Sekarang
ini bulan Dzulhijjah. Biasanya, sesuai kebiasaan orang Indonesia, banyak orang
tua menyelenggarakan pesta pernikahan anaknya di bulan ini. Bulan berkah,
katanya. Setahun yang lalu, KUA Cilandak Jakarta Selatan mencatat bahwa
pernikahan yang berlangsung di bulan ini mencapai 2 kali lipat daripada
bulan-bulan lainnya. Di Lumajang, tercatat ada 2000 pasangan melangsungkan
pernikahannya di tahun 2013 yang lalu.
Menikah
memang membahagiakan. Bahagia bagi pasangan, pun bagi orang tua. Saking
bahagianya, proses pernikahan dipersiapkan dengan matang dan tak ketinggalan
adalah pesta pernikahannya. Tentunya, untuk pesta pernikahan ini
membutuhkan uang. Ya, yang namanya jodoh kadang datang tidak terduga. Tak
jarang juga yang akhirnya segera menikah begitu calon sudah ada. Wah, mendadak
dong! Bagaimana dengan keuangannya?
Menikah
itu sederhana. Tanpa pesta pernikahan pun pasangan yang sudah siap
bisa menikah dan sah menjadi suami istri. Cukup ijab qobul saja.
Tak perlu repot-repot. Namun, wujud kegembiraan memang biasanya dengan
mengadakan pesta pernikahan tersebut. Nah, soal hitungan kebutuhannya ini yang menjadi
persoalan.
Sebisa
mungkin, menurut Rina Dewi Lina, anggaran pesta pernikahan disesuaikan dengan
keuangan yang ada. Jangan sampai berutang. Mengundang keluarga terdekat dan
tetangga bisa menjadi solusinya. Pesta pernikahan dibuat tidak terlalu mewah
jika memang dana tak mencukupi. Pasangan muda malah harus fokus kepada
kehidupan setelah menikah. Konsultan keuangan sekaligus dosen ini mengingatkan,
bahwa dana kebutuhan pasca menikah justru lebih banyak, seperti untuk tempat
tinggal, kebutuhan sehari-hari semisal istri akhirnya memutuskan tidak bekerja. Apalagi jika ternyata istri cepat hamil. Kebutuhan melahirkan kelak juga perlu mendapat perhatian.
Nikah
tanpa ijab qobul tidak sah, lho!. Namun, tidaklah mengapa nikah tanpa pesta pernikahan yang mewah.
Ya shahnya nikah ya ijab-qobul atau akad itu Bunda
BalasHapus