.
Kalau maximize action, bagaimana?
Mari kita lihat 3 kasus berikut ini!
Pertama,
sebut saja tentang bapak mantan presiden kita di era orde baru. Siapa lagi
kalau bukan Almarhum Bapak Soeharto. Lahir dari keluarga petani tak menyulutkan
semangatnya untuk sekolah tinggi. Berusaha dan berusaha, sampailah beliau di
kancah militer negeri ini. Berbekal komitmen dan disiplin tinggi, berbagai aksi
pertempuran dipercayakan kepadanya untuk dipimpin. Tak heran jika prestasinya
melejit hingga era tahun 1960 an. Puncaknya, tahta kepresidenan berhasil
didudukinya. Tak tanggung-tanggung, 32 tahun lamanya.
Kedua,
cerita dua orang petani yang mendapat warisan sawah yang sama luasnya dari
orang
tuanya. Sepuluh tahun lewat sudah, keduanya sama-sama bekerja keras mengolah
sawahnya. Tapi, ada yang aneh. Petani pertama bertanya ke saudaranya,”Kok
sawahku masih sepetak, sedang sawahmu berpetak-petak?” Petani kedua
menjawab,”Setiap kali aku panen, hasil yang baik aku simpan. Sengaja kujadikan
bibit untuk kutanam di musim berikutnya.”
Ketiga, teringat
seorang kakek yang setiap harinya merawat tanaman sayur di kebunnya. Hingga
akhirnya saat panen tiba. Beberapa tanaman sayur itu hilang entah siapa yang
memetiknya. Si Kakek hanya berkata,”Tidak apa-apa, mungkin ada yang lebih
membutuhkannya. Meskipun hilang tapi sejatinya tidak, karena ada yang
memanfaatkannya.”
Jika dicermati,
apa yang bisa dipetik dari kasus pertama? Tak pantang menyerah, terus berusaha,
komitmen dan disiplin adalah ciri utama. Itulah kerja keras. Yang kedua, tampak
bahwa kerja keras saja tak cukup. Seseorang perlu memberdayakan akalnya untuk
mencapai hasil yang lebih bagus. Kerja cerdas namanya. Hal ini juga bisa kita
lihat di dunia marketing. Kiat-kiat sukses menggaet pelanggan tak diragukan
lagi keampuhannya. Pun seorang guru SD. Tak jarang didapati guru yang bukan
lulusan Fakultas Pendidikan mengajarnya jauh lebih enak. Akal mereka diasah
untuk bisa lebih kreatif menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Yang
terakhir, mungkin kerja ini yang jarang dilakukan manusia. Kerja ikhlas. Survey
banyak membuktikan kebanyakan manusia bekerja demi uang. Kita lihat saja kisah
pekerja Jepang yang bunuh diri karena gagal melakukan yang terbaik dalam
hidupnya. Menandakan bukan ikhlas yang mendasari gerak aktivitasnya. Karena
orang yang bekerja ikhlas, jika gagal akan berusaha lagi untuk mendapatkan
hasil yang maksimal. Tidak hanya untuk dirinya, tapi juga menabur benih bagi
sesamanya.
Pepatah
mengatakan,”Kegagalan itu tidak ada jika kita bisa mengambil hikmahnya.” Bayi
yang belajar jalan tak jemu terus belajar walaupun sering jatuh. Penulis
terkenal pun sebelum akhirnya tulisannya dimuat, tak bosan-bosannya mengirim
meski ratusan kali. Apalagi kisah Rasul kita, Nabi Muhammad. Senantiasa berdoa
untuk penduduk Thaif yang menolak ajarannya, bahkan malaikat pun dilarangnya
menimpakan musibah. Yakin, bahwa jika sekarang gagal, besok-besok pasti tidak,
tentunya dengan doa dan upaya. Ada satu kisah seorang anak kecil berumur 5 tahun
memanggil penjual nasi goreng,”Bang, beli nasi goyeng satu.” Si penjual tertawa
terbahak-bahak. Merasa diledek, si anak malah bersemangat agar jika beli lagi
dia tak salah ucap. Seminggu sudah, si penjual lewat lagi. “Bang beli nasi
gorengnya.” Kali ini tak
salah lagi. “Pake telor ceplok atau dadar?” penjual bertanya. “Didadal aja.” Si
penjual tertawa lagi. Seminggu berlatih lagi, si anak fasih juga
bicaranya,”Nasi gorengnya pake telur dadar.” Selesai melayani, penjual
bertanya,”Kalau uangnya lima ribu, nasi gorengnya empat ribu lima ratus, berapa
kembaliannya?” Si anak tidak langsung menjawab karena dia belum bisa berkata
lima ratus. Otaknya berputar. Nah! Aha…! Si anak menjawab,”Gopek Bang!” Si
penjual cengar cengir karena kali ini dia kalah.
Luar bisaa,
bukan? Bagaimana setiap kegagalan pasti ada pintu untuk menyelesaikannya.
Setiap cobaan, ujian, dan kegagalan, sejatinya adalah rangkaian kemuliaan yang
sedang dipersiapkan. Siapa yang dikehendaki mendapat kebaikan, maka Dia
memberinya musibah (HR Bukhari).
Di ayat
selanjutnya dari QS al Mulk di atas, Allah berfirman,”Yang menciptakan tujuh
langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat
sesuatu yang cacat?”
Maksud ayat ini
adalah betapa keseimbangan melahirkan kebaikan. Coba perhatikan gerak benda-benda
langit di angkasa, tak ada satupun yang keluar dari garis orbitnya. Teratur.
Dalam kerja gerak mereka terlantun tasbih yang luar bisaa. Keselarasan dengan
yang lainnya.
Nah ini pas
sekali jika dikaitkan dengan maximize
action. Memaksimalkan amal sama artinya dengan kerja yang ikhlas, kerja
keras, dan kerja cerdas. Hasilnya, bukan hanya kesuksesan yang didapat,
melainkan juga kebahagiaan. Orang yang sukses tidak mesti bahagia. Makanya,
unsur kerja ikhlas harus masuk dalam rangkaian kriteria memaksimalkan amal.
Seimbang antara kebahagiaan dunia (kerja keras dan kerja cerdas) dan
kebahagiaan akhirat (kerja ikhlas).
Memang,
terkadang suatu masa manusia merasa bosan karena pekerjaan yang terlalu
melelahkan. Maka, tak salah jika manusia mengambil seiris waktunya untuk
merebahkan badan barang sejenak. Muhasabah, menghilangkan penat, sekaligus
mengumpulkan energi positif untuk menguatkan aktivitas mendatang. Mundur satu
langkah untuk maju tiga empat langkah ke depan. Maximize action bukan berarti bergerak terus tanpa berhenti
mengingat perjalanan hidup sangatlah panjang. Maka, BERHENTI SEJENAK, BANGKIT,
lalu BERGERAKLAH!
Tak diragukan
lagi, maximize action = ahsanul amala. Dilandasi kerja ikhlas dibarengi kerja
keras dan kerja cerdas (mencontoh cara kerja Rasul). Semoga kita menjadi salah
satu atributnya. Karena surga takkan pernah kita hampiri tanpa amal yang
maksimal dari diri kita. Senantiasa ikhlas dan semangat memperjuangkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar