Jumat, 22 Februari 2013

Maximiza Action


“Dialah yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS al Mulk:2)
Maximize action atau memaksimalkan amal memang identik dengan ahsanul amal dalam terjemahan ayat di atas. Syarat ahsanul amal seperti yang sudah kita ketahui bersama ada 2 yaitu ikhlas dan tentu saja itiba’ Rasul. Alias ada syariatnya. Kalau maximize action, bagaimana? Mari kita lihat 3 kasus berikut ini!


Pertama, sebut saja tentang bapak mantan presiden kita di era orde baru. Siapa lagi kalau bukan Almarhum Bapak Soeharto. Lahir dari keluarga petani tak menyulutkan semangatnya untuk sekolah tinggi. Berusaha dan berusaha, sampailah beliau di kancah militer negeri ini. Berbekal komitmen dan disiplin tinggi, berbagai aksi pertempuran dipercayakan kepadanya untuk dipimpin. Tak heran jika prestasinya melejit hingga era tahun 1960 an. Puncaknya, tahta kepresidenan berhasil didudukinya. Tak tanggung-tanggung, 32 tahun lamanya.
Kedua, cerita dua orang petani yang mendapat warisan sawah yang sama luasnya dari manya.
, ra tahun 1960 an. Puncaknya, tahta kepresidenan berhasil didudukinya.ni. berbagai ak menyorang tuanya. Sepuluh tahun lewat sudah, keduanya sama-sama bekerja keras mengolah sawahnya. Tapi, ada yang aneh. Petani pertama bertanya ke saudaranya,”Kok sawahku masih sepetak, sedang sawahmu berpetak-petak?” Petani kedua menjawab,”Setiap kali aku panen, hasil yang baik aku simpan. Sengaja kujadikan bibit untuk kutanam di musim berikutnya.”
Ketiga, teringat seorang kakek yang setiap harinya merawat tanaman sayur di kebunnya. Hingga akhirnya saat panen tiba. Beberapa tanaman sayur itu hilang entah siapa yang memetiknya. Si Kakek hanya berkata,”Tidak apa-apa, mungkin ada yang lebih membutuhkannya. Meskipun hilang tapi sejatinya tidak, karena ada yang memanfaatkannya.”
Jika dicermati, apa yang bisa dipetik dari kasus pertama? Tak pantang menyerah, terus berusaha, komitmen dan disiplin adalah ciri utama. Itulah kerja keras. Yang kedua, tampak bahwa kerja keras saja tak cukup. Seseorang perlu memberdayakan akalnya untuk mencapai hasil yang lebih bagus. Kerja cerdas namanya. Hal ini juga bisa kita lihat di dunia marketing. Kiat-kiat sukses menggaet pelanggan tak diragukan lagi keampuhannya. Pun seorang guru SD. Tak jarang didapati guru yang bukan lulusan Fakultas Pendidikan mengajarnya jauh lebih enak. Akal mereka diasah untuk bisa lebih kreatif menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Yang terakhir, mungkin kerja ini yang jarang dilakukan manusia. Kerja ikhlas. Survey banyak membuktikan kebanyakan manusia bekerja demi uang. Kita lihat saja kisah pekerja Jepang yang bunuh diri karena gagal melakukan yang terbaik dalam hidupnya. Menandakan bukan ikhlas yang mendasari gerak aktivitasnya. Karena orang yang bekerja ikhlas, jika gagal akan berusaha lagi untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Tidak hanya untuk dirinya, tapi juga menabur benih bagi sesamanya.
Pepatah mengatakan,”Kegagalan itu tidak ada jika kita bisa mengambil hikmahnya.” Bayi yang belajar jalan tak jemu terus belajar walaupun sering jatuh. Penulis terkenal pun sebelum akhirnya tulisannya dimuat, tak bosan-bosannya mengirim meski ratusan kali. Apalagi kisah Rasul kita, Nabi Muhammad. Senantiasa berdoa untuk penduduk Thaif yang menolak ajarannya, bahkan malaikat pun dilarangnya menimpakan musibah. Yakin, bahwa jika sekarang gagal, besok-besok pasti tidak, tentunya dengan doa dan upaya. Ada satu kisah seorang anak kecil berumur 5 tahun memanggil penjual nasi goreng,”Bang, beli nasi goyeng satu.” Si penjual tertawa terbahak-bahak. Merasa diledek, si anak malah bersemangat agar jika beli lagi dia tak salah ucap. Seminggu sudah, si penjual lewat lagi. “Bang beli nasi gorengnya.”giaan akhirat.bahagia. Makanya, unsur a yang ikhlas, kerja keras, dan kerja cerdas Kali ini tak salah lagi. “Pake telor ceplok atau dadar?” penjual bertanya. “Didadal aja.” Si penjual tertawa lagi. Seminggu berlatih lagi, si anak fasih juga bicaranya,”Nasi gorengnya pake telur dadar.” Selesai melayani, penjual bertanya,”Kalau uangnya lima ribu, nasi gorengnya empat ribu lima ratus, berapa kembaliannya?” Si anak tidak langsung menjawab karena dia belum bisa berkata lima ratus. Otaknya berputar. Nah! Aha…! Si anak menjawab,”Gopek Bang!” Si penjual cengar cengir karena kali ini dia kalah.
Luar bisaa, bukan? Bagaimana setiap kegagalan pasti ada pintu untuk menyelesaikannya. Setiap cobaan, ujian, dan kegagalan, sejatinya adalah rangkaian kemuliaan yang sedang dipersiapkan. Siapa yang dikehendaki mendapat kebaikan, maka Dia memberinya musibah (HR Bukhari).
Di ayat selanjutnya dari QS al Mulk di atas, Allah berfirman,”Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?”
Maksud ayat ini adalah betapa keseimbangan melahirkan kebaikan. Coba perhatikan gerak benda-benda langit di angkasa, tak ada satupun yang keluar dari garis orbitnya. Teratur. Dalam kerja gerak mereka terlantun tasbih yang luar bisaa. Keselarasan dengan yang lainnya.
Nah ini pas sekali jika dikaitkan dengan maximize action. Memaksimalkan amal sama artinya dengan kerja yang ikhlas, kerja keras, dan kerja cerdas. Hasilnya, bukan hanya kesuksesan yang didapat, melainkan juga kebahagiaan. Orang yang sukses tidak mesti bahagia. Makanya, unsur kerja ikhlas harus masuk dalam rangkaian kriteria memaksimalkan amal. Seimbang antara kebahagiaan dunia (kerja keras dan kerja cerdas) dan kebahagiaan akhirat (kerja ikhlas).
Memang, terkadang suatu masa manusia merasa bosan karena pekerjaan yang terlalu melelahkan. Maka, tak salah jika manusia mengambil seiris waktunya untuk merebahkan badan barang sejenak. Muhasabah, menghilangkan penat, sekaligus mengumpulkan energi positif untuk menguatkan aktivitas mendatang. Mundur satu langkah untuk maju tiga empat langkah ke depan. Maximize action bukan berarti bergerak terus tanpa berhenti mengingat perjalanan hidup sangatlah panjang. Maka, BERHENTI SEJENAK, BANGKIT, lalu BERGERAKLAH!
Tak diragukan lagi, maximize action = ahsanul amala. Dilandasi kerja ikhlas dibarengi kerja keras dan kerja cerdas (mencontoh cara kerja Rasul). Semoga kita menjadi salah satu atributnya. Karena surga takkan pernah kita hampiri tanpa amal yang maksimal dari diri kita. Senantiasa ikhlas dan semangat memperjuangkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar