Semua
orang hampir semuanya bekerja. Seorang suami bekerja mencari nafkah, istri
bekerja menjadi ibu yang baik, anak
berusaha belajar semaksimal mungkin, dsb. Wajar jika akhirnya ada keletihan,
kelelahan yang dialami. Lantas mereka berpikir,”Kapan ada waktu luang untuk
nganggur tanpa diganggu kerjaan?”
Istilahnya,
kerja kok terus-terusan. Kapan bisa menikmati secangkir kopi atau bermain bola
dengan asyik lagi, kalau tidak diluangkan waktunya? Benar juga, ya. Namun,
bukankah hidup memang harus diisi dengan kerja?
Bukankah apa saja yang menjadi amanah akan senantiasa dimintai
pertanggungjawabannya? Bukankah untuk mencapai cita-cita dan predikat baik
memang harus dengan berusaha sungguh-sungguh?
Jadi,
bagaimana dong? Apakah tak boleh meluangkan waktu nganggur untuk sekedar
melepas penat? Ehm, istirahat, bersenang-senang untuk menikmati hidup tanpa
beban memang sebuah kebutuhan. Namun, yang namanya butuh, jika sudah terpenuhi
ada kalanya malah meminta lebih. Setelah liburan panjang misalkan. Ketika
semuanya harus kembali bekerja yang muncul adalah sikap malas. Kok liburan
cepat amat selesai? Ada kalanya orang malah ada yang ijin untuk tidak bekerja.
Tanggung, masih enak kumpul dan bersendau gurau dengan keluarga.
Zeti
Arina, ketua IKPI Jatim, memandang hidup itu berbeda. Karena hidup memang penuh
amanah, maka yang harus ada dalam benaknya adalah bagaimana seharusnya hidup
itu meluangkan waktu sibuk, bukan waktu nganggur. Ketika meluangkan waktu
nganggur,yang terjadi adalah waktunya habis akan mencari lagi. Kalau seperti itu
terus kapan bekerjanya? Sedangkan jika seseorang meluangkan waktu sibuk, ketika
masa istirahatnya sudah selesai, dia segera ingat dan bergegas bahwa amanahnya
masih menumpuk. Bahwa masih banyak target yang harus diselesaikan.
Zeti
menambahkan, bahwa amanahnya sebagai ketua IKPI Jatim, bukanlah amanah yang
ringan. Dia memang harus meluangkan waktu sibuk agar bisa membawa IKPI menjadi
organisasi yang professional dan bermanfaat bagi anggota, masyarakat, dan
negara. Komitmen ini harus dijaga. Amanah ini takkan tercapai jika dirinya
justru meluangkan waktu untuk nganggur.
Meluangkan
waktu untuk sibuk bukan berarti tidak istirahat. Namun, dalam istirahatnya
seseorang akan ingat bahwa porsi waktu sibuk harus ditambah agar hidup
benar-benar sesuai dengan yang diharapkan. Meluangkan waktu nganggur justru
akan memberi kesempatan seseorang membuang waktu. Pencuri waktu akan
menggodanya terus-menerus. Sesampai di kantor yang terlintas bukan segera
bekerja, namun masih sempat berkata,”Ah,nge-teh dulu ah!” Bahkan semakin asyik
seseorang meluangkan waktu nganggur, dia menjadi tidak peka kapan dan untuk apa
waktunya terbuang.
Meluangkan
waktu sibuk bukan berarti workaholic. Hanya ingin kembali pada prinsip. Hidup
ya bekerja. Hidup tak bisa enak-enakan duduk asyik di kursi goyang saja. Apalagi
amanah akan terus mengejar tanpa henti. Istirahat secukupnya, sibuk sudah
sewajarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar