Selasa, 21 Oktober 2014

Luangkan Waktu Sibuk, Bukan Waktu Nganggur


                Semua orang hampir semuanya bekerja. Seorang suami bekerja mencari nafkah, istri bekerja  menjadi ibu yang baik, anak berusaha belajar semaksimal mungkin, dsb. Wajar jika akhirnya ada keletihan, kelelahan yang dialami. Lantas mereka berpikir,”Kapan ada waktu luang untuk nganggur tanpa diganggu kerjaan?”

                Istilahnya, kerja kok terus-terusan. Kapan bisa menikmati secangkir kopi atau bermain bola dengan asyik lagi, kalau tidak diluangkan waktunya? Benar juga, ya. Namun, bukankah hidup memang harus diisi dengan kerja?  Bukankah apa saja yang menjadi amanah akan senantiasa dimintai pertanggungjawabannya? Bukankah untuk mencapai cita-cita dan predikat baik memang harus dengan berusaha sungguh-sungguh?

                Jadi, bagaimana dong? Apakah tak boleh meluangkan waktu nganggur untuk sekedar melepas penat? Ehm, istirahat, bersenang-senang untuk menikmati hidup tanpa beban memang sebuah kebutuhan. Namun, yang namanya butuh, jika sudah terpenuhi ada kalanya malah meminta lebih. Setelah liburan panjang misalkan. Ketika semuanya harus kembali bekerja yang muncul adalah sikap malas. Kok liburan cepat amat selesai? Ada kalanya orang malah ada yang ijin untuk tidak bekerja. Tanggung, masih enak kumpul dan bersendau gurau dengan keluarga.

                Zeti Arina, ketua IKPI Jatim, memandang hidup itu berbeda. Karena hidup memang penuh amanah, maka yang harus ada dalam benaknya adalah bagaimana seharusnya hidup itu meluangkan waktu sibuk, bukan waktu nganggur. Ketika meluangkan waktu nganggur,yang terjadi adalah waktunya habis akan mencari lagi. Kalau seperti itu terus kapan bekerjanya? Sedangkan jika seseorang meluangkan waktu sibuk, ketika masa istirahatnya sudah selesai, dia segera ingat dan bergegas bahwa amanahnya masih menumpuk. Bahwa masih banyak target yang harus diselesaikan.

                Zeti menambahkan, bahwa amanahnya sebagai ketua IKPI Jatim, bukanlah amanah yang ringan. Dia memang harus meluangkan waktu sibuk agar bisa membawa IKPI menjadi organisasi yang professional dan bermanfaat bagi anggota, masyarakat, dan negara. Komitmen ini harus dijaga. Amanah ini takkan tercapai jika dirinya justru meluangkan waktu untuk nganggur.

                Meluangkan waktu untuk sibuk bukan berarti tidak istirahat. Namun, dalam istirahatnya seseorang akan ingat bahwa porsi waktu sibuk harus ditambah agar hidup benar-benar sesuai dengan yang diharapkan. Meluangkan waktu nganggur justru akan memberi kesempatan seseorang membuang waktu. Pencuri waktu akan menggodanya terus-menerus. Sesampai di kantor yang terlintas bukan segera bekerja, namun masih sempat berkata,”Ah,nge-teh dulu ah!” Bahkan semakin asyik seseorang meluangkan waktu nganggur, dia menjadi tidak peka kapan dan untuk apa waktunya terbuang.


                Meluangkan waktu sibuk bukan berarti workaholic. Hanya ingin kembali pada prinsip. Hidup ya bekerja. Hidup tak bisa enak-enakan duduk asyik di kursi goyang saja. Apalagi amanah akan terus mengejar tanpa henti. Istirahat secukupnya, sibuk sudah sewajarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar